Berita Karanganyar Terbaru
Diizinkan Buka saat PPKM Mikro, Wisata di Candi Cetho Karanganyar Mulai Bergeliat
Wisata di Candi Cetho Karanganyar kembali bergeliar, setelah kembali dibuka ditngah PPKM Mikro ini. Hari ini, ada ratusan wisatawan yang datang dari b
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Agil Trisetiawan
Cipto juga menceritakan sebelumnya tidak ada biaya retribusi saat masuk ke Candi Cetho.
Namun seiring waktu dan pengunjung semakin ramai maka Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga menarik biaya retribusi untuk wisatawan domestik Rp.10 ribu dan mancanegara Rp 30 ribu.
"Sebelumnya kita pakai buku tamu namun karena semakin ramai, akhirnya kami tarik biaya retribusi tiket," ungkapnya.
Wajib Pakai Kain Kampuh
Pengunjung di Candi Cetho akan disambut oleh sejumlah pemuda setempat.
Para pemuda itu akan menawarkan kepada setiap wisatawan sehelai kain, sebelum masuk Candi yang terletak di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar itu.
Kain yang memiliki corak hitam putih bak papan catur itu bernama kain kampuh. Dan wajib digunangkan oleh pengunjung ketika memasuki Candi Cetho.
Menurut Wagimin salah seorang koordintor dari Pemuda Hindu Cetho, kain itu diberikan sebagai bentuk penghormatan di tempat ibadah agama Hindu tersebut.
"Sebagai bentuk penghormatan dan bentuk kesakralan terhadap tempat ibadah," katanya kepada TribunSolo.com pada Minggu (10/1/2021).

Pemuda Hindu Cetho menyediakan lebih dari 3000 kain yang dapat digunakan oleh wisatawan secara cuma-cuma.
"Kami menyediakan ini dengan gratis, hanya tulis nama lalu donasi seikhlasnya untuk biaya laundry dan perawatan," terangnya.
Dalam mengenakan kain kampuh tersebut juga ada tata caranya.
Apabila laki-laki maka simpul ikatan diletakkan di depan, sedangkan perempuan diletakkan di samping baik kanan maupun kiri.
"Ikatan simpul itu menjadi pembeda antara laki-laki-laki dan perempuan," ujarnya.
Baca juga: Soal Memberikan Dukungan ke Bhayangkara FC, Ini Jawaban Presiden Pasoepati yang Baru
Baca juga: Hujan Deras, Karanggede Boyolali Banjir, Dua Anak Sempat Terseret Arus dan Berlindung di Pohon
Pihaknya selalu dengan terbuka mengajari wisatawan yang belum bisa mengenakan kampuh dengan benar.
"Kami menyiapkan satu orang khusus untuk mengajari wisatawan mengenakan kampuh agar kencang dan tidak melorot ketika digunakan," ungkapnya. (*)