Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Menderita Kelumpuhan Saraf Otak, Anak di Nguter Sukoharjo Hanya Jalani Terapi di Sanggar Inklusi

"Ya karena sanggar libur, jadi aktivitasnya hanya dirumah saja," jelasnya.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Agil
Ananda Rendi (14) warga Dusun Punthuk Rejo, RT 02 RW 01, Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo saat berbaring dikasurnya. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Seorang anak asal Dusun Punthuk Rejo, RT 02 RW 01, Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo  tak bisa menjalani aktivitas seperti anak pada umumnya.

Ananda Rendi (14) didiagnosa mengidap cerebral palsy atau kelumpuhan saraf otak.

Penyakit itu membuat dia tidak bisa berdiri maupun berbicara, sehingga dia hanya bisa berbaring di atas kasurnya.

Derita Kelumpuhan Saraf Otak Sejak Balita, Remaja Sukoharjo Hanya Bisa Berbaring di Kasur

Setelah Inspirasi Banyak Orang, Seekor Landak di Inggris ini Kini Jadi Selebgram

Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, membuat Rendi tidak bisa mendapatkan perawatan medis yang lebih baik.

Dia hanya menjalani terapi di Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter, agar tidak sering kejang-kejang.

"Untuk pengobatan tidak ada, biasanya diterapi kejangnya di Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter," kata ibu Rendi, Sumarti (55), Minggu (28/6/2020).

"Kalau obat kita memang ambil dari Rumah Sakit," imbuhnya.

Sumarti menjelaskan, Sanggar Inklusi itu telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo.

Sehingga Rendi, bisa mendapatkan terapi fisik di Sanggar tersebut.

"Sebenarnya usia Rendi tidak bisa masuk kesana, tapi karena dia sakit, diizinkan," ucap dia.

"Untuk terapinya sendiri, itu terapi wicara dan fisik, untuk mengatasi kejangnya," imbuh dia.

Namun karena ada pandemi virus corona ini, Sanggar Inklusi Tunas Bangsa Nguter diliburkan sementara.

"Ya karena sanggar libur, jadi aktivitasnya hanya dirumah saja," jelasnya.

Dia berharap, anaknya bisa mendapatkan penanganan medis yang lebih baik lagi.

"Saya ingin anak saya bisa hidup mandiri, karena saya nantinya tidak bisa merawatnya terus-menerus," harapnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved