Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo KLB Corona

Akhir Cerita Oknum Koordinator Santri Temboro Sragen yang Meneror & Intimidasi Perawat di Kedawung

Sosok peneror seorang perawat yang menangani Covid-19 di Puskesmas Kedawung, Kabupaten Sragen akhirnya mengaku salah.

Editor: Asep Abdullah Rowi
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
ILUSTRASI : Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020). Seorang pedagang dinyatakan positif Corona setelah mengikuti rapid test Covid-19 massal yang digelar Badan intelijen Negara (BIN) di Pasar Bogor kemarin. 

"Satu berada di desa kami dari Klaster Temboro."

"Akhirnya kami melakukan tracking dan didapatkan 18 orang dan kami rapid test Alhamdulillah hasilnya non reaktif," kata Windu.

Windu menyampaikan pihaknya telah melakukan prosedur yang berlaku terhadap penanganan Covid-19 baik itu pemudik, ODP maupun PDP.

Walaupun non reaktif pihaknya menghimbau agar tetap melakukan karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing.

Karena hasil rapid test belum spesifik.

"Petugas medis yang diancam ini bertugas mengumpulkan nama-nama yang dilakukan tracking dan berkoordinasi dengan yang positif."

"Perlakuan kami sudah sama dan sesuai ketentuan kenapa kita malah mendapatkan ancaman seperti ini."

"Kami mendzalimi dimana atau mungkin gara-gara dikarantina itu kami juga kurang paham," terang Windu.

Windu menyampaikan tenaga medis usai diancam tersebut sempat ketakutan.

Namun setelah diberi pemahaman oleh kecamatan dan Kesbangpol Sragen sudah agak tenang.

"Saya hanya khawatir dampaknya itu, Covid-19 ini kan belum selesai nanti kalau ada kasus-kasus lagi saya memerintahkan mereka pasti takut jika terjadi hal yang sama".

"Ancaman itu berisi kata-kata "kami sudah mempunyai data-data panjenengan dan kelompok panjenengan" jadikan itu menyeluruh ke semua petugas," terangnya.

Selama kurang lebih dua bulan bertugas, Windu menyampaikan keluh kesah rekannya bahwa mereka sebenarnya telah jenuh dan takut dengan resiko tertular.

"Kita sebenarnya kesulitan seperti kasus PDP yang meninggal, malam-malam saya dan petugas juga harus turun untuk mendampingi pemakaman tapi kok malah dapat ancaman seperti ini kan mempersulit lagi".

"Tidak ada ancaman saja mereka sudah takut dengan risiko tertular."

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved