Pilkada Solo 2020
Alasan Lengkap PKS hingga Detik Ini Tak Tertarik Gibran Putra Jokowi atau Bajo di Pilkada Solo 2020
"Sampai teknisnya bagaimana kita putuskan nanti tapi sampai dengan 9 Desember kita sudah siapkan banyak hal," imbuhnya.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Tapi, partai-partai lain suaranya berkurang atau bahkan kursinya berkurang atau bahkan hilang," ungkapnya.
Bentukan Koalisi Mentok
Sebut saja, Demokrat, Hanura, dan PPP yang kehilangan kursi dewan dalam Pileg 2019.
Padahal Demokrat sempat memiliki 3 kursi, Hanura 1 kursi, dan PPP 1 kursi di pemilihan lima tahun sebelumnya.
Kondisi itu mau tidak mau membuat PKS harus lebih intens menjali komunikasi antar partai-partai yang notabene non PDIP.
Itu dilakukan dengan harapan bisa membentuk koalisi dalam Pilkada Solo 2020.
"Problemnya, komunikasi yang dibangun, digalang itu mentok. Kita tidak bisa membangun komunikasi di Solo," jelas Sugeng.
• PKS Tak Bisa Berbuat Apa-apa, Sebut Pilkada Solo 2020 Jadi Fenomena Demokrasi yang Terbajak
• PKS Akui Belum Tertarik Dukung Gibran atau Bajo Meski Keduanya Sudah Daftar di Pilkada Solo 2020
Intervensi masing-masing DPP partai menjadi satu penyebab komunikasi jadi alot dan berujung mentok.
"Sehingga keputusan mau koalisi dengan siapa sudah di-drive pusat partai sehingga struktur kota tidak bisa menentukan lebih leluasa," ujar Sugeng.
DPD PKS Solo sampai harus meminta bantuan DPP partai.
Namun, hasilnya sama saja. DPP PKS tak berhasil merebut hati para ketua umum partai guna membentuk koalisi.
Kondisi itulah yang kemudian membuat PKS abstain saat pendaftaran calon Pilkada Solo 2020.
"Lalu, apakah abstain dilanjutkan sampai tanggal 9 Desember 2020 atau golput-nya sampai pencoblosan atau tidak ini yang belum bisa kita sampaikan sekarang," urai Sugeng.
"Kita matangkan, kita perkuat lagi tinjauan regulasi dan sosiologisnya kayak apa," tambahnya.
Terlebih lagi, keputusan abstain jangan sampai membuat para kader yang di parlemen tidak nyaman saat berinteraksi dengan masyarakat.