Viral Tinggal di Becak Solo
Ini Alasan Keluarga yang Tinggal di Becak, Tak Balik Grobogan Meski Sudah Tak Punya Kerjaan di Solo
Selama puluhan tahun di perantuan di berbagai kota, orangtua Dul Rohmat tak mengetahui kesulitan yang dihadapi anaknya.
Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com,Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO. COM, SOLO - Bertahan di sebuah kota besar seperti Solo tak pernah mudah.
Terlebih keluarga kecil Dul Rohmat, tak punya penghasilan dan hanya menggantung hidup dari belas kasian orang lain.
Dul Rohmat setulnya bukan orang asli Solo, ia berasal dari sebuah desa kecil di Kecamatan Gundih Kabupaten Grobogan.
Ia merantau dan menjadi kuli bangunan sejak ia tamat SMP 3 Geyer sekitar 10 tahun lalu.
"Karena keadaan saya gak nerusin lagi," kata Dul Rohmat saat ditemui TribunSolo.com, saat tengah berada di kawasan Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).
• Kakaknya Kena PHK, Kini Giliran Adiknya Juga Alami Nasib Serupa, Kini Ikut Menggelandang di Solo
• Meski Tinggal di Rumah Becak Imbas Corona, Anak Dul Rohmat Berusia 13 Bulan Tak Pernah Rewel
• Kisah Pilu Sekeluarga Ada Balitanya Tinggal di Becak, Hidup Menggelandang Usai di PHK Akibat Corona
"Semenjak lulus SMP saya langsung merantau ke mana-mana, yang paling lama di Solo ini," tambahnya.
Selama puluhan tahun di perantuan di berbagai kota, orangtua Dul Rohmat tak mengetahui kesulitan yang dihadapi anaknya.
Termasuk saat anaknya tak bisa bekerja lagi sebagai kuli bangunan dan hidup menggelandang dengan becak sewaan di Solo.
Ia tak ingin orangtuanya semakin terbebani dengan keadaan.
Karena selama 4 tahun secara intens hidup mandiri di Solo dengan mengandalkan jadi kuli bangunan.
"Di rumah orangtua ndak tau kalau saya sudah tidak bekerja," kata Dul Rohmat.
"Kasian kalau orangtua tambah terbebani," ujarnya.
Diceritakan oleh Dul Rohmat, orangtuanya di kampung halaman pun merasakan kesulitan semenjak musibah pandemi Corona.
Bahkan, untuk tinggal dan hidup harus numpang tinggal sekaligus makan dengan orang lain.
• Update Corona Solo 4 Mei 2020: Pasien Bertambah Asal Karangasem, 1 PDP Usia 85 Tahun Meninggal
• Pemudik Kucing-kucingan Masuk ke Solo, Wali Kota Rudy Geram: Pemerintah Blenger
"Di rumah orangtua juga merasa kesulitan," paparnya.
"Orangtua saya numpang sama kakaknya karena tidak dapat bantuan sembako dari pemerintah," pungkasnya.
Dul merasa keadaan di Solo dirasanya lebih baik daripada di kampung halaman.
Terlebih untuk pulang ke Grobogan, ia tak punya ongkos lebih untuk membiayai perjalanan istri, anak dan adiknya itu.
"Di Grobogan sana sangat pelosok mas, kalau ngojek dari tempat bus berhenti bisa habis Rp. 60.000 lebih buat satu orang, itu belum biaya dari Solo kesana," ungkap dia.
"Mending di sini, ada bantuan makanan tiap hari," tambahnya. (*)