Kisah Kakek Wijiono Jual Mainan Jadul Keliling Solo, Pakai Sepeda Berkarat, Pernah Hanya Laku 1 Buah
Tapi apa jadinya jika yang berjualan kakek, sudah renta, bahkan menggunakan sepeda kayuh butut yang rusak.
Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Azhfar Muhammad Robbani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masih muda dan kuat berjualan keliling kota berkilo-kilo meter sudah biasa, bahkan lumrah adanya.
Tapi apa jadinya jika yang berjualan kakek, sudah renta, bahkan menggunakan sepeda kayuh butut yang berkarat hingga nyaris rusak.
Dia adalah Wijiono, seorang bapak yang sudah berumur 60 tahun.
Raganya memang sudah tua, tak muda lagi.
Tetapi saat ditemui di Jalan RA Kartini kawasan Pura Mangkunegaran, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, dia tampak tegar.

Baca juga: Ingat Kakek Biok yang Viral karena Simpan Uang Rp 177 Juta dalam Karung? Kini Ia Dibuatkan Rumah
Baca juga: Viral Kakek Penjual Lemari Memohon Dagangannya Dibeli karena Sudah Tak Kuat Memikul, Begini Kisahnya
Ya, Mbah Wiji berjualan mainan anak-anak yang mungkin sudah jarang orang mendapatkannya.
Mainan itu tradisional berwarna merah yang bergagang bambu tipis yang bisa berbunyi layaknya kendang dinamakan 'klontongan'.
Adapun mainan itu ditata rapi di sepeda tua berukuran kecil yang sudah tidak berwarna dan rantai yang sudah berkarat.
Terlihat usia sepeda yang sudah cukup tua dan lama, bahkan ukuran sepedanya tidak sesuai porsi yang seharusnya ditumpangi oleh laki-laki .
Di balik itu, ternyata ada kisah sedih dan mengharukan dari kakek itu.
Dia seorang ayah dua anak karena ditinggalkan istrinya menghadap yang maha kuasa pada tahun 2014 lalu.
"Masih muda baru umur 19 dan 11 tahun, masih sekolah juga," akunya kepada TribunSolo.com.
Wijiono berasal dari Kediri, Jawa Timur dan sudah bertahun-tahun tinggal di Solo sejak tahun 1980.
Saat ini ia tinggal bersama kedua anaknya di kawasan Morotuo, Rejosari RT 08 RW 13 Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari.
Kepergian seseorang memang sangatlah berat, namun ditingalnya Wijiono oleh sang istri tidak mengurangi semangat dalam melanjutkan hidupnya.
Bertahun tahun Wijiono bekerja keras, untuk menghidupi dirinya dan keluargannya.
Selama itu dia berprofesi hanya sebagai penjual mainan keliling.
"Jadi dulu sekitar awal tahun 1983 saya pindah ke Solo dari Kediri dan memulai bisnis usaha kecil-kecilan dengan mencoba menjual mainan anak kecil tradisional," akunya.
“Kalau dulu saat pertama jualan satuan yang saya untung Rp 1.000-1.500," jelas dia.
Lebih lanjut Wijiono sampaikan alasan ia menggeluti bisnisnya karena memang di zaman itu anak-anak masih tertarik untuk membeli mainan yang dijual.
Baca juga: Viral Kakek Penjual Lemari Memohon Dagangannya Dibeli karena Sudah Tak Kuat Memikul, Begini Kisahnya
Baca juga: Viral Kisah Kakek Penjual Lemari Kelelahan dan Tak Kuat Memikul Lagi, Memohon agar Dibeli
"Saya buat sendiri dengan modal membeli kertas dan untuk gagangnya ini dari bambu yang diambil di sekitaran tempat tinggal saya," papar dia.
Ia pun mengatakan dari zaman tahun 80-an itu tidak ada yang berjualan mainan persis seperti yang dibuatnya.
Hal tersebut menunjukan Wijiono tidak memiliki pesaing atau kompetitor dari penjualan dengan barang yang sama.
Semakin tahun semakin surut minat pembeli, berbeda dengan zaman sekarang antusias anak-anak banyak yang sudah tidak tertarik lagi dengan mainan tradisional.
"Tapi ya ada aja sih mas sekarang yang, mau beli tapi yah sangat sedikit paling 4 -5 buah laku sehari," terang dia.
Padahal dia mengayuh sepeda hingga 7-8 kilometer mulai pukul 08.00 WIB sampai sore.
"Berjualan keliling di sekitaran Banjarsari hingga daerah Palur," ungkapnya.
Adapun dia menjual mainan 'klontongan' denga harga cukup murah, mulai Rp 4.000 untuk yang berukuran kecil dan Rp 5.000 yang besar.
"Kadang tak tentu, sehari pernah hanya laku satu buah," kata dia. (*)