Ribuan Orang Tertipu Paguyuban Tunggal Rahayu, Pendiri Ngaku Profesor, Padahal Hanya Tamat SMP
Ribuan Orang Tertipu Paguyuban Tunggal Rahayu, Pendiri Ngaku Profesor, Padahal Hanya Tamat SMP
TRIBUNSOLO.COM - Kelompok bernama Paguyuban Tunggal Rahayu atau Kandang Wesi Tunggul Rahayu bikin geger di Jawa Barat.
Kelompok ini diduga menjerat ribuan orang untuk bergabung, dengan janji-janji palsu.
• Jadi Penantang Gibran, Bajo Curhat Ada yang Tega Menuduh Calon Boneka hingga Dikaitkan Sunda Empire
• Tiga Petingginya DItangkap, Ternyata Begini Sumber Dana Kekaisaran Sunda Empire
Ribuan pengikut itu tersebar dari Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya, dan sebaran paling banyak di Majalengka.
Kepala Bakesbangpol Garut, Wahyudidjaya, mengatakan bahwa selintas, pergerakan Paguyuban Tunggul Rahayu ini hampir mirip dengan pergerakan yang dilakukan Sunda Empire, yang tempo hari ramai menjadi perbincangan di Tanah Air.
Mengapa paguyubuan ini banyak diikuti, ternyata pimpinan Paguyuban Tunggal Rahayu janjikan lunasi utang pengikutnya.
Kepala Bakesbangpol Garut menunjukkan dokumen pengajuan izin Paguyuban Tunggal Rahayu yang berlogo burung Garuda, Jumat (4/9/2020).
"Mereka menjanjikan sesuatu kepada anggota, termasuk anggota yang punya utang akan dilunasi oleh ketuanya,” ujar Wahyu.
Ia mengatakan, pada awalnya paguyuban ini berpusat di Kecamatan Caringin, Garut.
"Tapi karena masyarakat di Caringin terganggu, mereka memindahkan aktivitasnya ke Cisewu," kata Wahyu.
Tak hanya di Garut, lanjut Wahyu, keberadaan paguyuban ini, sebelumnya juga sempat terdeteksi di Kabupaten Majalengka.
"Namun, memang pusat pergerakan paguyuban ini berada di Garut."
Di Majalengka, kegiatan paguyuban ini telah ditutup oleh pemerintah setempat.
Kepala Bakesbangpol Garut menunjukkan dokumen pengajuan izin Paguyuban Tunggal Rahayu yang berlogo burung Garuda, Jumat (4/9).
Paguyuban Tunggal Rahayu disebut mirip dengan Sunda Empire dan telah merambah hingga Majalengka.
“Kami masih inventarisasi pengikutnya. Namun, dari dokumen yang kami dapatkan, pengikutnya ada di empat kecamatan di Garut, kemudian di Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya, dan sebaran paling banyak di Majalengka,” katanya.