Sejarah dan Asal-usul PMI Solo : Kisah Kelam Pembantaian Brutal oleh Tentara Belanda di Pagi Buta

Rakyat yang mencari perlindungan akhirnya datang ke rumah dr Padmonegoro tersebut.

Terjadilah peristiwa kelam tersebut.

Dimulai saat pukul 05.00 pagi, beberapa orang tentara Belanda datang, kemudian melakukan penyembelihan terhadap 6 pegawai PMI.

Dua diantaranya adalah mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan magang.

Selain kepada enam orang tersebut ada puluhan korban lain yang ikut tewas dan menjadi korban luka.

Beruntung saat kejadian, dr Padmonegoro sedang pergi ke luar kota, sehingga nyawanya terselamatkan.

Atas kejadian tersebut PMI melakukan protes pada pihak Belanda di Jakarta dan melaporkan 'Peristiwa Solo' kepada ICRC (International Committee of the Red Cross) dan UNCI (United Nations Commisions for Indonesia). 

Lika Liku Kepemimpinan PMI Surakarta

Dalam perjalanannya, PMI Surakarta tidak selamanya mulus bahkan sempat ada gejolak di dalam tubuh keorganisasiannya sendiri.

Diantaranya sempat ada upaya 'pembersihan' pengurus dikarenakan ada beberapa anggota pengurus yang mulai melenceng dari visi misi PMI Surakarta.

Seperti dr Titis Wahyuono yang telah bergabung ke PMI dengan Korps Sukarela (KSR) yang menemukan laporan keuangan yang tidak transparan hingga pengelolaan PMI yang tidak sesuai kaidah.

Puncaknya pada tahun 1987, diadakan sebuah Musyawarah Cabang Luar Biasa dan bertempat di Tawangmangu, Karanganyar.

Pada musyawarah tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk melakukan pergantian ketua, walaupun masa baktinya belum berakhir.

Terpilihlah Soelatin Winarno sebagai Ketua PMI Surakarta.

Dilansir dari buku ‘PMI Adalah Ladang Amal’, dr Titis menyampaikan bagaimana memprihatikannya kondisi PMI Surakarta.