Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kisah Penggali Kubur Jenazah Covid-19: Kerap Berurai Air Mata, Tak Tega Makamkan Kesekian Kali

Senin mengaku kadang lelah dan sedih dengan kondisi ini. Ia pun berharap kasus ini segera berakhir.

Editor: Ilham Oktafian
Istimewa
Proses pemakaman Covid-19 di Kecamatan Manyaran, Wonogiri, Sabtu (15/8/2020). 

TRIBUNSOLO.COM - Menjadi petugas penggali makam Covid-19 bukanlah pekerjaan yang mudah.

Sebab, para petugas ini harus selalu siap jika ada warga yang meninggal akibat virus corona.

Tak hanya itu, petugas penggali ini pun mengaku tak tenang jika sedang berpergian ke luar rumah.

Pasalnya, mereka harus buru-buru pulang ke rumah jika ditelepon ada pasien yang meninggal.

Baca juga: Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta Terkonfirmasi Positif Covid-19

Hal inilah yang dirasakan Senin (46), warga Jalan Serayu, Kelurahan Tanah Merah, salah satu penggali kubur jenazah Covid-19 di Samarinda, Kalimantan Timur.

“Suka tidak tenang. Mau ke pasar saja, tiba-tiba ditelepon cepat ke lokasi ada yang meninggal,” kata Senin saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/11/2020).

Bukan itu saja, kata Senin, malam hari saat sedang tidur pun sering mendapat kabar pemakaman jenazah Covid-19.

Baca juga: Kasus Covid-19 Karanganyar Terus Bertambah, Juliyatmono : Harus Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan

“Kadang baru tidur setengah jam, sudah dibangunin, kita segera bangun menuju lokasi, walaupun dini hari kita harus turun karena tanggung jawab,” ujarnya.

Dalam menjalani tugasnya, Senin tidak sendiri, ia dibantu delapan rekannya. Mereka mendapat tugas sebagai penggali makam Covid-19 dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Kota Samarinda.

Baca juga: Fakta-fakta Laka Maut di Lamongan: Ayah Kehilangan Buah Hati saat Jemput Anaknya Pulang Sekolah

Setiap harinya, mereka bekerja di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jannah Raudlatul Jannah, Jalan Serayu, Kelurahan Tanah Merah, Samarinda.

Kata Senin, dalam satu hari mereka harus menyiapkan enam liang lahat untuk jenazah pasien Covid-19 yang meninggal. Satu liang diberi upah Rp 500.000.

Jika dalam sehari lubang-lubang yang disiapkan terisi penuh, lanjut Senin, mereka pun harus menyiapkan lubang baru.

“Begitu seterusnya. Pokoknya setiap hari ini pasti ada lubang kosong yang kita siapkan,” ungkapnya.

Baca juga: Objek Wisata Dusun Semilir Ditutup, Dianggap Tak Mampu Kendalikan Kerumunan dan Jadi Biang Kemacetan

Masih dikatakan Senin, pada pertengahan Oktober 2020 lalu, mereka pernah memakamkan 10 jenazah dalam satu hari. Mereka pun terpaksa menyiapkan lubang secara mendadak.

Senin mengaku kadang lelah dan sedih dengan kondisi ini. Ia pun berharap kasus ini segera berakhir.

“Kadang kami meneteskan air mata melihat kubur jenazah yang enggak ada habisnya. Kami harap ini segera berakhirnya,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Taman dan Makam Dinas Perumahan dan Permukiman, Surya mengatakan, total tim penggali ada 9 orang.

Baca juga: Kesaksian Aisyah saat Gunung Semeru Semburkan Awan Panas: Dinihari Dengar Letusan Kuat, Warga Panik

Baca juga: Sebelum Kabur Dibantu Sang Istri, PDP di Tegal Sempat Minta Ditempatkan di Ruang Berbeda

Tugas mereka, sambung Surya, menggali dan menutup liang lahat.

Dari 9 orang tersebut, lanjutnya, dua orang jadi koordinator.

“Mereka selalu siapkan enam lubang kubur setiap harinya. Sejuah ini lancar saja, nyaris enggak ada kendala di lapangan,” jelasnya.

“Tapi kami harap mudah-mudahan segera berakhir dan enggak ada lagi kematian,” sambungnya.

Editor : Candra Setia Budi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Senin, Penggali Makam Jenazah Covid-19: Suka Tidak Tenang, Tiba-tiba Ditelepon Ada yang Meninggal"

https://regional.kompas.com/read/2020/12/01/10575121/cerita-senin-penggali-makam-jenazah-covid-19-suka-tidak-tenang-tiba-tiba?page=all#page4

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved