Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Update Gunung Merapi

Terjadi 43 Kali Guguran di Gunung Merapi, BPBD Boyolali Sebut Belum Membahayakan Aktivitas Warga

Kemudian berdasarkan pengamatan visual, muncul asap putih dengan intensitas tebal setinggi 600 meter dari puncak.

TribunSolo.com/Adi Surya
Penampakan Gunung Merapi dari kawasan objek wisata Kali Talang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020). 

Minat itu muncul seusai mereka mendengar langsung penyebaran informasi melalui frekuensi HT di 149.070 MHz.

Warga luar Dusun Gondang kemudian silih berganti datang melihat kondisi Pos Pantauan Merapi Induk Balerante yang saat itu masih tampak sederhana.

Jumlah orang yang membantu pemantauan Gunung Merapi dan pendampingan warga perlahan bertambah.

Runtuhnya Geger Boyo sekira Juni 2006 menjadi momen warga mulai memahami pentingnya informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi.

Saat mengetahui Geger Boyo runtuh, Agus cs langsung menginformasikan ke warga terdekat dengan puncak Gunung Merapi untuk mengungsi.

Warga kemudian mengungsi termasuk dari Dusun Gondang. Jumlah korban dapat diminimalisir pada waktu itu.

Pos Pemantauan Terbakar

Tahun 2008, pralatan di Pos Pantauan Merapi Induk Balerante diperbarui.

Agus cs mendapat bantuan perlatan pemantauan, termasuk komputer dari sejumlah instansi.

Bantuan peralatan pemantauan sangat membantu mereka ketika memantau aktivitas Gunung Merapi.

Tak terkecuali, saat erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010.

Status kebencanaan Gunung Merapi awas kemudian diberlakukan hingga 5 November 2010.

Erupsi tahun itu juga memberikan dampak terhadap Pos Pantauan Merapi Induk Balerante.

Rumah joglo yang biasa buat pemantauan Gunung Merapi terbakar hangus tak bersisa.

Alat-alat pemantauan juga ludes dilalap jago merah.

Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Tak ayal, pemantauan kemudian dipindahkan ke pos cadangan yang telah disiapkan pemerintah desa setempat.

Perlahan-lahan lokasi yang dijadikan Pos Pantauan Merapi Induk Balerante dibangun kembali.

Tahun 2012, rumah joglo yang dulu buat pemantauan berubah menjadi rumah berpondasi batako.

Sampai saat ini, rumah tersebut digunakan untuk Pos Pantauan Merapi Induk Balerante.

Peralatan yang ikut terdampak juga diperbarui. Sejumlah pihak turut membantu pembaruan alat-alat. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved