Kisah Abah Emang, Pejuang Kemerdekaan RI yang Punya 8 Luka Tembak dari Tentara Belanda di Tubuhnya
Kisah seorang kakek yang berusia hampir satu abad yang masih tersenyum bahagia. Bernama Abah Emang yang merupakan pejuang kemerdekaan RI.
Doanya terkabul, ketika itu ada dua perempuan melintas, dengan suara paraunya dia berteriak meminta tolong. Bahkan meminta kedua perempuan tersebut untuk membawakan air minum dan menutup wajahnya dengan dedaunan.
Awalnya kedua perempuan itu ketakutan apalagi dengan kondisi Abah Emang yang bersimbah darah, kedua perempuan tersebut memberi air yang dibawa dengan daun pisang.
Setelah meminum air itu, Abah Emang minta wajahnya ditutupi daun.
Dengan alasan supaya dingin.
Bukannya dingin, ternyata Abah Emang semakin kepanasan ketika wajahnya tertutup daun pisang tersebut.
Tak berapa lama, jantungnya berdetak kencang. Pasalnya, pasukan Belanda melakukan patroli, untuk memastikan bahwa para tentara Indoensia ini telah gugur.
Menjelang Maghrib, Abah Emang baru mendapatkan pertolongan.
Salah seorang warga, lantas membawanya untuk dievakuasi ke tempat aman.
Setelah itu, kakek lima anak ini tak sadarkan diri selama 40 hari. Dalam ketidaksadarannya, Abah Emang sering meracau dengan menggunakan bahasa Belanda.
Bahkan, ketika sadar, makannya juga inginnya roti, bukan nasi ataupun singkong.
Seiring dengan berjalannya waktu, Abah Emang mulai sembuh. Namun karena luka tembak itu, dia akhirnya pensiun dini jadi tentara. Bahkan di usia 25 tahun dia pensiun, hanya 5 tahun sebagai TRI.
Setelah pensiun, Abah Emang beraktivitas menjadi petani. Kemudian menikah dan memiliki lima anak. Kini ia hidup berdua dengan istri barunya, sebab istri pertama sudah meninggal dunia.
Dalam kesempatan itu, Dedi Mulyadi memberikan sejumlah uang untuak bekal Abah Emang dan keluarganya.
Dedi Mulyadi juga memperbaiki rumah Abah Emang dengan mengecat dan memasang keramik di lantai rumahnya.
Abah Emang pun terharu dengan sikap Dedi Mulyadi.