Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Dua Teroris yang Ditangkap di Bali Merupakan Bapak & Anak, Diduga Jaringan Jamaah Ansharut Daulah 

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri mengamankan dua terduga teroris di wilayah Bali Barat pada Kamis (10/10/2019) malam.

Editor: Garudea Prabawati
KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI
Ilustrasi Densus 88 

Abu Zee sendiri ditangkap pada Senin (23/9) bersama delapan orang lain di Bekasi dan Cilincing.

Penangkapan jaringan ini juga dilakukan di Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim) dan Morowali.

Dedi mengatakan Polri terus mengembangkan kasus ini untuk menjaga kondusivitas di dalam negeri, terutama jelang hari pelantikan presiden dan wakil presiden.

"Densus 88 masih mengejar mastermind (otak, red) di balik kelompok yang mengkondisikan beberapa kelompok yang saya sebutkan. Jatim, Jateng, Morowali, Sibolga, Bandung, Manado, dan Bali. Kami mohon waktu, kalau sudah ada preventive strike, kita sampaikan kembali. Densus 88 bergerak agar tak ada serangan terorisme, khususnya yang mengganggu kegiatan nasional yang akan datang," ungkap Dedi.

Bukan Rekayasa

Dalam kesempatan itu, Brigjen Pol. Dedi Prasetyo menegaskan peristiwa penikaman terhadap Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang, Banten, bukanlah rekayasa. "Secara logika, tidak mungkin (rekayasa)," kata Dedi.

Dua pelaku penyerangan terhadap Wiranto adalah suami istri, yakni Syahril Alamsyah alias Abu Rara dan Fitria alias FA. Keduanya merupakan bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

Dedi memastikan proses hukum tersangka terorisme tidak ditutup-tutupi. Fakta dan bukti sejumlah kasus terorisme akan dibuka dalam persidangan yang digelar secara terbuka, sehingga masyarakat bisa menyaksikannya langsung.

"Proses persidangan bisa dilihat secara langsung, digelar terbuka," katanya.

Dedi menjelaskan, teroris dalam menyebarkan pemahaman radikal ke orang lain berusaha menyentuh emosi seseorang, sehingga tanpa sadar orang tersebut mengikuti paham tersebut.

Dan ada tahapan pemahaman agar seseorang bisa memiliki pemikiran radikal sehingga bisa memiliki keberanian menyerang aparat membutuhkan proses yang panjang.

"Dalam terorisme, yang dimainkan emosi, bukan logika," katanya.

Curhat Tara Basro Pernah Ditolak Rumah Produksi, Tak Penuhi Standar Kecantikan:Cantik itu yang Putih

Dedi menyebut penusukan Wiranto oleh SA dilakukan secara spontan. Bahkan pelaku juga tak mengetahui bahwa yang ditusuknya adalah Wiranto.

"Tindakan serangan SA, sifatnya spontan. Dia sudah punya framing, sasaran dia (pemerintah atau polisi) dan mengatakan tidak tahu siapa (yang ditusuk)," kata dia.

Dedi menyebut, pelaku menjalankan aksinya karena mengaku stres dan tertekan setelah perekrutnya, yang merupakan pimpinan JAD, Abu Zee, ditangkap polisi sebelumnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved