Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Donald Trump Mendadak Menarik Diri dari Peluang Perang, Ini 5 Info Dibalik Konflik Iran Vs Amerika

Semakin memanasnya ketegangan antara Amerika dan Iran dalam sepekan terakhir, nampaknya menemukan fakta baru.

Business Insider
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump 

TRIBUNSOLO.COM - Semakin memanasnya ketegangan antara Amerika dan Iran dalam sepekan terakhir, nampaknya menemukan fakta baru.

Dalam konferensi pers sore waktu setempat Presiden Trump mengatakan, tidak ada pasukan AS yang terluka akibat hantaman rudal balistik di Ain al-Assad dan Irbil.

"Iran nampaknya memilih untuk mundur, di mana hal itu bagus bagi semua pihak," katanya seperti dilansir BBC.

Saat Putri Qasem Soleimani Mengancam Trump, Menyebut Hari yang Kelam Akan Tiba

Dia kemudian menambahkan, konfrontasi kedua belah pihak bisa dicegah dengan kekuatan ekonomi dan militer yang dipunyai AS.

"Fakta bahwa kami mempunyai peralatan militer yang mumpuni, bukan berarti kami harus menggunakannya," ujar Trump.

Dia menjelaskan bakal segera memberi sanksi tambahan di sektor ekonomi dan finansial, hingga rezim Teheran "mengubah perilakunya".

Dia juga meminta aliansi Atlantik Utara (NATO) untuk lebih aktif berpartisipasi dalam mengawasi proses di Timur Tengah.

Presiden dari Partai Republik itu kemudian mengakhiri konferensi pers dengan menyatakan, dia ingin masa depan yang baik rakyat Iran.

"Amerika Serikat siap untuk mengumandangkan perdamaian dengan semua pihak yang menginginkannya," jelas Trump dikutip CBS News.

 Untuk lebih megetahui bagaimana ketegangan ini terjadi berikut 5 hal yang patut Anda ketahui terkait konflik AS-Iran.

Trump: “Tak ada korban jiwa”

Presiden AS Donald Trump, dalam konferensi persnya, Rabu (08/01) di Gedung Putih menegaskan “tidak ada satu pun orang Amerika” yang menjadi korban serangan rudal Iran, Rabu (08/01) pagi waktu Irak.

“Semua tentara kita aman. Hanya kerusakan kecil di markas militer kita,” ungkap Presiden Trump.

Inilah rudal yang ditembakkan oleh pasukan militer Iran ke Pangkalan AS di Irak.
Inilah rudal yang ditembakkan oleh pasukan militer Iran ke Pangkalan AS di Irak. (https://urgente24.com/)

Stasiun televisi pemerintah Iran menyebut 15 rudal balistik disasarkan Iran ke pangkalan udara Al-Asad dan sebuah fasilitas militer di Erbil, Irak.

Keduanya adalah markas militer Amerika di Irak.

Tidak ada pula warga Irak yang menjadi korban, “karena sistem peringatan dini yang kita miliki bekerja dengan sangat baik,” kata Trump.

Lebih jauh lagi, Presiden Trump mengklaim Iran telah “mengendurkan kekuatan militernya”.

Meskipun sebelumnya menyatakan siap berperang.

Ia pun memberikan sinyal ajakan damai. “Amerika Serikat siap berdamai dengan siapapun yang berupaya mencari kedamaian.”

Diputar Setiap Natal, Ternyata Donald Trump Jadi Figuran di Film Home Alone 2, ini Penjelasan Trump

Balas dendam di Rabu subuh

Rabu (08/01) pagi waktu Irak, Iran membalaskan dendam atas kematian komandan militer terkuatnya yang tewas dibunuh atas perintah Presiden Trump.

Rudal balistik ditembakkan ke markas militer Amerika di Irak.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei di hadapan warga Iran yang meneriakkan “Amerika harus mati”, menyebut balasan Iran itu sebagai “tamparan” bagi Amerika dan desakan agar tentara Amerika angkat kaki dari Timur Tengah.

Meskipun begitu, nihilnya korban jiwa dari pihak Amerika membuat sejumlah diplomat Amerika dan Eropa yang tak mau disebutkan namanya, berasumsi lain.

Kepada kantor berita Reuters, mereka meyakini Iran memang sengaja menyasarkan rudalnya agar tidak mengenai tentara Amerika.

“Iran ingin menunjukkan bahwa mereka tidak terima atas kematian komandan militernya, tapi juga tidak mau kondisi semakin memanas”.

Kematian Jenderal Qassem sebagai pemantik

Ketegangan antara Amerika dan Iran memuncak setelah Amerika, atas perintah Presiden Trump, meluncurkan serangan roket yang menewaskan Komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani, Kamis (02/01).

Soleimani dianggap sebagai tokoh militer terkuat Iran dan berada di posisi kedua dalam alur kekuasaan di Iran, tepat di bawah Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

 
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (NPR.ORG)

Pentagon menyebut serangan atas Soleimani adalah “upaya pertahanan” Amerika untuk melindungi para diplomatnya.

Soleimani dituding “rencanakan berbagai serangan atas diplomat AS”, salah satunya serangan dan pembakaran terhadap Kedubes AS di Baghdad, Irak, 31 Desember lalu.

Pasukan Quds yang dipimpin Soleimani juga masuk dalam daftar “Organisasi Teroris Asing” yang dirilis Amerika, karena dianggap terkait dengan Hezbollah dan Hamas.

Pemerintahan Presiden Trump mengungkapkan Pasukan Quds terlibat dalam sejumlah serangan yang tewaskan lebih 600 tentara Amerika pada tahun 2003 hingga 2011.

“Jenderal Qassem Soleimani harusnya sudah dilenyapkan sejak bertahun-tahun lalu,” kata Presiden Trump.

Kronologi Donald Trump Dimakzulkan, Awal Mula Tuduhan hingga Sidang Senat Januari 2020 Mendatang

Apa kata dunia?

Berbagai pemimpin dunia meminta agar Amerika dan Iran menurunkan senjata.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen meminta kedua negara untuk “berhenti saling serang dengan senjata, dan membuka ruang untuk berdialog”.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron yang sempat berbicara lewat sambungan telepon dengan Presiden Iran Rouhani, juga menyampaikan hal serupa. Macron mengaku “khawatir” dan meminta Iran untuk tidak melakukan apapun yang bisa memanaskan suasana.

Sementara itu, Jerman memilih untuk menarik mayoritas tentaranya dari Irak, Selasa (07/01). Hal serupa dilakukan Spanyol.

Di timur, China memilih untuk “berperan lebih konstruktif” menjaga keamanan regional di Asia, dan meminta kedua pihak “manut pada hukum internasional”.

Indonesia lewat Menteri Luar Negeri juga angkat bicara, meminta Iran dan Amerika menahan diri agar tak terjadi ekskalasi lebih lanjut.”

Jatuhnya Boeing, terkaitkah?

Pada hari yang sama dengan serangan rudal Iran ke markas militer AS di Irak, sebuah pesawat komersial, Boeing 737-800 milik maskapai Ukraine International Airlines, jatuh dua menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Teheran, Iran.

Seluruh 176 penumpang dan awak pesawat tewas.

Korban berasal dari berbagai negara, dengan mayoritas adalah warga negara Iran (82 orang), Kanada (63), Ukraina (11), Swedia (10), Afghanistan (4), Jerman (3) dan Inggris (3).

Apakah terkait dengan konflik Iran-AS?

Penyebab kecelakaan masih terus diselidiki.

Sejauh ini tidak ada pernyataan resmi yang menyebut kedua peristiwa (kecelakaan pesawat dan konflik Iran-AS) terkait.

Meskipun begitu, Kedutaan Ukraina mencabut pernyataan mereka sebelumnya, yang menyebut ‘terorisme atau serangan roket tidak terkait’ dengan jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan PS752, tujuan Kiev itu.

Kantor berita pemerintah Iran, ITIB menyebut Kotak Hitam pesawat telah ditemukan. Kotak Hitam memuat data penerbangan yang bisa mengungkap apa yang terjadi pada pesawat sebelum jatuh.

Namun, Kepala Otoritas Penerbangan Sipil Iran, Ali Abedzadeh menegaskan, “tidak akan menyerahkan Kotak Hitam tersebut kepada perusahaan pembuat pesawat (Boeing) atau ke Amerika”.

Sebelumnya, kantor berita ISNA Iran melaporkan bahwa kecelakaan adalah karena kerusakan teknis pesawat.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 5 Info Terbaru Konflik Iran Vs Amerika, Presiden Donald Trump Mendadak Ajak Iran Berdamai, 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved