Virus Corona
Tak Perlu Pakai APD, Beginilah Bilik Swab Karya Dosen UGM untuk Para Tenaga Kesehatan
Semakin meningkatnya kebutuhan alat pelindung diri ( APD) membuat persediaanya semakin menipis.
Dijelaskan, bilik tersebut didesain dengan ukuran 90x90 cm dengan tinggi 2 meter. Bodi bilik terbuat dari bahan alumunium panel komposit (APC) dengan ketebalan sekitar 3 mm.
Idealnya, bodi bilik menggunakan bahan stainless steel, tetapi terkendala harga yang mahal maka untuk sementara penggunaan kayu tidak memungkinkan sedangkan dengan bahan GRC Board kurang cocok apabila dibersihkan dengan disinfektan.
Kendati menggunakan bahan murah, tetapi kualitas bilik swab tetap terjaga dan sesuai dengan standar medis.
Pada bilik itu juga dilengkapi dengan HEPA filter yang biasa dipakai untuk membuat ruangan bersih dan steril layaknya di laboratorium.
Di dalam bilik juga diberi lampu pencahayaan, blower, dan amplifier dengan speaker sebagai sarana komunikasi dengan pasien.
Mudah dipindahkan
Desain bilik bersifat dinamis, dapat bergerak dengan empat roda di bawahnya.
Dengan desain seperti itu memungkinkan bilik untuk mudah dipindahkan dan dapat dipakai di berbagai tempat.
Disinfeksi dilakukan pada sarung tangan sekali pakai dan permukaan luar bilik sebelum siap dipakai oleh pasien berikutnya.
"Jadi, saat ada pasien baru datang untuk diswab kondisinya sudah bersih, sudah disemprot dan diganti dengan sarung tangan yang baru," katanya.
"Background saya mikrobiologi, lebih dari 35 tahun belajar tentang bakteri, jamur, virus dan lainnya sehingga familiar tentang karakteristik virus seperti apa dan membuat ruang bebas kuman seperti apa," imbuhnya lagi.
• Cerita di Balik Video Viral Pembawa Peti Jenazah Sambil Menari di Ghana, Diiringi Musik dengan Beat
Bisa inspirasi generasi muda
Untuk dana pembuatan bilik ini berasal dari donasi masyarakat, termasuk melalui grup Whatsapp Sambatan Jogja (Sonjo) yang diinisiasi koleganya dari FEB UGM Rimawan Pradiptyo, Ph.D.
Adapun 1 unit bilik swab menghabiskan biaya sekitar Rp 8 juta.
Dalam proses produksi dia menggandeng dua UMKM di Yogyakarta. Untuk sementara ini, kapasitas produksi masih terbatas sebanyak 10-15 unit per minggu.