Viral Gerai Louis Vuitton Dijarah dalam Rusuh George Floyd, Ini Daftar Harga Tas yang Dijarah Massa
John Binder memperkirakan, kerugian yang dialami Louis Vuittons dari penjarahan ini, mencapai Rp 1,2 miliar.
Penulis: Aji Bramastra | Editor: Hanang Yuwono
Sementara dalam foto di atas, seorang wanita menjarah dompet Graceful PM seharga Rp 20 juta, serta tas Pochette Grenelle seharga Rp 35 juta.
Kerusuhan Picu Corona
Saat tingkat kematian akibat Virus Corona makin tak terkendali, sebuah kerusuhan rasial pecah di New York, akibat kematian seorang warga kulit hitam bernama George Floyd.
• Kakak George Floyd Ungkap Ulah Menyakitkan dari Donald Trump Saat Sampaikan Telepon Duka Cita
• Buntut Tewasnya George Floyd, Istri Polisi yang Terlibat Kini Digugat Cerai Istrinya
Nah, kerusuhan ini pun diprediksi akan membuat kasus Corona di Amerika Serikat, kian parah.
Per 31 Mei 2020, Amerika Serikat telah mencatat 105 ribu warganya meninggal dunia karena Covid-19.
Gubernur Minnesota mengatakan terlalu banyak pengunjuk rasa yang tidak melakukan social distancing atau memakai masker wajah.

Mereka tidak memedulikan peringatan di awal pekan soal kewajiban memakai masker dan social distancing itu.
Kebanyakan tidak mengacuhkan dan tidak terpengaruh.
"Tidak apa-apa bahwa di tengah pandemi kita harus berada di sini mempertaruhkan hidup kita," kata Spence Ingram pada Jumat setelah berbaris dengan pengunjuk rasa lain ke negara bagian Capitol di Atlanta.
"Tapi aku harus memprotes untuk hidupku dan berjuang untuk hidupku sepanjang waktu."
Ingram (25) yang mengenakan masker wajah, mengatakan dia menderita asma dan khawatir tertular virus.

Tapi dia berkata sebagai wanita kulit hitam, dia selalu merasa bahwa hidupnya berada di bawah ancaman dari polisi dan dia perlu memprotes hal itu.
Demonstrasi atas pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah seorang petugas polisi kulit putih Minneapolis menekan lutut di lehernya, datang pada saat banyak kota mulai bersantai dengan perintah tetap di rumah.
Para ahli kesehatan khawatir dan mulai takut bahwa pembawa virus yang asimptomatik alias tidak memiliki gejala tanpa disadari dapat menginfeksi orang lain pada demo protes.
"Apakah mereka bersemangat atau tidak itu tidak mencegah mereka terkena virus," kata Bradley Pollock, ketua Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat di University of California, Davis.
