Kisah Suyamto Kades Dermawan di Klaten : Tak Ambil 1 Rupiahpun,Padi di Sawahnya Justru Dipanen Warga
Hasil tanah kas desa yang bisanya menjadi jatah setiap kepala desa, tetapi di tangannya justru dibagi-bagi ke masyarakat.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Namanya orang menanam padi yang membutuhkan waktu panjang berbulan-bulan untuk panen, pastinya ingin mendapatkan hasilnya.
Namun di Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten ada sosok unik nan dermawan yang justru tidak mengharapkan hasilnya untuk sendiri.
Terlebih masa seperti ini pandemi, uang Rp 1.000 pun sangat berharga di tengah ekonomi porak-poranda.
Lantas, siapakah dia?
Ya, dia adalah Suyamto, pria 63 yang kini menjabat Kepala Desa (Kades) Tumpukan.
Hasil tanah kas desa yang bisanya menjadi jatah setiap kepala desa, tetapi di tangannya justru dibagi-bagi ke masyarakat.
Baca juga: Kisah Suyamto Kades Dermawan di Klaten : Tak Ambil Satu Rupiah Pun, Padinya Justru Dipanen Warganya
Baca juga: Pilu, Buntut Wakapolsek di Klaten Digrebek di Rumah Istri orang, Anak dari Si Wanita Sampai Histeris
"Saya yang tanam, warga yang panen, silahkan ambil secukupnya," tutur dia kepada TribunSolo.com, Jumat (16/4/2021).
Dia menjelaskan, langkah tersebut diambil karena melihat gempuran pandemi yang berdampak pada warganya selama setahun lebih ini.
"Sudah 5 kali panen saya berikan semua ke warga, ya untuk membantu ekonomi warga saya," ucap dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sawah yang dia garap dan dipanen warga tersebut baru satu patok yaitu sekitar 1.700 meter persegi.
Meskipun tidak berhektar-hektar, tetapi tahan seluas itu bisa menghasilkan pundi-pundi lumayan.
"Kalau dijual ke tengkulak gabah umumnya laku Rp 5 juta, tapi lebih baik diberikan ke warga saja," jelasnya.
Adapun selama ini dia menanam padi dengan berberapa jenis benih, mulai dari Inpari 42, Inpari 32 dan Ir 64.
"Benih yang saya tanam memakai berbagai jenis benih, dan untuk nanti akan memakai 46," aku dia.
Dia mengaku membuat kebijakan tersebut merupakan dari niat syukur kepada Tuhan sehingga sedikit banyak bisa membantu warganya.
Meski tak banyak membantu, hal itu yang dia lakukan hanya untul ibadah.
"Ya saya ikhlas saja meskipun tak seberapa tapi nyatanya setelah itu panenan lain juga bagus hasilnya," ujar dia.
Baca juga: Bukan Antigen, Gibran Minta Warganya di Perantauan Bawa Swab Tes PCR Jika Terpaksa Mudik ke Solo
Baca juga: Kisah Agus, 30 Tahun Buka Jasa Buat Stempel hingga Plat Nomor di Jalan Irian Klaten, Kini Dipindah
Suyamto menambahkan, dalam mengambil hasil panennya, warga diminta tidak menggunakan arit, karena dia ingin mengembalikan tradisi.
"Dalam memanen padi tersebut saya melarang memakai arit, warga hanya dibolehkan memakai ani-ani, gunting dan pisau," terang dia.
Mengisi Waktu
Dalam keseharian, kita kerap kali melihat para pengemudi Ojek Online (Ojol) selalu menghabiskan waktu menunggu pelanggan dengan nongkrong di pos atau warung kopi.
Namun ada seorang pengemudi Ojol di Kota Solo yang mencolok dan menarik perhatian.
Dia adalah Siswanto yang meluangkan waktunya dengan berburu pahala dan membaca Al Qur'an.
Baca juga: Cerita Dibalik Program Driver Ojol Mengaji di Solo, Tidak Dipungut Biaya: Buat Bekal di Akhirat
Dirinya juga semakin giat berburu pahala apalagi saat ramadan seperti ini.
Dia memanfaatkan waktu luang menunggu pelanggan dengan mengaji dan mengikuti kajian di Rumah Tahfidz.
“Saya memanfaatkan waktu luang saja, sambil menunggu orderan sambil bekerja sambil ibadah juga,” ujar Siswanto kepada TribunSolo.com, Kamis (15/4/2021).
Siswanto mengaku tertarik dengan program tahfizh yang diinisiasi oleh yayasan dompet tahfizh.
“Awalnya lihat di media sosial terus ada ojol mengaji, saya akhirnya mendaftar dan ikut kelas tahsin,” ujarnya.
Selama tiga tahun ini, Siswanto mengaku banyak menghabiskan waktu di jalanan.
Baca juga: Meski Driver Ojol di Solo Sudah Divaksin Covid-19 Bertahap, Protokol Kesehatan Ketat Tetap Berjalan
“Semenjak saya menjadi Gojek waktu saya banyak di jalan jarang untuk ibadah seperti membuka Alqur’an,” ungkapnya.
“Makannya saya terpacu untuk mengisi waktu luang dengan membaca Alquran,” ujarnya.
Menurutnya banyak driver yang lebih berumur dibanding Siswanto tapi mengikuti program ojol mengaji dan berbagi kajian .
“Yang sudah tua juga semangat, masa saya tidak, akhirnya saya berfikir untuk ikut,” katanya.
“Pertolongan mana yang akan memberikan syafaat ketika hari akhir nanti, selain kita membaca Alquran,” tambahnya
Ia mengaku semenjak ikut kajian dan mengaji di rumah tahfidz banyak hal yang mengubah dirinya.
Baca juga: Hanya dengan Tidur 7 Jam, Mantan Driver Ojol Ini Mendadak Kaya karena Dapat Rp 230 Juta
“Banyak manfaat, sekarang mendengarkan murotal biasanya musik,” paparnya.
Pengalaman lain ia ceritakan, saat hendak berangkat untuk mengaji tapi ada orderan yang masuk.
Dia mengaku membagi waktu untuk momen seperti itu.
“Tidak resah orderan, yang order tuh pasti ada setiap hari, kita disini (rumah ojol mengaji) satu jam saja dan tidak setiap hari,” tandasnya. (*)