Virus Corona
Beginilah Video Pemakaman Pasien Positif Corona di Malaysia, Jenazah Dikuburkan Pukul 3 Pagi
Pukul 2.55 pagi jenazah dimasukkan ke liang lahat. Pemakaman berlangsung cepat, selesai pukul 03.30 pagi.
Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM -- Viral video pemakaman pasien positif Covid-19 atau Corona di Malaysia.
Diketahui, jumlah kasus baru virus Corona di Malaysia kini mencapai 153.
Malaysia juga menjadi negara di Asia Tenggara dengan sebaran kasus Covid-19 tertinggi yakni 1.183 kasus.
Meski demikian, tingkat penyembuhan di negara ini juga cukup tinggi yakni 114 kasus dengan tingkat kematian 4 kasus.
• Kisah Haru Orderan Fiktif Senilai Rp 600 Ribu Dialami Driver Ojol Asal Boyolali, Alamat Rumah Kosong
• Tenaga Medis di RS Toraja Terpaksa Gunakan Jas Hujan dan Sepatu Boots Karena Kekurangan APD
• Isi 8 Poin Perjanjian Purwadi dan Puluhan Pendukungnya, Pertemuan Dilakukan Ditengah Pandemi Corona
Jumlah kematian pasien postif Covid-19 di Malaysia saat ini adalah 9 orang.
Jumlah tersebut relatif lebih rendah dibanding Indonesia.
Sejumlah pasien yang meninggal akibat virus Corona juga sudah dimakamkan sesuai protokol.
Belakangan beredar video yang diduga merupakan prosesi pemakaman pasien yang meninggal akibat Covid-29.
Jenazah itu disebut-sebut merupakan kasus ke-8 di Negeri Jiran.
Dikutip TribunSolo.com dari Harian Metro, sebuah sumber dari NSTP melaporkan pada Sabtu (21/3/2020) sekitar pukul 20.00 malam ada beberapa orang yang menggali kuburan.
Lalu pada pukul 21.46 malam empat kendaraan polisi dan petuga dari Departemen Kesehatan tiba di pemakaman.

Dalam video yang beredar polisi masuk terlebih dahulu ke area pemakaman.
Mereka mengecek untuk memastikan keamanan di area pemakaman.
Melalui speaker, polisi Malaysia juga memperingatkan warga sekitar agar tidak berkumpul di area yang teah disterilkan.
Apalagi Malaysia saat ini tengah menerapkan sistem lockdown.
Dalam hitungan jam, hanya ada sorot lampu kendaraan polisi di pemakaman.
Jumlah keluarga yang hadir di pemakaman pun hanya 10 orang.
Semua yang berada di area pemakaman mengenakan baju pelindung lengkap dengan masker berwarna putih.
Tidak ada seremonial pemakaman pada umumnya.
Pada pukul 23.06 tibalah mobil van yang membawa jenazah.
Saat itu polisi kembali menginstruksikan awak media termasuk warga sekitar agar tidak masuk area pemakaman.
Seorang saksi mengatakan, suasana pemakaman itu berlangsung hening kemudian.
Sekitar lima orang pria yang diyakini merupakan petugas dari rumah sakit sebelum pemakaman diberikan instruksi.
Mereka langsung mengenakan baju pelindung sebelum menguburkan jenazah
Pukul 2.55 pagi jenazah dimasukkan ke liang lahat.
Pemakaman berlangsung cepat, selesai pukul 03.30 pagi.
Simak video suasana pemakaman pasien Covid-19 di Malaysia berikut ini:
Protokol Pemakaman Serupa di Eropa
Salah satu warga Italia, Alfredo Visioli mengembuskan napas terakhirnya setelah terjangkit Covid-19.
Penyakit ini merenggut label panjang umur padanya, karena meninggal pada usia 83 tahun.
Alfredo dimakamkan di tanah kelahirannya yakni Kota Cremona, Italia Utara.
Tidak ada keluarga maupun orang-orang terdekat Alfredo pada acara penguburannya.
