Mereka yang Tak Lelah Gelorakan 'Virus' Berkoperasi pada Milenial di Era Transformasi Ekonomi
Ada cerita dari beberapa sosok yang tidak lelah memperjuangan koperasi di era transformasi teknologi digital dan pertarungan informasi.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Contohnya ada kami di dalam bisa memanfaatkan teknologi WhatsApp (WA) untuk menjemput simpanan wajib anggota ke indekos atau tempat tertentu," aku dia.
"Jadi sistem jemput," jelasnya menekankan.
Adapun untuk menjadi anggota cukup mudah dengan memberikan simpanan pokok Rp 10 ribu dan simpanan wajib setiap bulannya Rp 10 ribu.
Anggota mendapatkan banyak benefit, di antaranya sisa hasil usaha (SHU) tahunan, potongan harga saat membeli di koperasi hingga bonus.
Belum lagi Kopma menjadi 'kawah candradimuka' bagi generasi muda yang ingin belajar berkoperasi.
"Hanya saja tetap prinsip koperasi harus dilalui, dari calon kemudian jadi anggota termasuk jika menjadi pengurus ada step by step," tuturnya.
Dengan pengelolaan yang profesional lanjut dia, selama ini SHU yang dihasilkan bisa tembus Rp 90 juta per tahun.
"Bahkan dengan gencar di medsos, saat ada perekrutan yang daftar bisa 700 mahasiswa, belum lagi yang daftar setiap harinya," terang dia.
Pegang Prinsip Koperasi
Pakar Ekonomi UNS Solo, Lukman Hakim memaparkan, inovasi di zaman milenial ini adalah keniscayaan, karena berbagai lini kehidupan di antaranya bidang ekonomo mengalami transformasi begitu cepat.
Di antaranya memanfaatkan berbagai sumber daya di medsos atau teknologi penerapan, seperti Play Store atau online yang memudahkan anggota.
Namun dia mengingatkan, prinsip-prinsip koperasi harus dipegang seperti keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, demokratis, bukan kumpulan modal tetapi kumpulan orang per orang dan dari anggota untuk anggota.
Serta pelaksaan tanggung jawab simpanan pokok dan simpanan wajib, RAT, pembagian SHU, kegotong royongan, kebersamaan hingga sebagainya.
"Inovasi dan pembaharuan teknologi harus dilakukan agar tidak ketinggalan zaman, tapi prinsip berkoperasi jangan sampai diabaikan," jelasnya.
• Pelaku Usaha di Expo UMKM dan Koperasi Karanganyar Terima Kartu BPJS Ketenagakerjaan
• Tribun Bincang Bisnis Bersama HP Inc Indonesia: Tingkatkan Potensi UMKM Hadapi Revolusi Industry 4.0
Pasalnya menurut dia, koperasi dan lembaga-lembaga yang lain juga mengalami tantangan yang cukup berat pada era modern ini sehingga agar bisa bertahan harus paham terhadap perubahan zaman.
Belum lagi pada Indonesia mengalami bonus demografi, di antaranya kaum milenal begitu banyak.
"Artinya seperti apa koperasi berkembang, tetap milik bersama kapan pun itu, makanya harus benar-benar dijaga di dalamnya," aku dia.
Pemerintah dalam hal ini seperti Kemenkop dan UKM hingga turunan di bawahnya seperti Disdagkop UKM harus melakukan pendampingan dari berbagai sisi.
Seperti yang dilakukan Disdagkop UKM dengan membuat Koperasi Milenial Sukoharjo agar bisa mendampingi serta membina koperasi-koperasi dengan intensi dan terukur.
Termasuk gencar mendekati anak-anak muda atau milenial guna keberlangsungan koperasi.
"Berbagai cara harus dilakukan, karena koperasi menjadi soko guru perekonomian," harap dia. (*)