Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Virus Corona

Pemerintah Imbau Jangan Sampai Positif Corona dan DBD Bersamaan, Kini Capai 40 Ribu Lebih Kasus DBD

Tak banyak diketahui saat ini di tengah pandemi virus corona (covid-19), kasus demam berdarah yang terjadi Indonesia juga terus bertambah.

Penulis: Naufal Hanif Putra Aji | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
IST
Nyamuk 

TRIBUNSOLO.COM - Tak banyak diketahui saat ini di tengah pandemi virus corona (covid-19), kasus demam berdarah yang terjadi Indonesia juga terus bertambah.

Hal ini disampaikan Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menyebutkan hingga data 14 April 2020 terdapat 41.883 orang.

Para Penggali Makam Jenazah Corona di Jebres Solo akan Terima Bantuan Sembako

Pertama Kali Libur Kerja Terlalu Lama Sejak Usia 16 Tahun,Sophia Latjuba Bicara Soal Perubahan Besar

"Kasus tertinggi terjadi di Jawa Barat 6.317 orang, Nusa Tengga Timur 4.579 orang, dan tertinggi ketiga Lampung dengan jumlah kasus 3.972 kasus," kata Siti Nadia kepada Tribunnews.com, Rabu (15/4/2020).

Dari 41.883 orang yang terjangkit demam berdarah terdapat 266 kasus dan paling banyak terjadi di Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 48 yang meninggal.

Gambar ilustrasi-Demam Berdarah di Tangerang jadi 87 Kasus, Lakukan Pencegahan Lingkungan hingga Kimiawi Berikut Ini.
Gambar ilustrasi-Demam Berdarah di Tangerang jadi 87 Kasus, Lakukan Pencegahan Lingkungan hingga Kimiawi Berikut Ini. (Tribunnews)

"Tertinggi kasus pertama meninggal NTT 48 orang, Jawa Barat 33 orang, Jawa Timur 26 orang," ucap Siti Nadia.

Kementerian Kesehatan memastikan walaupun ada pandemi covid-19, fasilitas kesehatan yang ada masih mampu menangani pasien demam berdarah.

Tapi dengan pandemi covid-19 ini pemerintah meminta masyarakat di rumah saja sambil juga menjaga kebersihan sehingga tidak banyak jentik nyamuk demam berdarah di sekitaran rumah.

"Sampai sekarang masih tertanggulangi ya, tapi masyarakat harus jaga kesehatan supaya tidak terkena DBD sehingga ridak perlu ke rumah sakit," pungkas Nadia.

Jangan Sampai Terserang Bersamaan

Terkait hal ini pemerintah pun meminta masyarakat untuk tidak hanya mewaspadai penyebaran Virus Corona, melainkan juga penularan DBD.

Dikutip dari TribunWow.com, Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan pada musim pancaroba seperti saat ini, tingkat penularan DBD mengalami peningkatan.

Hal ini disampaikan oleh Yurianto dalam konferensi pers di Gedung BNPD, Jumat (17/4/2020) yang tayang di kanal YouTube KompasTV.

Yurianto mengingatkan supaya masyarakat tidak terserang dua penyakit mematikan tersebut secara bersamaan.

Jika hal tersebut terjadi maka otomatis akan lebih menyulitkan dalam penyembuhannya.

Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan tingkat kematian akan semakin tinggi.

"Karena kita pahami, infeksi demam berdarah dan infeksi Covid-19 apabila terjadi persamaan ini akan menyulitkan kita," jelas Yurianto.

"Akan menambah jumlah kesakitan dan tidak menutup akan meningkatkan jumlah kematian," ungkapnya.

Oleh karenanya, Yurianto mengingatkan betapa pentingnya dengan tetap berada di rumah untuk menghindarkan dari dua penyakit tersebut.

"Oleh karena itu ini yang menjadi penting untuk kita pahami" harapnya.

"Mari berada di rumah, bukan hanya untuk menghindari penularan Covid-19, tetapi berada di rumah juga sekaligus untuk membasmi, memberantas sarang nyamuk, karena kita akan berhadapan dengan infeksi yang lain," pungkasnya.

Kronologi Suami-Istri Jadi Korban Percobaan Begal di Sragen, Pelaku Sempat Todongkan Pisau

Perbedaan Gejala DBD dan Corona yang Tak Begitu Kentara

Gejala penyakit corona sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain yang lebih familiar, salah satunya demam berdarah dengue (DBD).

Tidak banyak yang tahu, perbedaan DBD dan corona sebenarnya tipis.

Baik DBD maupun Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus.

Sehingga, gejala awal yang terjadi memang bisa saja mirip, seperti demam, nyeri otot, dan badan terasa lemas.

Menurut laporan yang diterbitkan di Singapura, ada dua contoh kasus yang menggambarkan kesalahan diagnosis Covid-19 menjadi demam berdarah dengue.

Dikutip dari Grid.id seorang artis ibu kota yang positif terinfeksi Covid-19 pun sebelumnya menerima perawatan di rumah sakit dengan diagnosis awal demam berdarah.

Ia adalah Andrea Dian yang mengaku saat itu justru didiagnosis mengalami demam berdarah.

"Di sana aku didiagnosis Demam Berdarah dan langsung opname," jelasnya.

Selang beberapa hari kondisi Andrea pun dikabarkan membaik.