Bahkan upacara pemakaman pun tidak dilaksanakan sebagaimana lazimnya.
"Mereka menguburnya seperti itu, tanpa pemakaman, tanpa orang-orang yang dicintainya, hanya dengan doa dari pendeta," kata cucu Alfredo, Marta Manfredi yang juga tidak hadir dalam pemakaman kakeknya itu, dilansir Reuters.
Apalagi kalau bukan isolasi yang memaksanya untuk tetap tinggal di rumah.
"Ketika ini semua berakhir, kami akan memberinya pemakaman yang nyata," sumpah Manfredi.
Pandemi global corona ini mengubah semua tradisi bahkan sampai pada penghormatan terakhir untuk seorang almarhum.

Seakan tidak ada lagi ruang tanpa Covid-19 di Italia, sebab ritual kuno untuk menghormati orang meninggal dan menghibur keluarga yang berduka dipangkas karena takut justru malah menjadi malapetaka sendiri.
Virus yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang di dunia ini secara tidak langsung mengubah perspektif manusia atas kematian.
Dari mulai karena terjangkit infeksi Covid-19 yang serius hingga mungkin terkait spiritual yang lama ditinggalkan.
Ketakutan jenazah Covid-19 bisa menularkan wabah pun sudah dirasakan Iran.
Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, pemerintah Iran menaburkan bubuk putih di areal pemakaman.
Disinyalir itu adalah kapur untuk mencegah penularan lebih lanjut kepada petugas pemakaman.
Irlandia juga demikian, pemerintah mengimbau pekerja kamar mayat untuk memakaikan masker untuk mayat-mayat tersebut.
Tujuannya tentu untuk mengurangi resiko penularan kepada yang mengurus jenazah ini.
Sementara itu perusahaan pemakaman di Italia menyiarkan prosesi pemakaman agar keluarga yang sedang dikarantina bisa mengikuti penguburan tersebut.
Sama halnya dengan Korea Selatan, angka infeksi yang sempat melonjak drastis menyebabkan penurunan angka pelayat di sejumlah jasa pemakaman.
Di sisi lain Italia, Bergamo, menyediakan sedikit waktu upacara penguburan.
Bergamo sendiri termasuk dalam wilayah dengan kasus Covid-19 yang cukup banyak.
Otoritas Pemakaman di Bergamo, Giacomo Angeloni, mengaku setiap jam krematorium tidak henti diisi jenazah baru.
Padahal wilayah dengan 120.000 penduduk ini biasanya hanya menangani 5 sampai 6 orang meninggal pada hari-hari normal.
Dilansir The Wuhanvirus, angka kematian Italia sudah melampaui China yakni 3.405.
Lebih sekitar 200 orang daripada China yang mengantongi 3.248 kematian.
Sedangkan persentase mortalitasnya sendiri mencapai angka 8,3 persen.
Pada Rabu lalu, tentara Italia mengirim 50 pasukan dan 15 truk ke Bergamo untuk membawa mayat-mayat tersebut ke daerah yang tidak lebih kewalahan dariapada kota ini.
Larangan datang ke pemakaman menurut Kepala Operasi Cruse Bereavement Care, Andy Langford telah merusak ritual dalam berduka.
Operasi Cruse Bereavement Care sendiri adalah badan amal Inggris yang menyediakan konseling bagi orang-orang yang berduka.
"Pemakaman memungkinkan suatu komunitas untuk bersatu, mengekspresikan emosi, berbicara tentang orang itu dan secara formal mengucapkan selamat tinggal," katanya.
"Ketika Anda merasa tidak memiliki kendali untuk berduka, dan merasakan saat-saat terakhir bersama seseorang, itu bisa menyulitkan cara untuk bersedih dan membuat Anda merasa lebih buruk," tambahnya. (Hanang Y/Ika Nur Cahyani)
Sebagian artikel telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Mayat Korban Corona di Irlandia Dipasangi Masker untuk Cegah Penyebaran Covid-19