MAFINDO Kampanyekan Program Stop Hoax Indonesia di CFD Solo
Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO) mengkampanyekan program Stop Hoax Indonesia di acara Car Free Day (CFD) Solo pada Minggu (18/8/2019).
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO) mengkampanyekan program Stop Hoax Indonesia di acara Car Free Day (CFD) Solo pada Minggu (18/8/2019).
"Program Stop Hoax Indonesia disponsori oleh Google News Initiatives dengan Hongkong University dan Social Change Creative Agency asal Thailand, Love Frankie sebagai supervisi," tutur Ketua Divisi Literasi dan Narasi MAFINDO Soloraya, Giri Lumarto.
Program Stop Hoax Indonesia telah dilangsungkan serentak di 5 kota di Indonesia, yakni Yogyakarta, Solo, Semarang, Bekasi, dan Bandung.
"Program Stop Hoax Indonesia adalah sebuah program untuk menginisiasi gerakan literasi media dan digital, serta memberikan pelatihan dasar cek fakta dengan target audiensnya adalah ibu rumah tangga dan anak-anak usia 17-24 tahun."
"Ibu rumah tangga adalah penggerak keluarga, dengan melatih mereka tentang cek fakta semoga dapat menyebarkan pengetahuan itu kepada lingkungan, dan keluarganya," tutur Giri Lumarto.
• Upacara 17 Agustus ala Warga Jetis dan Trunuh Klaten: Digelar Pukul 12 Malam Sambil Bawa Obor
Pernyataan Giri Lumarto dibenarkan oleh Erwina Tri selaku penanggung jawab acara kampanye Stop Hoax Indonesia.
Erwina Tri menuturkan ibu-ibu rumah tangga memiliki militansi yang mampu menumpas hoaks di lingkungan sekitar mereka.
"Ibu-ibu rumah tangga adalah pahlawan penumpas hoaks untuk keluarga mereka."
"Mereka memiliki militansi yang mampu menumpas hoaks di lingkungan dan keluarga."
"Apalagi, interaksi mereka di media sosial cukup signifikan," ujar Erwina Tri.
Giri Lumarto menambahkan gerakan literasi sangat penting di Indonesia untuk saat ini, khususnya untuk anak-anak muda yang masih sekolah.
• Semarakkan Kemerdekaan ke-74 RI, Kompas Gramedia Solo Gelar Beragam Lomba
"Kita tahu di sekolah gerakan ini belum diajarkan sampai saat ini."
"Setiap hari kita berkutat dengan gawai, game, atau memperbaharui status di akun media sosial, dan ini dipelajari sendiri."
"Ada kecenderungan akan mendapatkan banyak hal-hal negatif, saat mempelajari semua itu sendiri."
"Sayangnya, pihak sekolah belum memberikan pelatihan, pelatihan, dan perhatian terhadap itu."
"Mereka masih berfokus hanya pada nilai-nilai pelajaran," tutup Giri Lumarto. (*)