Namun setelah dilakukan pemeriksaan ulang dan scan ia justru menemukan flek di bagian paru-parunya.

 "Tapi karena khawatir aku diminta untuk cek thorax. Hasilnya bagus. Cek influenza, hasilnya negatif. Dan waktu scan paru, ada flek di kanan dan kiri," jelasnya.

Dari situ lah akhirnya Andrea kembali melakukan cek dan benar saja, ia dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Para Penggali Makam Jenazah Corona di Jebres Solo akan Terima Bantuan Sembako

Mengapa DBD dan corona dianggap mirip?

Infeksi virus DBD dan corona sulit untuk dibedakan karena keduanya memiliki ciri klinis serta laboratoris yang mirip. Sebagai contoh, seorang pasien di Singapura datang dengan mengalami gejala yang mirip dengan gejala DBD, seperti:

  • Demam
  • Batuk
  • Nilai trombositnya rendah
  • Nilai leukositnya rendah

Ia tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri serta tidak merasa pernah berkontak dengan orang yang positif Covid-19.

Lalu, pemeriksaan rontgen pun menunjukkan hasil baik.

Setelah itu, dokter memeriksanya dengan melakukan rapid test untuk DBD dan hasilnya positif.

Akhirnya, dokter memutuskan untuk mendiagnosis kondisinya sebagai DBD.

Namun, setelah beberapa hari menjalani perawatan, pasien tak kunjung membaik dan malah mengalami gejala tambahan, yaitu sesak napas.

Setelah melakukan pemeriksaan rontgen paru ulangan, dokter memutuskan untuk menjalankan pemeriksaan swab pada pasien. Hasilnya, ternyata pasien positif Covid-19.

Laporan tidak jauh berbeda juga terjadi pada pasien kedua di Singapura.

Bedanya, gejala yang ia alami juga ditambah dengan lemas, nyeri otot, dan diare.

Karena kondisinya yang tak kunjung membaik setelah dirawat akibat DBD, maka dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan tambahan, termasuk swab untuk corona dan ternyata, hasilnya pun positif Covid-19.

Kesalahan diagnosis kedua pasien ini, disebut dalam laporan tersebut adalah karena hasil false positif atau positif palsu saat dilakukan rapid test DBD.

Karena itu, ada baiknya jika memenuhi kriteria, pasien suspect DBD juga menjalani tes Covid-19 untuk mendapatkan diagnosis yang lebih pasti.

Edukasi Soal Bahaya Corona Pada Warganya, Bupati Ini Keliling Kampung Bawa Peti Mati

Lalu, apakah perbedaan infeksi DBD dan virus corona?

Meski mirip, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pembeda antara DBD dan corona, yaitu:

1. Gejala

Secara klinis, gejala DBD dan infeksi Covid-19 memang tidak jauh berbeda.

Namun, ada beberapa hal sebagai ciri khas gejala DBD yang sejauh ini belum ditemukan pada pasien Covid-19, yaitu munculnya bintik-bintik merah yang biasanya muncul pada hari kedua hingga kelima setelah tubuh mulai demam.

Pada beberapa orang, DBD juga bisa memicu terjadinya perdarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, dan mudah memar.

2. Mekanisme penyebaran

 Meski sama-sama berasal dari virus, penularan DBD dan virus corona berbeda.

Seperti yang kita tahu, DBD ditularkan melalui nyamuk.

Sementara itu, virus corona ditularkan melalui droplet atau percikan air liur penderita.

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan DBD yang menyeluruh biasanya disertai dengan pemeriksaan darah lengkap.

Sementara itu pada Covid-19, pemeriksaan spesimen darah biasanya hanya dilakukan saat rapid test menggunakan antibodi.

Untuk infeksi virus corona, pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan pengambilan sampel melalui tes swab baik dari hidung maupun tenggorokan yang kemudian diperiksa menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).

 Saat Orang Parno Corona, Pria Tergeletak di Jalan Kartasura Dibiarkan, Ternyata Epilepsinya Kambuh

4. Cara pencegahan

Mempraktikkan physical distancing atau menjaga jarak antarmanusia, sangat penting untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sebab, droplet yang keluar dari tubuh penderita yang positif, masih bisa jatuh ke permukaan di dekatnya.

Selain itu, rajin cuci tangan dan tidak menyentuh wajah juga sangat bisa mengurangi penularan virus corona.

Sementara itu pada demam berdarah, cara paling efektif untuk mencegahnya adalah dengan memutus daur hidup nyamuk, sebagai pembawa virus.

Menjaga kebersihan lingkungan dengan menutup rapat tempat yang bisa menampung air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang wadah yang bisa menampung air dianggap efektif untuk cegah DBD.

Sedangkan untuk pengobatan DBD dan Covid-19 sendiri tidak jauh berbeda. Sejauh ini, belum ada obat yang benar-benar dianggap efektif untuk mengatasi infeksi virus corona. Begitu juga dengan pengobatan untuk DBD.

Jadi, pengobatan kedua penyakit fokus untuk meredakan gejala yang dirasakan dan meningkatkan daya tahan tubuh, agar antibodi di tubuh kita bisa mengalahkan virus yang mampir.

Sebab, infeksi virus merupakan penyakit self limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya apabila daya tahan tubuh kita bagus.

(TribunSolo / naufalhpa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved