Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Meninggal Saat Khotbah Salat Ied, Pak Guru Juriono Dikenal Sebagai Sosok Dermawan & Suka Menolong

Ustaz Juriono meninggal saat memberikan khotbah Salat Idul Fitri di hadapan jemaah Dusun Dalangan, Desa Ngemplak, Kabupaten Klaten.

Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Adi Surya Samodra
istimewa
Lembaran lelayu atau pengumuman duka cita dari keluarga Juriono, guru SMK di Trucuk Klaten, yang meninggal saat memberi khutbah Salat Ied, Kamis (13/5/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN – Ustaz Juriono meninggal saat memberikan khotbah Salat Idul Fitri di hadapan jemaah Dusun Dalangan, Desa Ngemplak, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Kamis (13/5/2021).

Sosoknya begitu membekas, khususnya bagi warga daerah asalnya. Mediang merupakan warga Belang Wetan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten.

Tak terkecuali, Sudirin, tetangga mendiang. Juriono dikenal sebagai pribadi yang santun dan mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan dan dakwah.

Terlihat sampai di akhir hidupnya dirinya masih bersetatu sebagai pengajar di SMK Negeri Trucuk Klaten dan Bekhotbah.

"Ia ustaz yang sering menolong masyarakat sehingga tidak pernah lupa dengan jasa dan sifatnya kepada para tetangga," jelasnya kepada TribunSolo.com pada Kamis (13/5/2021).

Baca juga: Ramuan Bikinan Pak Guru Juriono, Jadi Kenangan Warga Belang Wetan Klaten, Diberi Tiap Idul Adha

Baca juga: Khutbah Ied Terakhir Ustadz Juriono di Klaten : Pak Guru itu Ambruk di Mimbar, lalu Meninggal Dunia

Pertolongan yang sering diberikan Juriono, yakni, memberikan ramuan racikannya tiap Idul Adha. Ramuan tersebut sangat membantu bagi warga yang memiliki keluhan darah tinggi.

"Dia buat ramuan fermentasi, saat Idul Adha biasanya warga makan daging sapi atau kambing sering pusing, dia buat ramuan itu," ungkapnya.

Tak hanya itu, Sudikin juga dikenal masyarakat sebagai warga yang auka bersedekah ke sekelilingnya.

"Sedekah terus, suka sekali menolong," tegasnya.

Mendiang meninggalkan seorang istri, dua anak, dan seorang menantu.

Khotbah Terakhir

Sebelumnya, Innalillahi wa inna ilaihi rodziun.

Ustaz Juriono (57), warga Desa Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia saat menjadi iman dan khatib Salat Idul Fitri, Kamis, (13/5/2021).

Diketuai Juriono meninggal saat menyampaikan khotbah di depan warga Dusun Dalangan, Desa Ngemplak, Kecamatan Kalikotes, Klaten.

Baca juga: Kisah Pria di Jombang Meninggal saat Imami Shalat Witir, Terungkap Amal Kebaikannya Semasa Hidup

Ustaz yang dikenal sebagai pribadi yang santun dan mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan dan dakwah.

Terlihat sampai di akhir hidupnya dirinya masih bersetatu sebagai pengajar di SMK Negeri Trucuk Klaten dan Bekhotbah.

Tetangga Almarhuma Sudirin, Warga Belang Wetan, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah, menyampaikan mendapatkan ininformasi tersebut langsung dari warga Kalikotes.

"Tadi setelah kejadian, saya ditelpon langsung dari panitia masjid, kalau Ustaz tiba-tiba jatuh saat menyampaikan khotbahnya," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Kamis (13/5/2021).

Sudirin menambahkan, setelah mendapat kabar itu beliu menyarankan untuk di rujuk ke RSI Klaten

"Ternyata saat dibawah ke rumah sakit sudah meninggal," jelasnya. 

Diketahui pula almarhum telah dimakamkan sekitar pukul 11.00 WIB tadi, di Makam Sraten, Belangwetan, Klaten Utara, Kalten.

Almarhum Juriono dikenal sebagai seorang guru.

Ia mengajar di sebuah SMK negeri di Trucuk, Klaten.

Banser Meninggal saat Witir

Sebelumnya, seorang anggota Banser Jombang meninggal dunia saat menjadi imam salat witir dan salat tarawih.

Pria bernama Khadisin ini meninggal dunia saat sedang memimpin salat tarawih tepatnya ketika sedang salat witir di sebuah musala, Sabtu (17/4/2021) malam.

Baca juga: Sosok Khadisin, Banser Jombang Meninggal saat Imami Sholat Witir, Kematiannya Bikin Minder Kyai Haji

 

Dilansir dari akun Instagram (IG); generasi_muda_nu_Official, tampak foto saat tubuh korban masih dalam posisi terbaring di area salat, tidak sadarkan diri.

Tampak korban mengenakan baju kemeja batik lengan panjang, dan bersarung warna hijau.

Posisi telapak tangan korban, tampak saling menempel, seperti sikap sempurna dalam ibadah salat.

Informasi yang dihimpun surya.co.id, Khadisin tak lagi bisa menopang tubuhnya secara sempurna, sesaat usai melakukan prosesi ruku' di tengah sholat Witir. 

Saat dirinya hendak melanjutkan prosesi sujud. Di situlah tubuhnya mendadak ambruk. Khadisin tak sadarkan diri.

Sejumlah makmum jamaah saf terdepan secara sigap langsung memegang tubuh Khadisin, untuk memastikan keadaannya. Tak lama kemudian, ia mengembuskan nafas terakhir, sekitar pukul 19.30 WIB.

Penelusuran surya.co.id, Khadisin adalah warga Jalan Masjid RT 03 RW 07, Dukuhdimoro, Mojoagung, Jombang.

Sebagaimana dikutip TribunStyle.com dari Surya.co.id Sosok Khadisin, Banser Jombang yang Meninggal saat Imami Sholat Witir, KH Marzuki Sampai Bilang Top, ia meninggal dunia saat sedang menjadi imam salat witir di Musala Al-Hidayah Pandean, Miagan, Mojoagung, Jombang.

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jatim M. Syafiq Sauqi alias Gus Syafiq mengaku, pihaknya masih terus mengumpulkan informasi melalui jajarannya di PC GP Ansor Jombang, terkait penyebab pasti kematian Khadisin.

Kendati begitu, mewakili keluarga besar PW GP Ansor Jatim turut, ia menyampaikan ungkapan dukacita atas wafatnya sahabat Chadisin. Dan berdoa, almarhum Chadisin mendapatkan tempat terbaik disisi Allah SWT.

"Dan juga berdoa semoga almarhum dikumpulkan bersama para muassis NU Mbah Hasyim dan para Masyayih di surgaNya nanti. Terima kasih tak terhingga atas pengabdiannya selama ini di Banser dan Ansor, semoga amal ibadahnya diterima disisi Alloh SWT," pungkasnya.

Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Marzuki Mustamar mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Khadisin (61) anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Cabang Jombang saat sedang menjadi imam salat di sebuah musala, di Mojoagung, Jombang.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilurrosyad, Gasek, Malang itu, Khadisin meninggal dalam momen yang paling indah. Yakni ditengah proses ibadah salat kepada Allah SWT.

Saking indahnya momen tak dinyana itu, KH Marzuki mengaku, bahwa dirinya sempai tak kuasa menahan haru, hingga tak sabar untuk menumpahkan perasaannya itu dengan membuat postingan tulisan dalam media sosial (medsos) memaknai momen kematian Khadisin.

"Itu top bisa-bisa saya kalah derajat dengan dia. Saya membuat tulisan; tolong sahabat nanti di akhirat, jangan lupakan saya. Gandeng tangan saya di shiratalmustakim. Pertemukan saya dengan Mbah Hasyim Asyari,"

Menurut KH Marzuki, momen kematian Khadisin saat menjalani prosesi ibadah itu lazim disebut dalam Islam sebagai Husnul Khotimah.

