Pendaki Gunung Lawu Membludak
Kisah Pendaki Asal Sragen : Dari Bergelut dengan Dingin, Hingga Puncak Gunung Lawu yang Overload
"Karena kondisi membludak sekali, banyak banget yang berada di pos lima, di bagian sabana-nya, sehingga tidak memungkin mendirikan tenda,"
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ilham Oktafian
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar dipadati para pendaki, Sabtu (4/7/2020).
• Buntut Antrean Candi Cetho Karanganyar, Jumlah Pendaki Dibatasi, Dari Zona Merah Diimbau Tak Naik
• Ribuan Pendaki Serbu Gunung Lawu, Antrean Jalur Candi Cetho Karanganyar Mengular Hingga 500 Meter
• Masih Pandemi, Objek Wisata di Karanganyar Dipenuhi Pengunjung, Begini Tanggapan Bupati Juliyatmono
Kepadatan itu sampai membuat antrean panjang dari pos pemberangkatan hingga tempat parkir Objek Wisata Candi Cetho.
Antrean itu mengular kira-kira sampai 500 meter jauhnya.
Itu terjadi lantaran adanya pengecekan suhu dan briefing terhadap para pendaki yang hendak menaklukkan Gunung Lawu seusai hampir 4 bulan vakum.
Para pendaki itu berasal dari berbagai daerah, nah, satu diantaranya dari Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Seperti, Erwik Handayani, pendaki asal Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen yang mendaki bersama rombongan sebanyak 129 orang.
Mereka berangkat dari sebuah masjid daerah Sragen sekira pukul 07.00 WIB dan sampai ke kawasan Candi Cetho sekira pukul 08.30 WIB.
Setibanya di sana, mereka kemudian mampir dulu ke sebuah villa untuk istirahat sejenak sebelum akhirnya menaklukkan gunung setinggi 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl).
"Dijamu dengan gorengan-gorengan, kemudian kami ada briefing dan doa bersama sebelum mendaki," terang Erwik kepada TribunSolo.com, Minggu (6/7/2020).
Erwik dan rombongan kemudian menuju pos keberangkatan jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho sekira pukul 09.15 WIB.
Mereka sempat mengantre pengecekan suhu dan mendapat briefing dari relawan yang bersiaga.
"Kita pukul 09.42 WIB menuju pos satu," jelas dia.
"Karena begitu banyaknya pendaki dari jalur Candi Cetho, akhirnya memang terjadi lalu lalang pendaki yang naik bahkan di sela-sela pendaki yang naik, ada yang turun dari jalur yang sama," tambahnya.
Kondisi jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, lanjut Erwik, begitu crowded sehingga membutuhkan waktu yang tak singkat.
Erwik dan rombongan akhirnya berhasil mencapai pos tiga jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho sekira pukul 14.00 WIB.
Mereka lantas memutuskan istirahat sejenak dan menunaikan salat.
Sebenarnya, beberapa diantara mereka berencana mendirikan tenda di pos tersebut.
Namun lantaran suhu terlampau dingin, akhirnya diurungkan dan memilih turun.
"Walaupun di sana sudah dilengkapi sleeping bag, matras, dan tenda, karena mereka baru pertama kali mendaki kemudian ada perubahan," katanya.
Beberapa dari rombongan lantas memilih turun sekira pukul 15.30 WIB karena tidak mau memaksakan diri.
"Saat turun, rombongan berjumpa dengan kakek berusia sekitar 70-an tahun melakukan pendakian menuju pos tiga bersama temannya," ujar Erwik.
"Temannya itu mengalami cedera kaki, namun tetap ditahan sampai mereka berhasil ke pos empat," imbuhnya.
Rombongan yang turun sampai ke pos pemberangkatan sekira pukul 19.30 dan memesan penginapan guna menunggu rombongan yang masih meneruskan pendakian.
Sebagian rombongan Erwik tetap meneruskan pendakian, ada yang sampai ke pos empat ada juga yang berhasil menaklukkan puncak Gunung Lawu.
Erwin menuturkan kondisi puncak lawu saat itu overload dan tidak memungkinkan untuk mendirikan tenda lagi.
Akhirnya, kebanyak memilih mendirikan tenda di pos tiga dan empat.
"Karena kondisi membludak sekali, banyak banget yang berada di pos lima, di bagian sabana-nya, sehingga tidak memungkin mendirikan tenda," tutur dia.
"Tendanya begitu dekat jaraknya, memang sangat overload," tambahnya.
Rombongan Erwik kemudian turun pada Minggu (5/7/2020) dan meninggalkan kawasan Candi Cetho sekira 16.00 WIB.
"Ada insiden untuk kepulangan, ada kemacetan dari pos 3, relawan harus evakuasi pendaki yang cedera tidak bisa jalan hingga bawah dengan memakai tandu," kata Erwik. (*)