Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Kisah Sang Maestro Tari Asal Tegal Wahyu Santosa Prabowo: Pernah Menari 24 Jam "Non Stop"

Kecintaan terhadap dunia seni sudah mengalir dalam darah Wahyu dari orang tuanya, khususnya dari sang ayah yang seorang seniman karawitan. 

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Adi Surya
Sosok maestro tari Wahyu Santosa Prabowo saat melayani jumpa pers di Teater Besar ISI Solo, Minggu (29/11/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Nama Wahyu Santosa Prabowo tidak hanya berkibar di dalam negeri namun juga mancanegara. 

Maestro tari kelahiran Tegal, 14 Januari 1953 itu baru saja mementaskan 4 karya tari fenomenalnya di Teater Besar ISI Solo. Usia senja hampir berkepala 7 tak menyurutkan semangatnya.

Keempat karya tersebut yakni tari Kalijaga, Driasmara, Bromastra, dan Rudrah. 

Baca juga: 9 Warga Wonosari Positif Corona, 4 Diantaranya Masuk Hasil Screening Penyelenggara Pilkada Klaten

Baca juga: Gara-gara BLT, Seorang Ayah di Lampung Tengah Pukul Anak Perempuannya, Dipukul di Muka

Tari-tari tersebut dipentaskan dalam Seminar Hasil Pencatatan Karya Tari Maestro Wahyu Santosa Prabowo : Mengolah Tubuh dalam Harmoni Beksa, Minggu (29/11/2020).

Kecintaan terhadap dunia seni sudah mengalir dalam darah Wahyu dari orang tuanya, khususnya dari sang ayah yang seorang seniman karawitan. 

Kecintaan itu kemudian semakin ditempa setelah sang maestro tari memilih mengenyam pendidikan di sekolah Konservatori Karawitan Surakarta atau sekarang bernama SMK Negeri 8.

Setelahnya, ia loncat belajar memperdalam seni di Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta.

Pendidikan seni itulah yang kemudian menempa Wahyu remaja menjadi penari sekaligus pengrawit yang handal. 

Pentas demi pentas dilaluinya mulai yang berskala lokal hingga mancanegara.

Peringatan Hari Tari pada 29 April 2013 menjadi satu diantara beberapa pentas yang dilalui Wahyu. 

Dalam peringatan tersebut, Wahyu memutuskan menari selama 24 jam non stop. Padahal waktu itu usianya sudah menginjak 60 tahun. 

Demi menunjang performanya, Wahyu sampai menyediakan 30 repertoar tari. Tari-tari tersebut ada yang karya ciptanya sendiri, adapula karya orang lain yang pernah dipentaskannya. 

Selain pentas, Wahyu juga pernah mengajar sebagai dosen tari di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo. Namun kini sudah purna tugas sejak 2018.

"Namun sesekali saya masih diminta untuk mengajar," ucap Wahyu. 

Proses Cipta Tari 

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved