Sapardi Djoko Damono Meninggal
Cerita Sapardi Djoko Damono : Menulis Sejak SMA, Karyanya Sering Ditolak Penerbit
Sastrawan besar Sapardi Djoko Damono tutup usia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan, Minggu (19/7/2020) sekira pukul 09.17 WIB.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
"Tapi saya tidak tahu cerpen atau puisi pertama yang dibuarnya, sejak SMA Pak Sapardi sudah senang nulis cerpen," ungkapnya.
Perjalanan awal Sapardi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ia sering kali mendapat penolakan.
Baik, dari media hingga penerbit, karya sempat tidak laku untuk diterbitkan saat awal memulai.
Meski akhirnya, karyanya mulai diterbitkan di sejumlah media hingga penerbit.
"Pak Sapardi sering memberi semangat, pokoknya kalian itu harus menjadi penulis yang baik," ucap Dina.
"Sering mengkompori cucu-cucunya supaya banyak baca buku, nulis, pantang menyerah," papar dia.
"Media atau penerbit tidak menerima jangan menyerah, beliau berkata, waktu muda sering ditolak," jelasnya.
Dituturkan Dina, Sapardi bahkan tidak pelit ilmu dengan orang lain, tak terkecuali para cucunya.
Meski dirinya telah menelurkan banyak karya, sebut saja puisi Aku Ingin, dan Hujan Bulan Juni.
Ia sering memberikan petuah-petuah kepada mereka, bahkan sering mengiyakan diskusi bersama.
"Orang yang tidak pelit, selalu memberi nasehat masukan, senang diajak diskusi, suka ngasih banyak ilmu," ucapnya. (*)