Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Gunung Merapi

Antisipasi Gunung Merapi Erupsi, Warga Diminta Kemasi Surat-Surat Berharga Dalam Tas

Warga di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi sudah mengemasi surat-surat berharga. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Klatem, Sip Anwar

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
TribunSolo.com/Dok Humas Pemkab Klaten
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo melihat layar di Pos Pantauan Induk Balerante Gunung Merapi, Rabu (08/07/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Warga di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi sudah mengemasi surat-surat berharga.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Klatem, Sip Anwar mengatakan itu sudah dikemasi dalam satu tas.

"Dari surat nikah, KTP, ijazah, akte kelahiran, dan BPKB sudah dikemasi," kata Anwar dalam Obrolan Virtual Erupsi Merapi : Mitigasi dan Pandemi, Kamis (12/11/2020).

Selain barang-barang berharga, sejumlah perlengkapan pendukung di lokasi evakuasi juga telah dikemasi.

Pakaian ganti menjadi satu yang telah dikemasi.

"Selimut dan kebutuhan yang lain sudah dikemasi dalam tas, sudah disiapkan mana kala terjadi tinggal bawa," tutur Anwar.

Baca juga: Satu Desa di Lereng Gunung Merapi Belum Dievakuasi, BPBD Klaten : Kami Menghormati Kearifan Lokal

Baca juga: Disterilisasi, Nasib PKL Bisa Berjualan Lagi Usai Piala Dunia di Manahan Ada Ditangan Wali Kota Baru

Baca juga: Resiko Besar, Petugas Pemulasaran Jenazah Covid-19 di Karanganyar Dibayar Rp 250 Ribu Per Pemakaman

Baca juga: Coba Curi Burung Kacer Seharga Rp 16 Juta di Solo, David: Rencana Mau Dijual Rp 500 Ribu ke Pasar

Kendaraan yang digunakan evakuasi, sambung Anwar, juga telah disiapkan di rumah-rumah.

"Kendaraan sudah menghadap ke jalan untuk mempermudah evakuasi," ucapnya.

Anwar mengatakan simulasi evakuasi sudah dilakukan di desa-desa yang masuk dalam KRB III Gunung Merapi.

Itu dilakukan supaya warga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang dilalui sehingga kepadatan seperti erupsi Gunung Merapi 2010 bisa dihindarkan.

"Jalur evakuasi sudah disepakati bersama-sama," tandasnya.

Relawan, Agus Sarnyata memantau aktivitas Gunung Merapi di Pos Pantau Merapi 149.070 MHz Induk Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020).
Relawan, Agus Sarnyata memantau aktivitas Gunung Merapi di Pos Pantau Merapi 149.070 MHz Induk Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020). (TribunSolo.com/Adi Surya)

Proses Evakuasi

Mitigasi bencana di Kabupaten Klaten sudah dilakukan menyusul meningkatnya status Gunung Merapi dari waspada menjadi siaga.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Klaten, Sip Anwar mengatakan warga 2 dari 3 desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III telah dievakuasi.

Dua desa tersebut yakni Desa Balerante dan Tegalmuyo, Kecamatan Kemalang.

"Desa Sidorejo belum ada evakuasi karena kami menghargai kearifan lokal saudara-saudara yang ada di sana," kata Anwar dalam Obrolan Virtual Erupsi Merapi : Mitigasi dan Pandemi, Kamis (12/11/2020).

Baca juga: Panik Dengar Suara Gemuruh, Warga Lereng Gunung Merapi di Boyolali Minta Dievakuasi

Baca juga: Datangi Lereng Merapi, Kapolda Jateng : Warga Punya Ternak Jangan Khawatir, Ada Lokasi Khusus Hewan

Baca juga: Kapolda Jateng Ahmad Luthfi Jamin Ternak Warga Merapi Aman : Ada Lokasi Khusus dan Dijaga Petugas

Baca juga: Gunung Merapi Masih Bereaksi, Kali Ini Terdengar Guguran Sebanyak 3 Kali, Begini Data Lengkap BPPTKG

Berdasarkan Data 11 November 2020, total ada sebanyak 240 warga yang tersebar di dua desa tersebut.

Sebarannya, 114 warga Desa Tegalmulyo dan 126 warga Desa Balerante.

Mereka menempati tempat evakuasi sementara (TES) yang telah disediakan di sana.

Penyekatan, tutur Anwar, sudah mulai dilakukan di TES Desa Tegalmulyo dan Balerante.

Sekat tersebut berukuran kurang lebih 2,5 meter x 4 meter.

"Hari ini pemasangan penyekatan, kemarin masih kotak-kotak karena membuatnya tidak mudah," ucap Anwar.

Penampakan Gunung Merapi di Kaliworo, Desa Siderejo, Kecamatan Kemalang, Klaten
Penampakan Gunung Merapi di Kaliworo, Desa Siderejo, Kecamatan Kemalang, Klaten (TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)

Anwar menuturkan dapur umum juga telah disiapkan di kawasan TES Desa Balerante dan Tegalmulyo.

Tenaga memasaknya tidak hanya dari relawan namun juga dari para pengungsi.

"Itu dilakukan dengan gotong royong, untuk tenaga memasaknya digilir," tutur dia.

"Itu kami serahkan ke perangkat desa setempat untuk mengaturnya," tandasnya.

Warga Desa Klakah Boyolali Dievakuasi

Suara gemuruh dari Gunung Merapai, membuat warga Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah mulai dievakuasi ke Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) pada Rabu (11/11/2020).

Diketaui, Desa Klakah merupakan kawasan rawan bencana (KRB) karena letaknya tidak jauh dari Gunung Merapi sekitar 3 hingga 4 kilometer.

Selain itu, Kepala Desa Klakah Marwoto mengatakan, suara gemuruh terdengar setelah warga selesai mengikuti sosialisasi tanggap bencana Gunung Merapi.

Sosialisasi kepada warga lereng Gunung Merapi di perbatasan Jateng-DIY masif dilakukan sejak dinaikkan statusnya dari waspada (level II) menjadi siaga (level III).

"Setelah selesai sosialisasi ada (suara) gemuruh dari atas (Merapi). Warga sebetulnya mau turun. Ditambah dengan suara itu (Gunung Merapi) warga minta turun (dievakuasi)," kata Marwoto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Pihaknya menerjunkan armada untuk mengevakuasi warga turun ke tempat pengungsian sementara yang disiapkan pemerintah desa di TPPS Bale Desa Klakah.

Baca juga: Detik-detik Aksi Heroik Driver Ojol di Solo Jatuhkan Jambret, Sekali Pukul Pelaku Ambruk dari Motor

Baca juga: Megawati Nilai Jakarta Amburadul, Taufik Gerindra Tak Terima, Pamerkan Penghargaan Anies Baswedan

Mereka dievakuasi bersama dengan warga kelompok rentan.

Mereka setiap malam tidur di pengungsian dan pagi hingga sore harinya mereka beraktivitas seperti biasa di rumah, seperti mengurus sawah dan mencari pakan ternak.

"Data sampai tadi malam ada 84 orang pengungsi. Mereka terdiri lansia (lanjut usia) dan balita," terang dia.

Marwoto mengatakan, sejak berstatus siaga, warga sering mendengar suara gemuruh dan udara di sekitar lereng Gunung Merapi cukup panas.

Kendati demikian, pihaknya mengimbau warga untuk tetap waspada.

Warga juga diminta untuk menyiapkan barang-barang berharga yang dapat dilangsung dibawa jika sewaktu-waktu gunung tersebut erupsi.

"Kita ikuti aturan pemerintah balita dan lansia harus turun ke radius yang aman," terang dia.

Baca juga: Terkait Pembelian Vaksin Pfizer, Satgas Covid-19 Mengaku Masih Mempertimbangkannya

Baca juga: Viral Video Jambret di Karangasem Solo Merintih Kesakitan Dihajar Massa, Ini Cerita Sebenarnya

Marwoto menerangkan di TPPS Bale Desa Klakah sudah disediakan sebanyak 37 bilik berukuran 2x3 meter bagi para warga yang mengungsi.

Pembuatan bilik ini sebagai bentuk penerapan protokol kesehatan mengingat kondisi sekarang ini masih pandemi wabah Covid-19.

"Satu bilik ini bisa menampung satu keluarga terdiri empat orang," terang Marwoto.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved