Berita Viral Sragen
Sungadi Pemuda Obesitas Berbobot 1,4 Kuintal dari Sragen Dikenal Tak Pernah Minder dan Mengeluh
Sungadi pemuda obesitas berbobot 140 kilogram atau 1,4 kuintal dari Kabupaten Sragen itu tegar menerima perubahan demi perubahan dalam tubuhnya.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Selama 21 tahun ini Sungadi, pemuda obesitas berbobot 140 kilogram atau 1,4 kuintal dari Kabupaten Sragen itu tegar dan tidak mengeluh dengan kondisi tubuhnya yang tidak seperti orang pada umumnya.
Namun anak kelima dari pasangan Suwarno (59) dan Tukiyem (58) yang tinggal di rumah sederhana di Dukuh Jurang, Desa Sono, Kecamatan Mondokan tersebut beruntung selama ini tidak mengalami ejekan dari rekan-rekannya.
Meskipun obesitas, buruh bangunan yang kini masih lajang itu tidak minder, apalagi mengeluh.
Mengingat selama ini Sungadi hanya tinggal bersama ayahnya.
Mereka tinggal di sebuah rumah berdinding sekat bambu berukuran 13 meter kali 7 meter di dukuh itu.
• Kisah Sungadi Berbobot 1,4 Kuintal dari Sragen, Nahas Pernah Masuk Septic Tank karena WC Ambrol
Rumah tersebut merupakan milik mertua atau orang tua dari istrinya, Tukiyem (58).
Suwarno mengatakan, istrinya meninggalkan Sungadi sejak usia 2 tahun karena untuk membantu perekonomian keluarga dan bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik pengolahan lombok di Solo.
"Saat usia Sungadi masih 2 tahun, ditinggal bekerja ke Solo, jadi saya urus Sungadi sendiri hingga sekarang," terang Suwarno kepada TribunSolo.com, Sabtu (21/9/2019).
"Waktu kecil tidak pernah minum susu, karena pendapatan keluarga cukup susah," aku dia membeberkan.
Bahkan demi menyambung hidup, Tukiyem pindah bekerja dari buruh pabrik.
"Ikut penjual makanan di daerah Pasar Nusukan, Solo, ia masak soto dan bakwan," ungkap dia.
• Sungadi Berbobot 1,4 Kuintal dari Sragen, Tak Pernah Rasakan Sekolah dan Kini Jadi Buruh Bangunan
Selama ini lanjut dia, anaknya tidak pernah minder dan mengeluh meskipun bobot tubuhnya terus mengalami kenaikan hingga kini telah mencapai 1,4 kuintal.
"Tidak minder, hanya mengeluh kalau kecapean saja, bukan mengeluh soal kondisinya," aku dia.
Suwarno kemudian memaparkan, setiap enam bulan sekali istrinya baru bisa pulang ke rumah.
"Beberapa hari lalu pulang ke sini, tapi sudah balik ke Solo hari ini," paparnya.
Sementara kakak-kakak Sungadi diketahui sudah berkeluarga, sehingga menetap di berbagai daerah.