Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Abah Emang, Pejuang Kemerdekaan RI yang Punya 8 Luka Tembak dari Tentara Belanda di Tubuhnya

Kisah seorang kakek yang berusia hampir satu abad yang masih tersenyum bahagia. Bernama Abah Emang yang merupakan pejuang kemerdekaan RI.

Editor: Reza Dwi Wijayanti
ist
Dedi Mulyadi dan Abah Emang, pejuang kemerdekaan 2 

TRIBUNSOLO.COM -  Kisah seorang kakek yang berusia hampir satu abad yang masih tersenyum bahagia.

Bernama Abah Emang yang merupakan pejuang kemerdekaan RI.

Dibalik perjuangannya untuk kemerdekaan RI, tak ada yang menyangka jika disejukur tubuhnya dipenuhi bekas luka tembakan peluru dari para tentara Belanda.

Pada hari Sabtu (15/8/2020), anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemui Abah Emang di rumahnya yang sangat sederhana di Cirangkong, Purwakarta.

Sambil duduk di kursi kayu, Abah Emang kembali mengingat dirinya saat berjuang ketika agresi militer Belanda II.

Di depan Dedi Mulyadi, dia bercerita menjadi tentara Republik Indonesia (TRI).

Saat itu, pangkat Abah Emang masih Pratu.

Ia bertugas di Batalyon 1 Resimen 7 Purwakarta, atau masuk dalam pertahanan TRI wilayah Bandung.

Kisah Ngatimin, Dulu Mata-mata Indonesia sampai Rela Makan Daun, di Usia Tua Jual Mainan

Cegah Radikalisme, BIN Lakukan Reintegrasi Eks Napiter untuk Kembali ke Masyarakat Membangun Daerah

Hasil MotoGP Austria 2020: Andre Dovizioso Menangkan Balapan Penuh Drama Disusul Joan Mirr

Tepatnya pada tahun 1948 atau 3 tahun seusai kemerdekaan, agresi militer kedua pecah, Abah Emang bersama puluhan tentara lain terlibat baku tembak dengan pasukan Belanda di perkebunan karet di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Ternyata, yang gugur dalam pertempuran itu tidak hanya tiga kawan Abah Emang, tetapi satu kompi tertembus timah panas Belanda.

Bahkan Abah Emang sendiri tertembus 8 tembakan di punggung, tangan, kaki termasuk kepala.

Beruntung peluru mengenai kepalanya tidak separah yang didapatkan pada kaki kirinya.

Dengan delapan peluru yang bersarang di tubuhnya, saat itu Abah hanya pasrah kepada Tuhan.

Darah segar terus menutupi wajahnya.

Bahkan dengan menahan sakit, ia hanya bisa tergeletak di perkebunan karet di Kalijati Subang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved