Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Tegas, Ada Guru Solo Tolak Divaksin Covid-19, Sekolah Tidak Boleh Adakan Pembelajaran Tatap Muka

Beberapa tenaga pendidik di Kota Solo masih menolak vaksinasi Covid-19. penolakan tersebut ditemukan di 2 sekolah. 

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Adi Surya
Petugas rumah sakit membawa boks berisi vaksin Covid-19 Sinovas di UPT Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Solo, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Senin (22/2/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Beberapa tenaga pendidik di Kota Solo masih menolak vaksinasi Covid-19. 

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka mengatakan, penolakan tersebut ditemukan di 2 sekolah. 

"Ada dua sekolah yang gurunya, masih kurang berkenan untuk divaksinasi. Itu harus diedukasi," kata Gibran, Jumat (16/4/2021).

Baca juga: Terjadi Pembekuan Darah yang Langka, Denmark Putuskan Tak Lagi Gunakan Vaksin AstraZeneca

Baca juga: Daftar Negara Dunia yang Mengalami Masalah Stok Vaksin Covid-19, Bukan Hanya di Indonesia

"Ini menyangkut masa depan bangsa kita. Sekolah isinya anak - anak yang jadi penerus bangsa," tambahnya. 

Namun, Gibran enggan menyebut secara pasti instansi sekolah yang guru-gurunya menolam divaksinasi. 

"Ada yang tidak mau divaksin. Ya ada lah," ucapnya. 

Gibran menegaskan bila guru-guru tidak divaksinasi, maka sekolah tidak diperbolehkan menjalankan pembelajaran tatap muka (PTM).

"Kalau tidak mau divaksin, (sekolah) tidak usah (menjalankan) pembelajaran tatap muka," ucap Gibran. 

Baca juga: Vaksinasi Bulan Ramadhan Diperbolehkan, Kemenkes Akan Kebut Hingga 30 Juta Dosis

"Nanti kita tegasi ke semua gurunya," tambahnya. 

Gibran menyampaikan vaksinasi tenaga pendidik dilakukan supaya PTM bisa segera diselenggarakan.

"Targetnya, Juli 2021, sekolah dibuka untuk PTM," ujarnya.

Negara yang Alami Masalah Stok Vaksin

Indonesia saat ini mengalami masalah stok Vaksin Covid-19.

Diungkapkan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, masalah ketersediaan vaksin menjadi hal utama yang menghambat kelancaran program vaksinasi virus corona atau Covid-19.

Ini tidak hanya dialami Indonesia, banyak negara di dunia turut mengalami keterbatasan vaksin.

Baca juga: Apa Itu Vaksin Covid-19 AstraZeneca? Kenali Kandungan hingga Efek Sampingnya

Baca juga: Vaksinasi Bulan Ramadhan Diperbolehkan, Kemenkes Akan Kebut Hingga 30 Juta Dosis

"Bayangkan, kalau bulan Januari kita hanya punya 3 juta vaksin kemudian suntiknya sehari satu juta (orang), artinya 3 hari habis. Kemudian selama 27 hari berikutnya semua rakyat marah sama kita karena tidak ada yang bisa disuntik lagi, jadi memang laju dan kecepatan penyuntikan vaksin harus disesuaikan dengan ketersediaan vaksinnya," ujar Budi Gunadi, dalam agenda #Vaksinesia, Minggu (11/4/2021).

Selain itu, ia menjelaskan saat ini sedang terjadi gelombang ketiga kasus Covid-19 yang melanda banyak negara di dunia, seperti negara di Eropa, Asia, Amerika Selatan, termasuk India yang terletak di kawasan Asia Selatan.

"Saya mesti sampaikan di sini bahwa di 2 minggu yang lalu karena terjadi third wave atau gelombang ketiga di banyak negara di Eropa, Asia, Amerika Selatan, termasuk India," kata Budi Gunadi.

Perlu diketahui, India melalui Serum Institute of India (SII) merupakan salah satu produsen vaksin terbesar di dunia.

Karena lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di negara itu, maka mereka pun melakukan embargo vaksin AstraZeneca yang mereka produksi dan diberi nama vaksin Covishield.

Langkah embargo ini tentunya berdampak pada pasokan vaksin ke banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.

"India sebagai salah satu produsen vaksin yang terbesar di dunia melakukan embargo, akibatnya supply vaksin yang masuk ke Indonesia terganggu," jelas Budi Gunadi.

Pada periode Maret dan April 2021, pemerintah rencananya akan memiliki tambahan 20 juta dosis vaksin Sinovac yang diproduksi perusahaan pelat merah Bio Farma dari bulk vaksin.

Serta lebih dari 10 juta vaksin AstraZeneca yang diproduksi SII dan akan dikirim melalui Fasilitas COVAX yang diinisiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa lembaga lainnya termasuk GAVI.

"Yang tadinya di bulan Maret dan April rencananya kita akan mendapat 30 juta (dosis vaksin), sekitar 20 juta itu dari Sinovac produksi Bio Farma, dan 10 juta lebih sedikit itu dari AstraZeneca yang kita akan peroleh secara gratis melalui program multilateral melalui WHO dan GAVI," kata Budi Gunadi.

Embargo yang dilakukan India pun akhirnya membuat Indonesia hanya bisa memperoleh 1 juta dari sekitar 11 juta dosis vaksin yang dijanjikan.

Sedangkan 10 juta sisanya mengalami penundaan pengiriman.

Ia pun menyadari bahwa jumlah dosis vaksin yang diterima pada April ini tidak sesuai apa yang diharapkan sebelumnya.

"Nah yang multilateral ini hanya dapat 1 juta, jadi yang multilateral itu dari 11 juta hanya dapat 1 juta, 10 jutanya ditunda sampai waktu yang nanti ditentukan. Sehingga memang agak kurang vaksinnya di bulan April," kata Budi Gunadi Sadikin.

Kendati demikian dirinya berharap agar embargo ini tidak berlangsung lama, karena program vaksinasi harus terus berlanjut hingga Indonesia mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).

"Mudah-mudahan nanti di bulan Mei bisa selesai urusan embargo atau proteksi vaksin di negara-negara produsen, sehingga kita mulai bekerja kembali," ujar Budi Gunadi Sadikin.

Budi Gunadi pun bersyukur karena Indonesia tidak hanya mengandalkan satu sumber vaksin saja.

Karena selain AstraZeneca, tentunya Indonesia turut mengandalkan Sinovac, Pfizer, dan Novavax untuk program vaksinasi secara keseluruhan.

Sehingga jika ada salah satu sumber vaksin yang mengalami embargo, pemerintah tidak perlu khawatir karena masih ada sumber vaksin lainnya.

"Untungnya adalah karena Indonesia vaksinnya tidak hanya 1 tapi kita dari 4 sumber ya, jadi AstraZeneca, dari Pfizer, Sinovac, dan dari Novavax. Sehingga kalau satu kena (embargo), kita masih punya 3 yang lain," kata Budi Gunadi Sadikin. (Fitri Wulandari)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Ketersediaan Vaksin Covid-19 Bukan Cuma Masalah Indonesia, Negara Lain Pun Mengalaminya

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved