Liang Kubur Mbah Pani Dibongkar, Begini Kondisinya Usai 5 Hari Topo Pendem Tanpa Makan & Minum
Ritual topo pendem yang dilakukan Supani alias Mbah Pani (63) berakhir Jumat (20/9) sore pukul 16.30 WIB.
Namun, beberapa saat setelah liang kubur digunakan Mbah Pani untuk bertapa, air disebut berubah tawar.
"Awalnya asin, karena di sini memang dekat laut.
Tapi kemudian berubah jadi tawar setelah digunakan Mbah Pani untuk topo pendem," katanya.
Joko mengaku sempat mencicipi air tanah yang keluar dari liang kubur Mbah Pani dan rasanya tawar, seperti berasal dari sumber mata air asli.
"Rasanya itu seperti air sumber asli, nggak seperti air matang, tapi seperti air yang di mata air begitu, khas dan segar. Saya minum berkali-kali," jelasnya.
Air tanah itu, lanjutnya, kemudian ditampung di jeriken air berukuran besar. Kini, lebih dari dua jeriken besar terisi penuh dengan air dari liang pertapaan Mbah Pani.
Joko mengatakan, selagi air tersebut belum habis, pihak keluarga akan mempersilakan siapa pun yang ingin meminta air tersebut.
• Ahmad Meninggal Usai Lantunkan Adzan Isya di Malam Jumat, Takmir Masjid Ungkap Kebiasaan Almarhum
Sebelumnya dibeitakan prosesi tapa atau topo pendem dilakukan oleh Supani alias Mbah Pani di dalam rumah di desanya, Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jateng, Senin (16/9/2019) selepas magrib.
Ritual ke-10 ini dimulai Senin malam hingga lima hari ke depan.
Ratusan warga berkerumun di halaman rumah Supani (63) atau Mbah Pani selepas Magrib.
Mereka menyaksikan prosesi ritual Top Pendem atau Topo Ngeluwang yang dijalani oleh Mbah Pani, yang dikenal warga sebagai pemain senior seni trasidional Ketoprak.
Mbah Pani memulai ritual topo pendem selepas menunaikan salat Magrib di Musala Al-Ikhlas, musala setempat.
Tribunjateng.com menemui Mbah Pani, beberapa saat sebelum menjalani prosesi topo pendem.
Mbah Pani mengatakan, topo pendem kali ini merupakan yang ke 10 atau terakhir.
Sebelumnya, dia sudah melakukan ritual yang sama sebanyak 9 kali.