Berita Solo Terbaru
Perjuangan Siti Khayatun Tuna Netra Asal Boyolali: Hidupi 2 Anak, Jualan di Pinggir Jalan Solo
"Saya jualan di sini belum lama. Kurang lebih awal September kemarin dan sampai sekarang," ucap Siti kepada TribunSolo.com, Minggu (4/10/2020).
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
"Pas ramai bisa dapat Rp 700 ribu. Tapi karena telur ini milik orang kembalinya ke dia Rp 500 ribu dan saya cuma dapat Rp 200 ribu," ucap Siti.
"Itupun nanti masih terpotong untuk ongkos perjalanan pulang ke rumah," imbuhnya.
Sebelum berjualan telur asin, Siti dan Slamet sempat berjualan kacang rebus.
Mereka biasa berjualan di kawasan Matahari Singosaren, SMA Negeri 5 Solo, dan SMP Negeri 7 Solo.
Terkadang keduanya berjalan kaki dengan bantuan tongkat berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
"Jualan kacang rebus itu mulai tahun 2017," tuturnya.
Namun, Siti dan Slamet tak meneruskannya akibat pandemi Covid-19 yang melanda Kota Solo.
Karenanya, mereka bahkan sempat berhenti berjualan selama 5 bulan sebelum akhirnya berjualan telur asin.
• Jadi Sahabat untuk Anak Solusi Hilangkan Stres di Tengah Pandemi Covid-19
"Yang beli tidak ada. Tidak dapat apa-apa. Sekolah-sekolah juga pada libur. Akhirnya ya sudah di rumah," tutur Siti.
Padahal sebelum pandemi, Siti dan Slamet bisa mengantongi Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per harinya.
"Kemarin sama sekali tidak dapat. Tapi mulai September sampai sekarang, coba bangkit lagi jualan telur asin," tandasnya. (*)