Sapardi Djoko Damono Meninggal
Cerita Sapardi Djoko Damono : Menulis Sejak SMA, Karyanya Sering Ditolak Penerbit
Sastrawan besar Sapardi Djoko Damono tutup usia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020) sekira pukul 09.17 WIB.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sastrawan besar Sapardi Djoko Damono tutup usia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020) sekira pukul 09.17 WIB.
Penulis puisi Hujan Bulan Juni itu wafat seusai bertarung melawan sakit yang diidapnya beberapa bulan terakhir ini.
• Kisah Sapardi Djoko Damono : Sang Raja Puisi dari SMA 2 Solo, Jadi Juara Sekolah Sudah Biasa
• Unggahan Terakhir Alm. Sapardi Djoko Damono : Ceritakan Tentang Tulisan yang Tengah Digarap
Pria kelahiran Solo, 20 Maret 1940 itu lahir dari pasangan Mangun Sadyoko dan Sapariah di Kampung Baturono, Solo.
Sapardi terlahir sebagai putra sulung dari dua bersaudara.
Dina Ermawati (50), anak dari adik Sapardi, menceritakan, ayah dan pamannya tumbuh dari keluarga yang sederhana dan biasa-biasa saja.
"Kalau cerita dari Bapak saya, pak Sapardi itu hidup dalam keluarga yang sederhana," kata Dina kepada TribunSolo.com, Minggu (19/7/2020).
Ayah Sapardi, lanjut Dina, bekerja sebagai seorang pegawai.
Namun Dina tidak bisa merinci secara pasti pegawai apa.
"Saya tahunya, kakek saya itu pegawai, mungkin kalau zaman sekarang dikenalnya sebagai PNS," tutur Dina.
"Saya tidak begitu mengenal jauh, kakek meninggal waktu saya duduk di kelas 2 SD," tambahnya.
Sapardi kecil, kata Dina, merupakan pribadi yang pintar dan selalu juara kelas.
"Orangnya pinter selalu juara kelas, memang rajin, pinter, tekun, tidak nakal sama sekali," kata dia.
"Sejak kecil suka baca buku," imbuhnya.
Dina mengungkapkan Sapardi pernah bercerita kepada cucu-cucunya bila dirinya mulai tekun membuat puisi sejak duduk SMA.