Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Virus Corona

Ini 4 Cara Pengobatan Corona di Indonesia, Menristek: Tranfusi Plasma Darah Hasilnya Cukup Melegakan

Di tengah pandemi ini berbagai upaya dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk bergotong-royong melawan virus corona.

Capture Youtube Kompas TV
Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro 

TRIBUNSOLO.COM - Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia sampai saat ini masih terus bertambah.

Di tengah pandemi ini berbagai upaya dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk bergotong-royong melawan virus corona.

Mulai dari penanganan yang bersifat pencegahan untuk memutus rantai persebaran hingga untuk menyembuhkan virus corona.

7 Berita Populer Solo Raya 3 Mei 2020, Kiper Persis Solo Jadi PKL hingga Jual Ginjal karena Corona

Untuk pencegahanya pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya social distancing, physical distancing, wajib menggunakan masker hingga yang terbaru PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Sementara itu untuk upaya penyembuhanya kini kabar terbarnya pemerintah tengah melakukan uji vaksin corona hingga serum anti corona.

Dikutip dari YouTube Kompas TV, Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini ada 4 hal yang tengah dikembangkan, tayang Minggu (3/5/2020).

1. Suplemen 

Pemerintah tengah mengembangkan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien corona.

"Saat ini kita sudah melakukan baik sistematik review kemudian studi bioinformatika dan saat ini sedang dilakukan uji klinis terutama di Rumah Sakit Wisma Atlet" ujar Bambang.

Viral Guru SD Asal Sragen Ngajar Door to Door ke Rumah Murid: Tak Semua Murid Punya Smartphone

Ia juga menambahkan penelitian untuk suplemen ini terutama pada bahan-bahan seperti jahe merah, jambu biji, kemudian virgin coconut oil.

Dalam hal ini pemerintah berharap, suplemen dapat dikembangkan dari bahan-bahan tersebut.

2. Obat dan Vaksin

Selain itu pemerintah kini juga tengah melakukan penelitian pada obat dan vaksin.

"Untuk obat kini kami sedang melakukan uji klinis terhadap bermacam obat yang direkomendasikan dari luar negeri, baik itu avigan, Klorokuin, dan tamiflu, ucap Menristek ini.

Selain itu Bambang juga menyebut jika pemerintah tengah mengembangkan pilkina untuk alternatif obat guna meringankan kondisi dari pasien.

3. Plasma Darah

Selain obat-obatan, pemerintah juga tengah mengembangkan pengobatan dengan cara convalescent plasma.

"Plasma orang yang sudah sembuh kemudian dicoba untuk dijadikan terapi untuk pasien covid-19 yang sudah dalam kondisi berat, dari penelitian yang telah dilakukan RSPAD, sudah mulai ada hasil yang cukup melegakan, namun tentu riset harus tetap dilakukan dalam skala yang lebih besar" ujarnya. 

Ramalan Zodiak Keuangan, Senin 4 Mei 2020: Libra Ada Tambahan Kebutuhan yang Harus Dibayarkan

4. Serum Anti Corona

Hal yang terakhir yang tengah dikembangkan adalah serum anti Covid-19.

"Kita mencoba membuat serum anticovid -19  yang bekerja sama dengan Biofarma, Lipi, dan IPB, yang kita harapkan bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan kesembuhan dari covid-19" ucap Bambang.

Cerita Pasien 03 Corona Lakukan Donor Plasma Darah

Pengobatan plasma darah untuk menyembuhkan virus Corona atau Covid-19 kini ramai diperbincangkan.

Pengobatan ini muncul di tengah masyarakat yang menanti obat atau vaksin virus corona segera ditemukan.

Dikarenakan dalam mengembangkan vaksin tidak mungkin terjadi dalam waktu cepat.

 Ventilator Buatan Mahasiswa UNS Solo, Bisa Bantu Pernapasan Pasien Corona

Para ilmuwan dan tenaga kesehatan, termasuk di RSPAD Gatot Subroto, saat ini tengah meneliti cara pengobatan ini.

Menurut Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unair, Djoko Santoso mengatakan bahwa terapi ini sudah dikerjakan 100 tahun yang lalu.

“Istilah ini sudah dikerjakan 100 tahun yang lalu. Saat flu Spanyol tahun 1932, jadi ini bukan suatu hal yang baru. Tapi untuk publik ini hal yang baru, padahal itu tidak,” kata Djoko seperti dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (22/4/2020).

Dia menjelaskan terapi antibodi plasma darah pasien sembuh covid-19, juga dikembangkan negara lain, seperti Amerika Serikat, Iran, Jepang, dan Inggris.

“Plasma itu terdiri dari zat pengencer juga adanya imunitas yang disebut imunoglobulin, kemudian tanpa sel leukosit dan sel eritrosit.

Ini sudah dilakukan di Thailand, Inggris, Amerika Serikat,” paparnya. 

Namun keterbatasan alat terap plasma darah yang ada di Indonesia menurut dia bukan menjadi kendala.

“Untuk alat itu tidak masalah di Indonesia. Masalahnya adalah inisiasi awal bagaimana itu didorong."

Djoko menilai masalah di Indonesia berada di keterlambatan penerapan priotitas terapi plasma darah ini.

“Kemarin bila lihat beritanya dari pak JK itu akan mendatangkan alat, nah itu kan berarti probleme nya adalah prioritasnya.

Jika itu disorong lebih awal, itu dua bulan yang lalu yang meninggal-meninggal sekitar 600 itu mungkin bisa ditolong separuhnya,” jelas dia.

