Pemilu 2019
Akhir Cerita Pemilu di Solo: TPS dengan Partisipasi 100 Persen hingga Suka Cita Dihadiahi Kambing
Tahapan panjang penyelenggaraan Pemilu 2019 mulai dari kampanye hingga pengumuman hasil rekapitulasi oleh KPU telah berlangsung sesuai jadwal.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Asep Abdullah Rowi
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tahapan panjang penyelenggaraan Pemilu 2019 mulai dari kampanye hingga pengumuman hasil rekapitulasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berlangsung sesuai jadwal.
Bahkan di Solo, ada banyak kejutan menarik dalam pemilu serentak yang tidak pernah terjadi selama adanya pesta demokrasi di negeri ini.
Hal ini terangkum melalui Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti di sela-sela menyampaikan hasil audit dana kampanye peserta Pemilu 2019 di kantornya Jalan Kahuripan Utara Nomor 23, Kecamatan Banjarsari, Solo, Sabtu (1/6/2019).
"Rekor selama adanya penyelenggaraan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber dan Jurdil), karena ada TPS tingkat partisipasi pemilih 100 persen," ungkapnya.
Bahkan rata-rata dari adanya 1.734 TPS di Solo lanjut Nurul, tingkat partisipasi pemilih paling bagus sepanjang sejarah kepemiluan di Solo.
• Disdik Solo Tak Lagi Rilis Daftar Sekolah Peraih Nilai Tertinggi di Kota Solo, Ini Alasannya
Mengingat target partisipasi pemilih dari KPU sebesar 77,5 persen, bisa dilampaui dengan rata-rata mencapai 85 persen ribuan TPS.
"Bahkan petugas seperti KPPS yang tingkat partisipasinya pemilih bagus mendapat hadiah kambing dari Pemkot," tuturnya membeberkan.
Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo menerangkan, pihaknya menunaikan janji memberikan hadiah bagi TPS yang memiliki tingkat partisipasi pemilih di atas 92 persen.
Menurut dia, ada sebanyak 101 TPS yang tersebar di lima kecamatan karena ternyata memiliki tingkat partisipasi mengejutkan.
Selain di Punggawan yang dinilai sempurna, ada TPS 56 Semanggi dengan tingkat partisipasi 95,74 persen, TPS 10 Semanggi sebesar 93,01 persen, TPS 06 Joyosuran 92,77 persen, TPS 09 Semanggi 92,71 persen hingga di TPS 08 Baluwarti 92,49 persen.
"Kami mengapresiasi karena tingkat partisipasi bisa 85 persen naik 4 persen dibandingkan Pemilu 2014 sebelumnya," terang dia.
"Sejak awal sosialisasi, kami imbau jadikan pemilu suka cita sehingga masyarakat berbondong-bondong ke TPS untuk memberikan hal suaranya," tutur dia menegaskan.
• Warga Akui Tak Tahu soal Tragedi Perusakan Kantor DPC Partai Gerindra Solo yang Kini Tampak Sepi
Termasuk penyelenggaraan pemilu di Solo yang aman, damai dan berakhir baik, menjadi kebanggaan bagi masyarakat sehingga bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.
"Saatnya bekerja seperti biasa, saling jaga persatuan dan merekatkan kebersamaan yang sempat tegang selama berlangsungnya pemilu," harap dia.
Anggota KPPS TPS 06 Joyosuran di Kecamatan Pasar Kliwon, Agus Widoro mengaku tidak menyangka di TPS-nya mendapatkan tingkat partisipasi pemilih yang sangat baik.
Bahkan dengan tingkat partisipasi pamilih menembus angka 92,77 persen menjadi prestasi tersendiri sehingga pemilih yang Luber dan Jurdil benar-benar diimplementasikan.
"Ada hadiah kambing jadi bonus karena kebersamaan teman-teman mensosialisasikan pentingnya pesta demokrasi," jelasnya.
Pengamat Politik dan Ketatanegaraan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto menilai, pemilu serentak pada tahun ini cukup memiliki prestasi tersendiri.
Di antaranya tingkat partisipasi pemilih datang ke TPS menggunakan hak pilihnya meningkat pesat dari 77 persen tahun 2014 secara nasional, kini Pemilu 2019 menjadi 82,5 persen.
"Bahkan sajian informasi pemilu baik melalui medsos dan media meanstream maupun non meanstrem makin luas serta beragam," aku dia.
"Dampak positifnya menjadi bagus, sehingga menaikkan literasi publik pada kesadaran akan hak politik dan partisipasi dalam pesta demokrasi," ungkapnya membeberkan.
• Cegah Penipuan Jarak dalam Sistem Zonasi, Pendaftaran PPDB di Solo Menggunakan NIK Kartu Keluarga
Selain itu lanjut Dosen Fakultas Hukum itu, jika tingkat kontrol publik pada penyelenggaraan pemilu kali ini luar biasa tinggi, akibatnya semua bentuk kecurangan dapat dikontrol langsung oleh publik melalui aneka saluran media.
"Semua terbuka dan bisa mengakses, misalnya saat rekapitulasi mulai dari tingkat TPS, Kecamatan hingga kota dan nasional," paparnya.
"Dengan itu namanya kecurangan akan sangat sulit, karena semua mata dan telinga bisa menyaksikan langsung di lapangan," jelas dia.
Dia menambahkan, dari segi gugatan sengketa hasil pemilu (PHPU) ke Mahkamah Konstitusi (MK) juga mengalami penurunan pesat pada 2019 ini yang hanya mencapai 327 PHPU.
"Dibandingkan Pemilu 2014 jauh, ada sebanyak 900-an PHPU, jadi kan menunjukkan pelaksaan pemilu lebih baik dari tahun 2014 karena jumlah gugatan ke MK menurun," terang dia. (*)