Menilik Lika-liku Perpustakaan 'Gerobak Buku' di Bawah Gunung Merbabu yang Jadi Penjaga Literasi
Warga Dukuh Gilingan Lor, Desa Urut Sewu membuat perpustakaan keliling dengan gerobak bekas HIK yang bertahan hingga kini demi menjaga literasi.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Orang di luar kan tidak tahu kalau ternyata perjuangan begitu berkesan, awalnya dari gerobak bekas HIK yang tidak terpakai hingga warga beramai-ramai menyumbang seikhlasnya," jelas dia.
Lebih lanjut mantan aktivis kampus di unit kegiatan mahasiswa (UKM) itu menuturkan, dengan modal gerobak HIK bekas yang dihibahkan warga tersebut, disulaplah barang yang biasanya untuk berjualan itu menjadi perpustakaan keliling.
"Ada modal renovasi gerobak sebesar Rp 2 juta dari hasil sumbangan warga," terang dia.
"Tapi istilahnya dalam bahasa kami di desa jingkatan, jadi sumbangan sukarela, karena ada yang beri iuran Rp 5.000 hingga puluhan ribu rupiah," ujar dia mengungkapkan.
Uang hasil sumbangan tersebut dibuat untuk memperbaiki gerobak yang sebagian besar telah keropos, mengganti ban hingga mengecat, sehingga menjadikan barang tersebut lebih layak dipandang.
"Di gerobak kami tulis Ayo Membaca, supaya selalu teringat untuk membuka buku, bukan membuka layar ponsel," harap dia berkelakar.
"Karena saat ini tantangan anak-anak ya barang yang satu itu, makanya ini salah satu cara menekan penggunaan ponsel melalui buku yang paling disukainya dulu," akunya membeberkan.
Berharap Hibah Buku untuk Koleksi
Dikatakan, saat ini baru ada 200 lebih koleksi buku dari berbagai jenis dan judul.
Dia berharap ada ada pihak-pihak mau menghibahkan buku bekasnya yang masih layak, baik buku untuk anak-anak hingga buku-buku tentang wirausaha, usaha kecil menengah (UKM) dan kerajinan.
Karena selama setahun lebih ini dia bingung untuk mengakses atau mencari buku gratis, mengingat sumber daya manusia (SDM) di lingkungannya terbatas.
Apalagi untuk mencari bantuan buku-buku agar koleksi semakin bertambah dan komplit, pihaknya tidak mengetahui secara persis harus melangkah kaki ke mana.
"Ya ada buku kami yang berisi teknik wirausaha dan sejenisnya, makanya ada ibu-ibu sering meminjam buku untuk meningkatkan wawasan soal usaha," kata dia.
"Tapi kalau ada yang mau menghibahkan buku-bukunya kami terima," ungkapnya berharap pada donatur buku.
Ketua RT 05 Dukuh Gilingan Lor, Suwarno menceritakan, sejak ada sejumlah pemuda dalam karang taruna yang ingin memajukan kehidupan desa melalui budaya literasi, dirinya langsung mendukung penuh.
Mengingat perpustakaan dengan Gerobak Buku menjadikan wadah bagi warga, terutama anak-anak sebagai penerus bangsa.
"Memang harus diakui, saat ini tantangan bagi anak-anak itu mainan ponsel," paparnya.
"Selama ada perpustakaan dan dikelola dengan variasi permainan seperti outbond pada hari-hari tertentu, sehingga membuat anak-anak tertarik," jelas dia menekankan.
Bahkan orang tua juga mendapatkan pengertian agar terus mendukung perpustakaan keliling di desa dengan mendorong anak-anaknya membaca sedikit demi sedikit.
Pengertian diberikan dalam setiap pertemuan tingkat RT.
"Orang tua di sini juga kami minta aktif, ajaklah anak untuk mengenal buku," ujar dia.
Mengingat di lingkungan RT 05 tersebut, ada sebanyak 42 KK.
"Satu rumah paling tidak ada 2 anak, jadi jumlahnya kan sudah terlihat," katanya.
Termasuk orang-orang tuanya juga ada yang mau memanfaatkan fasilitas perpustakaan keliling tersebut.
"Ya ada yang mau meminjam buku, di antaranya pinjam buku wirausaha dan sejenisnya," tutur dia. (*)