Berita Klaten Terbaru
Alarm di Klaten Berbunyi : Kasus Covid-19 Meroket Terus, Rumah Sakit Pun Kewalahan Atasi Pasien
Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Klaten menyebabkan 12 rumah sakit rujukan kewalahan menampung pasien.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Klaten menyebabkan 12 rumah sakit rujukan kewalahan menampung pasien.
Tim Ahli Satgas PP COVID-19 Klaten, Ronny Roekmito menerangkan, tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di 12 rumah sakit rujukan Covid-19 mencapai 99,4 persen.
"Hampir penuh," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Senin (21/6/2021).
Menurut Ronny, pihak Satgas Penanggulangan dan Penanganan Covid-19 Klaten telah menggelar rapat koordinasi dengan 12 rumah sakit rujukan tersebut.
Baca juga: Gibran Jor-joran Kebut Vaksinasi Warga 18 Tahun ke Atas,Per Kelurahan di Solo Disiapkan Seribu Dosis
Baca juga: Tak Hanya Wali Kota Solo Gibran, Bupati Klaten Sri Mulyani Juga Tolak Lockdwon,Meski Kini Zona Merah
Rapat koordinasi itu untuk membahas, penambahan tempat tidur atau kamar isolasi hingga ruang ICU.
"Kemarin 12 rumah sakit (saat rapat) bersedia untuk menambah tempat tidur isolasi (yang totalnya) 103 tempat tidur," katanya.
Pihaknya sudah melakukan pengecekan kepada seluruh rumah sakit tersebut dan baru tersedia sekitar 35 tempat tidur.
Atas dasar itu, ia pun telah meminta pihak seluruh rumah sakit untuk melengkapi sisa tempat tidur untuk isolasi yang belum disediakan itu.
"Kemarin saya cek tertambahnya baru 35, hari ini kami minta untuk lengkapi. Mudah-mudahan penambahan ini bisa mengurangi pasien ya," kata dia.
Di sisi lain, ada penambahan satu rumah sakit rujukan.
"Informasinya bahwa rumah sakit PKU Muhammadiyah Prambanan bersedia untuk jadi rumah sakit Covid-19," aku dia.
"Namun mereka butuh persiapan dan mudahan satu minggu ini siap," tambahnya.
Tolak Karantina
Bupati Klaten Sri Mulyani menolak adanya rencana karantina wilayah (lockdown).
Meski ada lonjakan kasus Covid-19 yang membuat Klaten yang sebelumnya zona oranye menjadi zona merah.
Langkah Sri Mulyani ini seakan seperti pernyataan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka yang menolak adanya lockdown.
Sri menerangkan, meski Klaten zona merah pihaknya tidak akan memberlakukan karantina wilayah (lockdown).
Baca juga: Gibran Blak-blakan, Meski Jokowi Orang Nomor 1 di Indonesia, Ultah Tak Ada Perayaan Apalagi Pesta
Baca juga: 95 Buruh Pabrik Sepatu di Jaten Karanganyar Positif Corona, Muncul Usai Mengeluh Batuk & Sesak Napas
"Klaten tidak akan lockdown," terang dia kepada TribunSolo.com, Senin (21/6/2021).
Menurutnya, opsi lockdown tidak dipilih karena untuk bisa menerapkan lockdown harus mengajukan izin ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
"Pertimbangannya kalau mau lockdown harus izin ke Kemendagri," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa tidak bisa menerapkan lockdown secara sepihak.
"Tidak boleh lockdown secara sepihak," paparnya.
Adapun langkah yang dipilih untuk mengurangi penyebaran virus corona dengan memperketat PPKM mikro.
Ia menyebut, dalam aturan PPKM mikro disebutkan warga dilarang mengadakan hajatan, dan operasi yustisi di tempat-tempat yang berpotensi terjadi kerumunan di 26 kecamatan.
Kemudian tidak ketinggalan ibadah di rumah masing-masing, dan pembatasan jam operasional dari angkringan hingga toko modern harus tutup pukul 21.00 WIB.
"Hajatan tidak boleh, bolehnya ijab kabul yang dihadiri maksimal 20 orang. Ibadah pun di rumah masing-masing."
Bahkan mereka yang berada di tempat kerumunan akan dicek kedisiplinannya soal prokes dan akan menggelar rapid tes antigen secara acak.
"Tujuannya agar ada efek jera dan mengurangi mobilitas keluar rumah," jelas dia.
Baca juga: Sosok Aktivis Sekolah Sungai Klaten di Mata Bupati Klaten, Sri Mulyani : Dia Orang yang Sangat Baik
Baca juga: Kabar Duka : Aktivis Sekolah Sungai Klaten, Arif Fuad Tutup Usia, Pasca Berjuang Lawan Covid-19
Gibran Tolak Lockdown
Wacana karantina wilayah atau lockdown diterapkan di seluruh jawa mengemuka beberapa waktu belakangan ini.
Ini menyusul temuan varian mutasi virus Corona di beberapa kawasan pulau Jawa.
Di Kudus, Brebes, dan Cilacap, misalnya, mayoritas temuan yakni mutasi B1617 atau Delta.
Baca juga: Gibran Dicurhati Pasien Asal Solo, Ogah Isolasi di Asrama Haji Donohudan : Takut Corona Jenis Delta
Baca juga: Terungkap Alasan Wali Kota Solo Gibran Panggil Driver Gojek Viral : Intinya Sudah Selesai, Beres Toh
Mencuatnya wacana lockdown seluruh Jawa ditanggapi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Ia menolak wacana tersebut dengan alasan kondisi tiap daerah berbeda sehingga tidak bisa diterapkan kebijakan yang sama.
"Lockdown se-Jawa, kurang fair. Terutama untuk kota yang tidak zona merah," kata Gibran, Rabu (16/6/2021).
"Kalau di-lockdown dengan keadaan seperti ini ya tidak fair. Situasi kita dan Kudus beda. Kita lebih sehat," tambahnya.
Baca juga: Siapa Pesan Miras yang Bikin Driver Ojol Diperiksa? Gibran : Itu Wewenang Pak Kapolres
Gibran mengklaim Covid-19 di Kota Solo sudah terkendali dengan baik berkat kinerja Pemkot Solo dan masyarakat.
"Solo sebenarnya aman," katanya.
Dia juga tidak mau menetapkan status siaga satu untuk Solo.
Oleh karenanya, Gibran merasa juga tidak perlu mengimitasi keputusan, seperti yang diambil Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Ridwan, seperti diketahui, telah menetapkan Bandung Raya siaga satu sebagai buntut lonjakan kasus Covid-19.
Baca juga: Usai Ziarah ke Makam Ibunda, Jokowi Sempat Temui Gibran di Solo Selama 5 Menit, Ini yang Dibahas
"Saya rasa kurang fair kalau dipukul rata. Kita berbeda dengan Kudus atau kota-kota zona merah," ucap dia.
"Kita tunggu instruksi gubernur (Ganjar Pranowo)," tambahnya.
Namun, bila menilik data statistik Covid-19 Kota Solo, kasus aktif cukup landai pada Maret 2021 berada di kisaran 200 sampai 250.
Namun, jumlah tersebut mengalami peningkatan dua kali lipat.
Baca juga: Style Terbaru Gibran Sejak Jadi Wali Kota Solo : Pakai Kacamata Hitam Model Ray-Ban Aviator
Kenaikan itu nampak bila menilik data kasus Covid-19 sejak 1 Juni sampai 15 Juni 2021 yang tercatat sebanyak 566 kasus aktif tambahan.
Dari penambahan kasus tersebut belum ditemukan mutasi virus Corona, termasuk Delta.
Itu baru bisa dipastikan dari hasil uji Whole Genome Sequencing (WGS). Seperti diketahui, Pemkot Solo tengah menunggu hasil uji 10 sampel.
"Jangan sampai (ada temuan varian baru). Kita masih menunggu hasilnya," ujarnya.
Apa Itu Corona Delta?
Kabar soal varian baru virus corona yakni corona B.1.617.2 atau Delta memang membuat publik makin was-was sekaligus penasaran.
TribunSolo.com mencoba menghubungi pakar dari UGM terkait penjelasan transmisi virus corona baru tersebut.
Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Yogyakarta Gunadi menyatakan, bahwa varian virus corona B.1.617.2 atau dikatakan Delta tingkat penularannya lebih tinggi dibanding dengan varian sebelumnya.
Baca juga: Bak Kota Mati, Satu Dukuh di Simo Boyolali Lockdown Gegara Tertular Corona dari Kudus, Kini Sepi
Baca juga: Tahan Dulu Dua Minggu! Pesta Nikahan di Sragen Dilarang, Imbas Varian Baru Corona Asal Kudus
"Lebih cepat menular dari varian virus corona yang sebelumnya," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (15/6/2021).
Hal itu sudah dibuktikan oleh Public Health Service di Inggris disebutkan transmisinya lebih tinggi.
"Para epidemiolog di sana menyebutkan tingkat transmisinya 50-60 persen," ungkap Gunadi.
Apabila ada orang yang terpapar virus ini, kekebalan tubuhnya dapat menurun.
Baca juga: Catat! Nikahan Dilarang hingga Night Market Ditutup Mulai 15-30 Juni,Imbas Corona Kudus Masuk Sragen
"Respons imun tubuh dengan virus yang masuk akan berkurang," paparnya.
Bahkan walau orang tersebut sudah divaksin respons akan menurun.
Di sisi lain, pihaknya telah meneliti pengurutan genom lengkap atau Whole Genome Sequencing (WGS) terkait adanya lonjakan kasus Covid-19 di Kudus.
Baca juga: Di Balik Mengerikannya Corona di Kudus : 82 Persen Sampel Pasien Covid-19 Terinfeksi Varian India
"Ada 70 spesimen yang kami uji tapi yang kami terima hanya 37. Yang sisanya dibawa ke Salatiga," katanya.
Dari penelitian itu ada 28 dari 34 atau sekitar 82 persen ialah varian Delta.
Untuk diketahui, WGS merupakan proses menentukan urutan DNA lengkap dari suatu genom organisme pada satu waktu. (*)