Terkait hal tersebut baru-baru ini Pasien nomor 03 kasus corona yang berhasil sembuh Ratri Anindyajati baru saja melakukan pendonoran plasma darahnya.

Melalui akun instagram pribadinya, ia bercerita jika dirinya baru saja melakukan donor plasma darah untuk pengobatan pasien covid-19.

 Kesaksian Warga Kampung Baru Solo : Ibu Dijambret Usai Antar Daging 5 Kg, Pelaku Pakai Honda Vario

Dalam postingan tersebut Ratri bersama dengan ibu dan kerabatnya.

Melalui unggahan instagramnya pada tanggal 18 April 2020 Ratri juga menuliskan cerita dirinya saat melaukan donor plasma darah.

"Proses pengambilan plasma darahku berhasil dengan lancar dan ternyata gak sebegitu menyeramkannya loh, hehehe. I know, aku katro banget karena penakut banget sampai Ibu harus pegangin tangan sebelah kiri supaya aku tenang dan santai" tulisnya.

Wanita ini pun juga menjelaskan bagaimana proses pengambilan plasma darahnya mulai dari banyaknya hingga lamanya.

"Total proses pengambilan 200 cc plasma darah (yg warna putih) berjalan selama hampir 1 jam. Dengan alat khusus yg menyaring plasma darah dari darah merahku. Ternyata memang sesuai penelitian ttg Covid-19 per hari ini, plasma darah orang yg sudah sembuh bisa membantu penyembuhan orang lain yg sedang terpapar" tulis Ratri. 
⠀⠀
"Jadi untuk teman-teman yg sudah sembuh atau akan sembuh, dan jika sudah benar-benar pulih dan berkenan utk menyumbangkan plasma darahnya, kalian juga bisa!"
⠀⠀
"Untuk teman-teman sesama COVID-19 survivor yang tertarik bisa hubungi aku untuk tanya-tanya atau jika berminat ingin tahu bagaimana prosesnya, bisa juga langung hubungi Unit Transfusi Darah di RSPAD Gatot Subroto."
⠀⠀
"If we can help each other, why not, right?" Tulisnya dalam akun @ratrianindya.

Dalam postingan ini ketika berita ini dibuat telah disukai oleh 2687 orang dan dikomentari sebanyak 180 orang.

 Warga Korut Ternyata Juga Panik Dengar Isu Kim Jong Un Meninggal, Sudah Bersiap Perang Saudara

Lalu terkait donor darah tersebut seberapa efektif bagi kesembuhan pasien?

Dikutip Kompas.com dari Food and Drug Administration (FDA) baru-baru ini merekomendasikan para pasien Covid-19 yang telah sembuh untuk mendonorkan plasma darah mereka.

Plasma darah ini digunakan untuk terapi yang disebut bisa mengobati penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV-2.

Convalescent plasma, begitu nama terapi tersebut, dilakukan dengan cara memasukkan plasma darah penuh antibodi milik pasien yang telah sembuh ke tubuh penderita Covid-19.

Situs resmi FDA menyebutkan terapi ini bisa dilakukan sebagai opsi penyembuhan Covid-19, mengingat tingkat keberhasilan yang cukup tinggi di China.

Sementara itu Prof David Muljono selaku Deputy Director Eijkman Institute of Molecular Biology menyebutkan convalescent plasma sangat mungkin dilakukan termasuk di Indonesia.

“Plasma diambil dari darah pasien yang sembuh, tetapi ada kriterianya,” tutur David saat webinar yang digelar oleh The Conversation Indonesia bertajuk “Mengukur Efektivitas Intervensi Pemerintah dalam Penanganan Covid-19, Selasa (21/4/2020).

Kriteria yang harus dimiliki eks-pasien Covid-19 antara lain usia 18-55 tahun, berat badan lebih dari 50 kilogram, tidak memiliki penyakit penyerta, serta mampu mendonorkan darahnya.

“RNA pasien harus pernah positif, dengan indikasi pasien tersebut harus yang memiliki progress (penyembuhan) yang cepat dan penyakitnya tidak lebih dari tiga minggu,” paparnya.

Terapi convalescent plasma bukanlah kali pertama dilakukan untuk beberapa jenis penyakit. David menjelaskan, sebelumnya terapi ini dilakukan untuk mengobati penyakit SARS, MERS, hantavirus, dan flu burung.

 Detik-detik Ibu di Solo Dijambret & Terseret 5 Meter Demi Genggam Tas Berisi Uang Hasil Jual Daging

Untuk kasus Covid-19, convalescent plasma pertama kali dipraktekkan di China.

“Awalnya ada 5 orang diberi terapi itu di China, kemudian ditambah 10 orang lagi. Kemudian ada 2 orang lagi di China. Itu artinya di dunia sampai saat ini baru ada 17 orang yang diberikan terapi tersebut,” tambah David.

Berdasarkan data terbatas itu, tingkat keberhasilan convalescent plasma memang cukup tinggi.

Para pasien di China yang telah diberikan convalescent plasma mengalami penyembuhan yang lebih cepat, serta keparahan yang berkurang terutama pada saluran pernapasan.

Lalu apakah terapi ini benar efektif untuk menyembuhkan Covid-19? David mengatakan terlalu dini untuk berkesimpulan seperti itu.

Itulah mengapa Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mengeluarkan rekomendasi no 7.

“Rekomendasi no 7 yang dikeluarkan IDSA menyebutkan convalescent plasma bukanlah pengobatan terakhir, dan masih belum banyak pengalaman klinis. Butuh studi lebih banyak yang diobservasi secara ketat untuk membuktikan efektivitasnya,” tutur ia.

 (TribunSolo.com/naufalhpa)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved