Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Rektor UMS Pertanyakan Pengalaman Mendikbud Nadiem Makarim di Bidang Pendidikan

Sejumlah mentri yang ditunjuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo banyak yang dipertanyakan oleh publik.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Garudea Prabawati
TribunSolo.com/Agil Tri
Rektor UMS Prof Sofyan Anif 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Sejumlah mentri yang ditunjuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo banyak yang dipertanyakan oleh publik.

Salah satunya adalah Pendiri sekaligus CEO Gojek, Nadiem Makarim yang saat ini menjabat sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Dia menjadi salah satu Mentri yang paling mencuri perhatian masyarakat, karena dia Mentri paling muda, dan posisinya yang diluar dugaan.

Rektor UMS Prof Sofyan Anif, mempertanyakan kapasitas Nadiem menjadi Mendikbud yang dinilai tidak memiliki pengalaman dibidang pendidikan.

Saat ini kementrian riset dan teknologi kembali dipisahkan dari Kemendikbud, yang pada kabinet Jokowi Jilid 1, kedua kementrian ini di gabungkan.

Gisella Anastasia Bawa Kasus Video Syur ke Polda Metro Jaya, Gisel: Mau Cari Siapa yang Menyebarkan

Hal ini menurut Sofyan membutuhkan banyak waktu dalam menggabungkan dua kementrian itu, dan saat ini kurang menunjukan kinerjanya, karena riset-riset tema khusus tidak terakomodir.

"Pak Jokowi mungkin melihat ada link and match, sehingga kembali memisahkan kedua kementrian ini agar fokus," katanya saat menghadiri Dies Natalis ke 61 UMS di Sukoharjo, Kamis (24/10/2019).

Menurutnya, dijadikan satunya dua kementrian itu untuk memangkas birokkrasi dan bisa salaing melihat orientasi masing-masing, mengingat pelaku riset adalah orang pendidikan.

Dengan pemisahan ini, Kemendikbud punya tugas lain menyuatukan dikti dengan dikdas.

"Ini bukan hal yang mudah, apalagi pak Mentri yang sekarang (Nadiem Makarim) tidak punya pengalaman di bidang itu," ucapnya.

Setelah mengetahui format Kemendikbud Jili 2, Forum Rektor langsung berkumpul di Semarang, dan akan siapkan rekomendasi.

Selamat! Yuanita Christiani Hamil Usai 7 Bulan Dinikahi Indra Wiguna, Ungkap Cerita Penuh Haru

Tak Lagi Jadi Mentan, Amran Sulaiman Pamit Pulang Kampung: Mau Beternak dan Bertani

Menurut Sofyan, tidaklah mudah melakukan penyesuaian atas penggabungan dan pemisahan tersebut.

"Kami tidak mempersoalkan siapa dia, tapi bagaimana pengalamannya dan apa yang dilakukan untuk menyatukan dikti dan dikdas itu," imbuhnya.

Menurutnya, menyatukan Dikti dan Dikdas itu membutuhkan waktu 2-3 tahun.

Salah satu contoh mengapa hal tersebut sangat lama, karena rintisan index Sinta (science and teknologi index) yang dirintis kemenristekdikti.

Saat ini sudah hampir sejajar indek Scopus, dan diakui internasional dengan ada pemisahan riset dan dikti.

"Pak Nasir sudah meletakan pondasi terkait riset, seperti indek sinta untuk mewadahi lembaga riset agar tidak kuluar, biar tidak diambil orang asing."

"Pak nasir langsung mematenkan riset, sekarang sudah ada hasilnya, saat ini kita diatas Malaysia untuk zona Asia Tenggara."

"Nah, Tugas mentri yang baru apa dia ambil Sinta itu, apa Sinta dikembalikan ke riset," jelasnya.

Dengan persoalan itu, dia masih kurang begitu yakin dengan penujukan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud.

Namun dia berharap, pengetahuan nadiem di bidang IT bisa membawa pendidikan di Indonesia menyongsong era 4.0.

"Saya harap dia mampu membawa pendidikan Indonesia lebih maju, dan lebih melek IT supaya merata hingga ke pelosok desa," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved