Masuk Musim Hujan, BPBD Ungkap Daftar Wilayah di Sragen yang Berpotensi Banjir dan Tanah Longsor
Memasuki musim hujan, potensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor adalah hal yang perlu diwaspadai warga Sragen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mulai memasuki musim hujan pad Oktober 2025.
Hal itu sudah terlihat, di mana di Kabupaten Sragen sudah mulai sering diguyur hujan akhir-akhir ini, terutama saat sore hari.
Memasuki musim hujan, potensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor adalah hal yang perlu diwaspadai warga Sragen.
Baca juga: Sudah Bertahun-tahun Wilayah Bantaran Sungai Mungkung Sragen Jadi Langganan Banjir di Musim Hujan
Berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Sragen, dua bencana tersebut masuk 3 besar jumlah bencana yang paling banyak terjadi pada periode 2017-2023.
Tiga bencana paling banyak terjadi yakni tanah longsor, banjir, dan angin kencang, dengan total sebanyak 304 kejadian pada periode yang sama.
Tanah longsor menjadi bencana yang paling banyak terjadi pada periode tersebut, yakni sebanyak 130 kejadian.
Kemudian, kejadian angin kencang/puting beliung sebanyak 113 kejadian, dan bencana banjir sebanyak 61 kejadian.
Baca juga: Pemuda Asal Sragen Bobol Brankas Kantor di Karanganyar, Gasak Rp57 Juta
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sragen, R. Triyono Putro mengatakan bencana banjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Sragen terjadi karena kondisi hidrologi tergantung curah hujan.
Selain itu, menurut Triyono, besar kecilnya kejadian banjir sangat ditentukan oleh kemampuan Daerah Aliran Sungai (DAS) menampung besaran debit curah hujan.
Ia menyebut ada beberapa kecamatan yang rawan banjir, yang juga disebabkan karena berada di kawasan topografi berupa dataran rendah.
"Menurut laporan RPJMD Kabupaten Sragen, wilayah yang rawan terdampak bencana banjir merupakan wilayah yang memiliki topografi berupa dataran rendah, yang diikuti curah hujan yang tinggi," katanya kepada TribunSolo.com, Minggu (5/10/2025).
"Meliputi wilayah Kecamatan Masaran, Sidoharjo, Sragen, Plupuh, Tanon, Gesi, Tangen, Jenar, Sukodono, Sambungmacan, dan Ngrampal," tambahnya.
Baca juga: Kisah Pilu dari Sragen: Anak Antar Nasi Bubur ke Rumah Ibu, Malah Temukan Sang Ibu Tewas di Sumur
Terjadinya bencana banjir di wilayah Kabupaten Sragen juga karena kurang optimalnya daya tampung Sungai Bengawan Solo yang melewati beberapa kecamatan.
Karena kurang mampu menampung debit aliran, maka mengakibatkan meluapnya aliran sungai.
Selain banjir, tingginya curah hujan yang tinggi dengan durasi yang cukup lama, juga membuat wilayah Kabupaten Sragen berpotensi terjadi bencana tanah longsor.
"Daerah yang rawan terhadap bencana tanah longsor berada di wilayah rawan gerakan tanah, diantaranya Kecamatan Jenar, Tangen, Gesi, Sukodono, Mondokan, Sumberlawang, Miri, Sambirejo, Gemolong, Tanon, Masaran, dan Kalijambe," ujar dia. (*)
Sudah Bertahun-tahun Wilayah Bantaran Sungai Mungkung Sragen Jadi Langganan Banjir di Musim Hujan |
![]() |
---|
Kesaksian Marbot Saat Detik-Detik Kubah Masjid Agung Sukoharjo Roboh, Angin Kencang Selama 20 Menit |
![]() |
---|
Penyebab Nenek di Gemolong Sragen Meninggal Tercebur Sumur: Terpeleset saat Perbaiki Kerekan Timba |
![]() |
---|
Kisah Pilu dari Sragen: Anak Antar Nasi Bubur ke Rumah Ibu, Malah Temukan Sang Ibu Tewas di Sumur |
![]() |
---|
Kenapa Gading Gajah Purba jadi Ikon Kabupaten Sragen? Ternyata Begini Awal Mulanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.