Sebuah momen dicabutnya nyawa seorang anak manusia dalam keadaan terbaik. Seperti sedang menjalani ibadah, sedang menunaikan tugas mulia yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Nyata-nyata untuk sekarang saya kalah. Sudah jelas husnul khotimah. Meskipun seorang Banser. Kalau saya kiai kan dhohirnya, kan kita berharap juga husnul khotimah,"

Melalui sekelumit momen kematian Khadisin yang disajikan Allah SWT kepada masyarakat. KH Marzuki mengajak kepada masyarakat untuk senantiasa menebar kebaikan di mana pun berada dan kapan pun saja.

Ajal dalam episode hidup manusia hanya Tuhan yang tahu. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk senantiasa beramal saleh, menebar kebaikan, dan meniatkan segala tindak tanduk dalam hidup sebagai representasi lain ibadah kepada Tuhan.

"Mas Khadisin nyata ceto welo-welo husnul khotimah, laiyo begitu enak. Kita harus ibadah dengan segala bentuk ibadah dan macamnya. Kita enggak saklek. Kerja diniati karena Allah ya itu ibadah juga. Mati dalam keadaan kerja. Banser mati dalam keadaan jaga keamanan semua mati dalam ibadah,"

Baca juga: Viral Foto Anggota Banser Meninggal saat Jadi Imam Salat Witir di Jombang, Ini Doa Gus Syafiq

Lalu, bagaimana sosok Khadisin? 

Kondisi Chadisin tak sadarkan diri saat menjadi imam salat di Musala Al-Hidayah Pandean, Miagan, Mojoagung, Jombang, Sabtu (17/4/2021) malam.
Kondisi Chadisin tak sadarkan diri saat menjadi imam salat di Musala Al-Hidayah Pandean, Miagan, Mojoagung, Jombang, Sabtu (17/4/2021) malam. (foto:  akun IG generasi_muda_nu_Official)

Ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang Zulfikar Damam Ikhwanto mengatakan, sosok Khadisin sama seperti anggota Ansor atau Banser lainnya.

Dia memiliki peran dalam menghidupkan fungsi keagamaan Islam Rahmatan Lillalamin khas amaliyah Nahdlatul Ulama (NU) ditengah masyarakat yang berada di dekat tempat tinggalnya. 

Usia anggota yang terbilang matang, kerap menjadikan para anggota atau kader Ansor dan Banser mendapat tempat khusus di tengah masyarakat dengan menyandang sebutan tokoh atau pemuka agama.

"Ya menjadi aktivis di masjid, di langgar, di musala wilayah, atau di rumahnya masing-masing. Biasanya begitu," ujar Gus Antok, sapaan akrabnya, saat dihubungi TribunJatim.com, Minggu (18/4/2021).

Sosok Khadisin sebagai kader Ansor dan Banser memang dikenal loyal.

Pria berkumis itu menjabat sebagai anggota Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser Mojoagung, Jombang.

Perangainya yang supel, ramah dan mudah akrab dengan banyak orang. Membuat sosok Khadisin begitu dekat bagi rekan sesama organisasi.

Khadisin, ungkap Gus Antok, adalah kader sekaligus sahabat yang tak pernah pilih-pilih dalam menjalankan tugas.

Kendati usianya terbilang senior, Khadisin selalu siap sedia dalam mengemban amanat tugas organisasi.

"Beliau enggak ada kata 'tidak siap', gitu ya. Salawatan, siap. nge-PAM untuk pengamanan juga siap. Bahkan jaga Kantor PCNU yang ada di Mojoagung itu pun siap," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Masya Allah Pria Ini Wafat Saat Imami Sholat, Ambruk Sebelum Sujud, Kyai Terharu: Saya Kalah Derajat,

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved