Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Alasan Pedagang Mi Ayam di Klaten Tetap Jual Rp 3.000 Per Porsi, Utamakan Pelayanan

Sang pemilik warung Cipto Wiyono (70) bahkan tidak mau menaikan harga mi ayamnya di tengah masa pandemi corona ini.

Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto
Sosok Cipto Wiyono (70), Warga Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten yang berjualan Bakso dan Mi Ayam seharga Rp 3 ribu per porsi, di Jalan Manisrenggo-Prambanan, Desa Kebon Dalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Minggu, (4/9/2020) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Ada alasan tersendiri Cipto Wiyono menetapkan harga mi ayamnya Rp 3.000. 

Dia menyatakan, tetap memilih untuk mengutamakan pelayanan.

Menurut pemilik mi ayam di warung mi ayam dan bakso Pak Suro di  Jalan Manisrenggo-Prambanan, Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten itu harga tersebut sudah dikenal masyarakat.

Sang pemilik warung Cipto Wiyono (70) bahkan tidak mau menaikan harga mi ayamnya di tengah masa pandemi corona ini. 

Pemerintah Pusat Kucurkan Dana Rp 5,8 Miliar, untuk Nakes yang Menangani Covid-19 di Karanganyar

Musim Hujan Diprediksi Akhir Oktober 2020, Gibran Tetap Tancap Gas Blusukan Pakai Virtual Box

Cipto sebagai seorang pedagang mi ayam jelas sudah merasakan asam garam di dunia kuliner yang dia geluti itu. 

"Sudah 45 tahun jualan mi ayam dan bakso," kata dia pada TribunSolo.Com, Minggu (4/10/2020). 

Dia bercerita, awalnya berjualan bakso dan es dengan harga bakso Rp 200 per porsinya.

Kemudian, pada tahun 1983 dia mulai merambah pada mi ayam. 

"Saya sudah berjualan sejak tahun 1975, itu saat baru bakso, saat itu saya masih berjualan Bakso seharga Rp 200 per mangkok, mi ayam sendiri baru saya jual baru sejak 37 tahun yang lalu," kata Cipto.

Cipto mengatakan, dalam berjualan tiap tahunya, ia sempat menaikan harga dagangannya hingga mencapai Rp 2.000 pada tahun 2000.

Kemudian, harga bakso dan mi ayam mengalami kenaikan mencapai Rp 3.000, sampai saat ini.

"Awal saya berjualan bakso seharga Rp 200, lalu karena bahan baku semakin naik, maka harga saya naikan hingga Rp 2.000 di tahun 2000, lalu tahun 2000an, saya lupa tahunnya baru saya naikan hargannya menjadi Rp 3.000," katanya.

Selama pandemi Covid-19 melanda, ia tidak menaikan harga makanannya.

Ia mengaku belum terpikirkan akan menaikan harga bakso dan mi ayamnya dan tetap fokus melayani pembeli sebaik mungkin.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved