Berita Klaten Terbaru
Nasib Pemilik Warung Apung di Rawa Jombor Klaten : Mau Dipindah,Ada yang Disegel karena Langgar PPKM
Sejumlah pemilik warung apung di Rawa Jombor Klaten harus menerima pil pahit karena langgar PPKM Darurat.
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Sejumlah pemilik warung apung di Rawa Jombor Klaten harus menerima pil pahit karena langgar PPKM Darurat.
Ternyata tertangkap petugas ada pembeli yang makan di tempat sehingga akibatnya warung di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat itu disegel.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Klaten, Joko Hendrawan mengatakan, penyegelan dua warung apung dilakukan karena langgar PPKM Darurat yang digelar pada 3-20 Juli 2021.
"Kemarin ada dua warung apung masih buka. Sebenarnya kawasan Rawa Jombor itu sudah ditutup untuk semua kegiatan. Makanya kami tutup dan pasang police line," terang dia.
Baca juga: Hentikan Jual Beli, Pedagang Pasar Karanganyar Hening Cipta untuk Korban Covid-19 hingga Doa Bersama
Baca juga: Kronologi Kebakaran Gudang Sembako di Klaten, 6 Mobil Hangus Terbakar
Menurut Joko, kedua pemilik warung apung tersebut beralasan jika pihaknya tidak mengetahui penutupan kawasan Rawa Jombor tersebut.
"Alasannya mereka nggak tahu, tapi itu sudah jelas dipasang di penyekatan jalan ke sana Rawa Jombor ditutup sementara," jelasnya.
Ia mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi adanya warung apung yang masih beroperasi justru dari pemilik warung apung lain.
"Teman-teman warung apung yang lain protes. Kalau mereka (dua warung itu) tidak ditindak maka warung apung lain yang sudah tutup akan buka semua, nah ini kan bisa berdampak makanya kami tindak," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Budaya dan Pemuda Olahraga (Disparbudpora) Klaten, Sri Nugroho membenarkan adanya dua warung apung yang disegel karena masih nekat buka.
"Iya benar, ada yang kita segel. Sebelumnya sudah diperingati dan disurati untuk menutup warungnya bahkan sampai tiga kali," ujarnya.
Menurutnya, selama pelaksanaan PPKM Darurat di KLaten, pihaknya mengimbau semua pengelola di sektor pariwisata untuk mengikuti aturan yang berlaku.
"Semua ini demi kebaikan kita bersama agar angka sebaran Covid-19 menurun dan Klaten keluar dari zona merah," imbuhnya.
Asal-usul Warung Apung
Warung apung di Rowo Jombor, Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten rencananya akan dipindah ke daratan.
Namun wacana yang dikeluarkan Pemkab Klaten tersebut menimbulkan penolakan oleh sejumlah pemilik warung apung.
Salah satunya Samsir yang merintis usaha warung makan apung pada 1998.
"Saya termasuk orang yang merintis usaha warung makan apung di Rowo Jombor," kata Samsir kepada TribunSolo.com, Kamis (27/5/2021).
Baca juga: Harga Kedelai Impor Naik & Mencekik, Perajin di Sragen Mogok Produksi, Tak Mau Kecilkan Ukuran Tahu
Baca juga: Warung Apung di Rawa Jombor Klaten Bakal Dipindah ke Darat, Pemilik Protes Tolak Rencana Sri Mulyani
Samsir menceritakan bahwa tidak mudah memulai usaha itu saat sedang krisis ekonomi.
"Saat itu kan (lengsernya Soeharto) sedang terjadi krisis ekonomi," terangnya.
Samsir tidak ingat berapa jumlah warung apung yang didirikan pada 1998.
"Enggak begitu ingat. Tapi daya tarik warung makan apung ya makan ikan hasil olahan di tengah rawa," katanya.
Namun lambat laun usaha yang ia jalankan mulai membuahkan hasil.
"Sekarang saya punya dua warung makan apung," katanya.
Sasar Warung Apung
Objek wisata Rawa Jombor yang terletak di Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten segera direvitalisasi.
Revitalisasi ini bakal menyasar pelaku wisata seperti karamba ikan, warung makan apung, hingga pemancingan.
Untuk warung makan apung bakal dipindah ke darat dan menjadi food court.
Rencana ini ditolak oleh pemilik usaha warung makan apung.
Salah seorang pengusaha warung makan apung, Samsir menyatakan apabila warung makan apung diubah jadi food court maka daya tarik wisata akan hilang.
Baca juga: Fantastis! Uang Rp 50 Miliar untuk Penataan Rawa Jombor Klaten, Seperti Apa Bentuknya Nanti?
Baca juga: Antisipasi Kasus Kapal Terbalik di WKO Boyolali, Operator Perahu Rawa Jombor Klaten Tambah Personel
"Selama ini kan yang jadi daya tarik di sini adalah warung makan apung," tutur Samsir kepada TribunSolo.com, Selasa (25/5/2021).
Dia beranggapan jika warung apung yang selama ini dikenal menjual berbagai macam ikan lalu diubah jadi food court akan terasa aneh.
"Saya rasa tidak cocok jika food court berjualan ikan," ujarnya.
Ia mengusulkan jika ingin membuat foodcourt bisa dibangun di Bukit Sidogoro yang letak tidak jauh dari Rowo Jombor.
"Di Bukit Sidogoro bisa dibuat bangunan khusus untuk food court tapi bukan untuk lokasi pemindahan warung apung," terangnya.
Digelontor Rp 50 Miliar
Bupati Klaten Sri Mulyani usai bertemu dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Klaten menyampaikan akan merevitalisasi rawa.
Dia mengatakan, saat ini keberadaan pedagang kaki lima di sepanjang pinggiran Rawa Jombor belum tertata rapi.
"Untuk itu kami bersama BBWS Bengawan Solo akan melakukan penataan," ujarnya, Rabu (19/5/2021).
Baca juga: Kala Warga yang Jadi Langganan Banjir di Purwosari Tagih Janji Gibran : Sudah 10 Tahun Kebanjiran
Baca juga: Viral Jokowi Salah Sebut Kota Padang Jadi Provinsi Padang, Begini Fakta Sebenarnya
Selain untuk menata kawasan pinggiran Rawa Jombor, nantinya di sana akan dibangun jogging track.
"Otomatis kan mereka harus direlokasi ke tempat lain," tuturnya.
Menurut Sri Mulyani, obwis Rawa Jombor memang berada di Klaten namun untuk kepemilikannya ada di tangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).
"Sementara untuk pengelolaannya menjadi wewenang BBWS Bengawan Solo," ujarnya.
Dia menambahkan, untuk merevitalisasi Rawa Jombor akan menelan anggaran sebesar Rp 50 miliar.
"Anggaran tersebut bersumber dari APBN," jelasnya.
Harga Tiket Rawa Jombor
Wisatawan sudah dapat kembali menikmati pesona Rawa Jombor dari objek wisata Bukit Sidoguro, di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.
Disini, wisatawan dapat melakukan rekreasi dengan teman atau keluarga.
Selain menawarkan panorama alam yang indah, di objek wisata Bukit Sidoguro juga bisa berswafoto di spot selfie yang sudah disiapkan.
Jarak antara pusat kota Klaten dengan objek wisata ini hanya sekira 7 kilometer dan hanya menempuh 15 menit.
Untuk mendapatkan moment tersebut, wisatawan harus berjalan kaki menaiki ratusan anak tangga di lokasi objek tersebut.
Baca juga: Mahasiswa S2 Asal Klaten Tak Malu Jualan Bubur Ayam di Pinggir Jalan, Ajak Adinya yang Masih SMK
Baca juga: Positif Corona Klaten Bertambah 32 Orang, 1 Meninggal Dunia
Baca juga: Operasi Tempat Hiburan Ditengah Pandemi Covid-19 di Solo, Lima Orang Positif Narkoba
Baca juga: Dendam Lama Masih Tersimpan, Pemuda di NTB Ini Tikam Temannya Hingga Tewas saat Pesta Miras
Masih dalam libur panjang cuti bersama Maulid Nabi SAW, pengunjung didominasi dari pelancong luar kota.
Kebanyakan wisatawan yang berdatangan disini berasal dari Solo, Jogjakarta, serta Semarang.
Objek wisata Bukit Sidoguro sendiri sempat ditutup karena adanya Pandemi Covid-19.
Namun, Pemkab Klaten telah membuka kembali membuka per Minggu (1/11/2020).

Salah seorang pengunjung, Leonardo menyambut baik keputusan pemerintah yang kembali membuka objek wisata Bukit Sidoguro.
Namun dirinya kaget dengan adannya tarif masuk yahg baru.
"Saya senang objek wisata ini kembali dibuka." kata dia, Minggu (1/11/2020).
"Namun saya kaget, saya kira (harga tiket) masih Rp 5 ribu, ternyata sudah naik jadi Rp 15 ribu," kata Leo.
Lebih lanjut, Leo mengatakan ada beberapa saran terkait objek wisata ini.
Salah satunya ia meminta objek wisata ini dipasangi pagar di kanan-kiri.
"Saran saya, di objek wisata ini kedepannya dipasangi pagar, karena banyak anak-anak berkunjung disini," tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Ngeyel Tetap Buka, Satpol PP Segel Dua Warung Apung di Rawa Jombor