Pro Kontra RUU HIP
Tolak RUU HIP, Sejumlah Ormas Islam di Jateng-DIY Ancam akan Gruduk Senayan
Dalam aksi itu, mereka mengancam akan menggruduk DPR RI di Senayan, Jakarta bila tuntutan mereka tidak dipenuhi. Ketua LUIS Edi Lukito dalam orasinya
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN – Aksi penolakan Rancangan Undang-undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) kembali dilakukan sejumlah ormas islam.
Kali ini rubuan massa yang mengatasnamakan diri Gabungan Ormas Islam se Jateng-DIY menggelar aksi di DPRD Klaten, Jumat (10/7/2020).
Dalam aksi itu, mereka mengancam akan menggruduk DPR RI di Senayan, Jakarta bila tuntutan mereka tidak dipenuhi.
• Reaksi PKL Mendapati Lapaknya untuk Jualan Akan Dikosongkan Demi Gelaran Piala Dunia U-20 di Solo
• Sejumlah Ormas Islam di Jateng dan DIY Sebut RUU HIP Berikan Kelonggaran Paham Komunis
Ketua LUIS Edi Lukito dalam orasinya memberikan waktu hingga bulan Agustus 2020, untuk DPR agar menghapus RUU HIP itu.
"Jika sampai bulan Agustus RUU HIP tidak dihapus dalam Prolegnas, maka massa akan mengepung gedung DPR RI," katanya.
Dia juga memintah pemerintah mendung penghapusan RUU HIP ini.
Jika tuntutannya tidak didukung pemerintah, maka Presiden Jokowi dituntut untuk mundur.
RUU HIP ini dianggap akan memberikan ruang bagi kaum komunis untuk bergerak di Indonesia.
Ketua Majelis Mujahidin Klaten Bony Azward mengatakan, dengan RUU HIP ini, ada perubahan Pancasila menjadi Tri Sila, kemudian menjadi Eka Sila yaitu Gotong Royong.
"Dengan RUU HIP ini, mereka ingin membuktikan bahwa mereka membangkitkan Komunisme dengan merubah revolusi konstitusi," kata Bony.
• Editor Metro TV Ditemukan Tewas di Pinggir Tol, Ada Luka Tusuk di Dada, Motor & Ponsel Masih Utuh
• Sah Jadi Suami Dinda Hauw, Rey Mbayang Unggah Foto Berdua di Kamar Pamer Cincin: Masih Malu-malu
Dia khawatir, dengan perubahan ini dapat berdampak pada nilai-nilai agama yang akan semakin ditinggalkan.
Karena dalam lima sila Pancasila, nilai keagamaan menjadi sila pertama.
"Mereka ingin menjadi Agama sekedar budaya saja, sehingga budaya itu jika dilaksanakan atau tidak tidak ada masalah, itu yang dinginkan orang komunis," jelasnya.
Dalam aksi itu, yang dikuti ribuan massa dari ormas Islam se Jateng-DIY itu, Bony mengungkapkan jika ini wujud nasionalisme para umat muslim.
Sekaligus ia menampik dituduh jika oramas islam anti NKRI dan anti Pancasila.
"Justru pada hari ini, yang merasa Pancasila, merasa dirinya NKRI justru menjadi kebalikanya, ingin mengganti Pancasila menjadi Komunis," tegas Bony.
Apel sendiri berjalan tertib, diakhir Apel massa melakukan pembakaran simbol Komunis. (*)