Perjuangan Guru Honorer Bergaji Rp 500 Ribu, Setiap Hari Rela Sebrangi Derasnya Arus Sungai
Sosok ini adalah Dasep Hermawan (31), guru honorer di SDN Walantara, Kampung Walantara, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi.
"Sekarang juga ini baru pulang dari Kecamatan Cidadap ada tugas operator, pulang lewat situ, sekarang cuacanya cerah.
Kalau sendiri gak berani, kemarin kan juga gak terlalu deras.
Cuman kalau gak terbiasa gak tahu, orang sana juga kalau ada hujan lewat aja," jelasnya.
Dasep mengaku, gaji pertama pada 2007 saat ia memulai bekerja sebagai guru honorer adalah Rp 250 ribu.
Saat ini, ia menerima gaji per bulan Rp 500 ribu, naik satu kali lipat dari pertama ia masuk mengajar.
"Sudah 13 tahunan honorer, dari tahun 2007.
Baca juga: Inilah Deden, Anak yang Gugat Ayah Kandungnya Rp 3 M: Guru Honorer Nyambi Buka Toko Kelontong
Kalau pertama masuk digaji Rp 250 per bulan, sekarang alhamdulillah meningkat Rp 500 ribu perbulan," ujarnya lirih.
Dasep menuturkan, ia melintasi Sungai Cikidang hanya ketika pergi ke kecamatan untuk menyampaikan laporan.
Saat mengajar, dia tidak melewati sungai tersebut karena lokasi sekolah tidak jauh dari tempat tinggalnya di Kampung Citata, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cidadap.
"Kalau rumah saya di Kampung Citata, Desa Tenjolaut, Kecamatan Cidadap deket ke sekolah.
Iya (13 tahun bertugas), pertama saya ngajar di sekolah itu guru olahraga, beberapa tahun kemudian jadi guru kelas, wali kelas 2. Selain jadi guru juga saya sebagai operator sekolah, jadi sering ke kecamatan," terangnya.
"Pertemuan itu ya kalau musim laporan gak kehitung, satu minggu satu kali, kalau belum musimnya satu bulan sekali mungkin. Kalau sungai sedang deras gak berangkat atau nungguin reda aja, sekitar 5-6 jam bisa ditungguin sampai surut," sambung dia.
Ingin Diangkat Jadi PNS atau PPPK Tanpa Tes
Dasep berharap, ia bisa menjadi PNS atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) tanpa dites.
Hal itu ia inginkan karena di daerah pelosok tidak seperti perkotaan yang serba-mudah.