Berita Sukoharjo Terbaru
Harga Kedelai Impor Masih Tinggi, Pemkab Sukoharjo Dorong Perajin Tahu Beralih ke Kedelai Lokal
Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Kabupaten Sukoharjo menyarankan para Perajin tahu dan tempe di Sukoharjo beralih ke kedelai lokal.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Kabupaten Sukoharjo menyarankan para Perajin tahu dan tempe di Sukoharjo beralih ke kedelai lokal.
Pasalnya, harga kedelai impor hingga hari ini masih cukup tinggi, yang mana tembus Rp 9.100 per kilogramnya.
Kepala Dispertan Sukoharjo Netty Harjianti mengatakan, pasokan kedelai lokal di Kabupaten Sukoharjo cukup melimpah.
Baca juga: Nestapa Pedagang Kedelai di Sragen : Kios Sepi Pembeli, Banting Harga Jadi Pilihan Terakhir
Baca juga: Harga Kedelai Melonjak Hingga Rp 9.300, per kilogram, Perajin Tahu di Salatiga Terancam Gulung Tikar
"Realisasi panen kedelai lokal kita ditahun 2020 seluas 1.727 hektare, dengan produktivitas rata-rata 27,36 kwintal per hektar, dan produksi kita mencapai 4.805 ton biji kering," kata dia, Senin (18/1/2021).
Sementara itu, harga kedelai lokal juga lebih terjangkau, dengan harga dari petani saat panen dikisaran harga Rp 6.500 per kilo gram.
Ditambah lagi, perhatian pemerintah pusat terhadap tanaman kedelai juga menawarkan bantuan program tanam kedelai yang difasilitasi benih dan pupuknya seluas 3.000 hektar ditahun ini.
"Tapi minat kedelai lokal kita menurun, pengrajin tahu dan tempe kurang meminati kedelai lokal karena kualitasnya yang kalah bagus dengan kedelai impor," ucapnya.
Baca juga: Imbas Harga Kedelai Impor Meroket, Produsen Tahu di Klaten Kurangi Ukuran Tahu dan Terancam Tutup
"Jika kedele lokal dirasakan kurang baik kualitasnya oleh para pengrajin tahu dan tempe karena banyak kotoran, mari kita perbaiki bersama pasca panennya," imbuhnya.
Netty mengatakan, perlu diadakan MoU antara paguyuban pengrajin tahu dan tempe dengan kelompok tani, agar petani semangat menanam kedelai dengan jaminan pemasaran yang menguntungkan.
Selain itu, petani kedelai lokal juga perlu difasilitasi dan mendapat dukungan sarana prasarana seperti alat mesin pasca panen dari APBD Kabupaten/Provinsi dan APBN.
Pengrajin tahu dari Kartasura, Puryono mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan kedelai lokal kurang diminati.
"Jadi banyak kedelai lokal itu sampahnya, sehingga tingkat kebersihannya kurang," ucapnya.
"Dan hasil produksi dari kedelai lokal tidak memenuhi kebutuhan," imbuhnya.(*)