Berita Sukoharjo Terbaru
Pasutri Pakai Kostum Superhero Bagikan Takjil di Solo Baru, Kaget Masih Temui Ada yang Tak Bermasker
Aksi bagikan takjil ditunjukkan pasangan suami istri (pasutri) dengan memakai pakaian ala Superhero, Jumat (16/4/2021).
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Aksi bagikan takjil ditunjukkan pasangan suami istri (pasutri) dengan memakai pakaian ala Superhero, Jumat (16/4/2021).
Adapun aksinya yang dilakukan Agus Widanarko dan istrinya Pipit Nawang dilakukan di Jalan Ir Soekarno, kawasan Patung Pandawa, Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
Dalam aksinya keduanya menyelipkan pesan dengan poster 'Pandemi Tetap Puasa, Tetapi Tetap Jaga Prokes'.
"Ada 200 takjil dan 100 sego berkat yang kita bagikan," ujar dia kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Tak Semudah Itu Mudik ke Solo, Hasil Swab Reaktif Atau Tidak, Pemudik Nekat Wajib Jalani Karantina
Baca juga: Tak Hanya Sekali, Ternyata Kades Dermawan di Klaten Bebaskan Warga Panen di Sawahnya Sudah 5 Kali
Selain membagikan makanan untuk berbuka puasa, mereka juga membagikan masker bagi pengendara kendaraan yang tak menggunakannya.
Ya, ternyata sejumlah pengendara motor kedapatan tak menggunakan masker saat di luar rumah.
Saat disinggung mengapa menggunakan kostum Superhero, Danar mengatakan ini untuk menarik masyarakat khususnya anak-anak.
"Kita sengaja pakai kostum Superhero karena memang untuk menarik masyarakat. Superhero aja puasa, kenapa kalian tidak," sambungnya.
Kegiatan ini digelar dalam rangka menyambut bulan Ramadan dan Jumat berkah.
Tujuannya untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki kepada mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa.
"Ini pesan memasuki bulan ramadan. Meski pada masa pandemi tetap menjalankan puasa dengan protokol kesehatan," kata dia.
Danar berharap, puasa jalan, ibadah jalan tapi protokol kesehatan harus tetap dijaga, karena sudah dua ramadan ini dilaksanakan pada masa pandemi.
"Nikmati bulan ramadan kedua di masa pandemi ini. Keceriaan ramadan kita temukan walaupun dengan protokol kesehatan yang ketat," harapnya.
Baca juga: Kisah Suyamto Kades Dermawan di Klaten : Tak Ambil 1 Rupiahpun,Padi di Sawahnya Justru Dipanen Warga
Baca juga: Jalanan Kampus UMS Mendadak Jadi Pasar Kuliner, Diserbu Para Pemburu Takjil,yang Lewat Harus Sabar
Kades Dermawan
Namanya orang menanam padi yang membutuhkan waktu panjang berbulan-bulan untuk panen, pastinya ingin mendapatkan hasilnya.
Namun di Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten ada sosok unik nan dermawan yang justru tidak mengharapkan hasilnya untuk sendiri.
Terlebih masa seperti ini pandemi, uang Rp 1.000 pun sangat berharga di tengah ekonomi porak-poranda.
Lantas, siapakah dia?
Ya, dia adalah Suyamto, pria 63 yang kini menjabat Kepala Desa (Kades) Tumpukan.
Hasil tanah kas desa yang bisanya menjadi jatah setiap kepala desa, tetapi di tangannya justru dibagi-bagi ke masyarakat.
Baca juga: Kisah Suyamto Kades Dermawan di Klaten : Tak Ambil Satu Rupiah Pun, Padinya Justru Dipanen Warganya
Baca juga: Pilu, Buntut Wakapolsek di Klaten Digrebek di Rumah Istri orang, Anak dari Si Wanita Sampai Histeris
"Saya yang tanam, warga yang panen, silahkan ambil secukupnya," tutur dia kepada TribunSolo.com, Jumat (16/4/2021).
Dia menjelaskan, langkah tersebut diambil karena melihat gempuran pandemi yang berdampak pada warganya selama setahun lebih ini.
"Sudah 5 kali panen saya berikan semua ke warga, ya untuk membantu ekonomi warga saya," ucap dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sawah yang dia garap dan dipanen warga tersebut baru satu patok yaitu sekitar 1.700 meter persegi.
Meskipun tidak berhektar-hektar, tetapi tahan seluas itu bisa menghasilkan pundi-pundi lumayan.
"Kalau dijual ke tengkulak gabah umumnya laku Rp 5 juta, tapi lebih baik diberikan ke warga saja," jelasnya.
Adapun selama ini dia menanam padi dengan berberapa jenis benih, mulai dari Inpari 42, Inpari 32 dan Ir 64.
"Benih yang saya tanam memakai berbagai jenis benih, dan untuk nanti akan memakai 46," aku dia.
Dia mengaku membuat kebijakan tersebut merupakan dari niat syukur kepada Tuhan sehingga sedikit banyak bisa membantu warganya.
Meski tak banyak membantu, hal itu yang dia lakukan hanya untul ibadah.
"Ya saya ikhlas saja meskipun tak seberapa tapi nyatanya setelah itu panenan lain juga bagus hasilnya," ujar dia.
Baca juga: Bukan Antigen, Gibran Minta Warganya di Perantauan Bawa Swab Tes PCR Jika Terpaksa Mudik ke Solo
Baca juga: Kisah Agus, 30 Tahun Buka Jasa Buat Stempel hingga Plat Nomor di Jalan Irian Klaten, Kini Dipindah
Suyamto menambahkan, dalam mengambil hasil panennya, warga diminta tidak menggunakan arit, karena dia ingin mengembalikan tradisi.
"Dalam memanen padi tersebut saya melarang memakai arit, warga hanya dibolehkan memakai ani-ani, gunting dan pisau," terang dia. (*)