Berita Solo Terbaru
Alasan Warga Solo Tetap Jalani Tradisi Padusan di Tengah Pandemi Corona, Sebut untuk Bersihkan Diri
Padusan menjadi tradisi masyarakat Jawa yang dijalani menjelang momen Ramadan.masyarakat melakukannya di sumber-sumber mata air.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
Budi meyakini para pengunjung larut dalam euforia sehingga mengabaikan protokol kesehatan saat bermain air di kolam renang.
Baca juga: Suasana Padusan Sambut Ramadan, Ribuan Pengunjung Padati Kolam Renang Tirtomoyo Manahan
Mengingat mereka tidak memakai masker dan jaga jarak saat di area kolam renang yang berisiko dalam transmisi penularan Covid-19.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo mengimbau masyarakat untuk bisa menjalankan tradisi padusan di rumah saja.
"Padusan adalah budaya, dan disitu resiko transmisi penularan Covid-19 yang paling besar," ucapnya.
Diketahui acara padusan sudah ditiadakan untuk yang kedua kali.
Sebab pada tahun lalu, ketika pandemi Covid-19 sudah terjadi, padusan di Sukoharjo juga ditiadakan.
Baca juga: Bertepatan Momen Padusan, Kolam Renang Tirtomoyo Manahan Dipadati Ribuan Pengunjung
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sukoharjo, Darno, menyatakan tak ingin mengambil risiko dengan membuka kolam renang di objek wisata Batu Seribu, Kecamatan Bulu.
"Objek wisata Batu Seribu masih ditutup," kata dia.
Karena diketahui selama ini, tradisi padusan di Kabupaten Jamu dipusatkan di kolam renang objek wisata Batu Seribu di Kecamatan Bulu.
Namun, objek wisata Batu Seribu ditutup sejak munculnya pandemi Covid-19 pada Maret 2020.
Padusan di Klaten Juga Ditiadakan
Tadisi padusan di Kabupaten Klaten ditiadakan menjelang datangnta bulan suci Ramdhan.
Adapun padusan adalah tradisi masyarakat Jawa yang menggambarkan filosofi menyucikan diri, jiwa dan raga dalam menyambut Ramadhan.
Meski begitu, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Disparbudpora Klaten memastikan objek wisata air tetap dibuka.
Plt Kepala Disparbudpora Klaten, Sri Nugroho mengatakan, selain padusan, kegiatan saat Ramadhan di malam hari juga ditiadakan.
"Sementara ditiadakan dahulu, termasuk pasar malam maleman di GOR Gelarsena dan Monumen Juang 45 juga tidak ada," kata dia kepada TribunSolo.com Kamis (25/3/2021).
Baca juga: Sambut Ramadhan, Smartfren Regional Jateng-DIY Perluas Jaringan 4G di Daerah Pinggiran Jogja
Baca juga: OTG di Mana-mana, Belasan Warga di Jombor Ceper Klaten Serempak Kena Covid-19, Kampung Lockdown
Sri mengatakan, pelaku usaha wisata air di Kabupaten Klaten sudah sepakat tetap melaksanakan protokol kesehatan berdasarkan PPKM Mikro.
Selain itu, nantinya akan dilakukan pembatasan seperti menaikan harga tiket masuk ke objek wisata tersebut minimal Rp 10 ribu.
"Untuk menghindari penumpukan di salah satu objek wisata pada saat nanti," ujar Sri.
"Sampai saat ini, tetap sesuai dengan prokes maksimal 30 persen dari kapasitas dan jam operasional maksimal pukul 15.00 WIB," imbuhnya.
Desa Lockdown
Belasan warga di Desa Jombor, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten terpapar Corona.
Akibatnya, Kamis (25/3/2021) satu RT lockdown karena warga mandiri.
Dari pantauan TribunSolo.com, bahkan di pintu masuk kampung dipasang barikade dan poster jika selain warga Dukuh Pengkol dilarang masuk.
Ketua RW 10, Desa Jombor Sutarno mengatakan, ada sekitar 18 orang dalam satu RT.
"Satu RT dilockdown karena 18 orang tersebut terkonfimasi positif Covid-19," katanya.
Baca juga: Duh, Baru 3 Hari Sudah 50 Pengendara Kena Tilang Elektronik di Klaten : Paling Banyak Langgar Marka
Baca juga: PPKM Mikro di Klaten Diperpanjang, Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka yang Diizinkan SMP & SMA Saja
Adapun belasan warga terkonfirmasi positif Covid-19 itu berstatus orang tanpa gejala (OTG).
"Setelah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya 11 orang dinyatakan terpapar Covid-19 termasuk ibu hamil," kata Sutarno.
Dikatakan, pasca 11 warganya positif, dilakukan tracking sehingga bertambah 18 orang.
"Tmbah lagi 7 orang, kemudian, dilakukan tracing lagi, dan terdampak 47 warga di RT 03 yang kontak erat dan sudah diswab," ucap dia.
Sementara di RT 03 tersebut berjumlah sekitar 159 jiwa.
Dia mengatakan 47 warga kontak erat yang sudah di test swab itu, diminta isolasi mandiri sambil menunggu hasil lab.
Hal juga dilakukan 18 warganya yang terpapar Covid-19, juga diminta isolasi mandiri.
"Pihak kecamatan meminta untuk lockdown, sehingga lokasi tersebut ditutup, dan posisi warga di rumah semua menjalankan isolasi mandiri," ujarnya.
Baca juga: Guru Ngaji Jokowi Gus Karim - Habib Novel Ikut Vaksinasi Covid-19 di Solo, Kapolri Tinjau Langsung
Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 Terus Bertambah, Pakar: Indikator Negara Gagal Tangani Pandemi
Camat Ceper Supriyono mengatakan pasca terkonfirmasi warga kampung tersebut dilockdown dengan ditutupkan akses jalan kampung tersebut.
"Kami juga meminta kepada masyarakat untuk menaati protokol kesehatan dan selalu menerapkan 5 M," himbaunya. (*)