Sekolah Rakyat Solo
DPRD Nilai Pembukaan Sekolah Rakyat SD di Solo Terburu-buru, Khawatir Dampak pada Mental Siswa
Sekolah Rakyat di Solo mendapat sorotan dari anggota DPRD. Pembanguna sekolah tersebut terkesan terburu-buru.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Sekolah Rakyat (SR) jenjang Sekolah Dasar (SD) resmi dibuka di Kota Solo pada Senin (6/10/2025) kemarin.
Pendirian sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak warga kurang mampu tersebut pun tak luput dari sorotan kalangan legislatif salah satunya Ketua Komisi IV DPRD Solo, Sugeng Riyanto yang berpendapat bahwa pembukaan SRSD tersebut terkesan terburu-buru.
Sugeng menilai bahwa pelaksanaan program pemerintah pusat tersebut minim persiapan matang.
Bahkan Sugeng menyebut pendirian SRSD di Kota Solo tersebut layaknya dongeng Bandung Bondowoso.
“Ini kan seperti program Bandung Bondowoso. serba cepat, dan kesannya ingin segera jadi tanpa perencanaan yang cukup matang,” urai Sugeng, Selasa (7/10/2025).
Ada sejumlah catatan menurut Sugeng dengan pendirian SRSD terkhusus di kota Solo tersebut seperti perbedaan jadwal semester dengan sekolah lainnya.
“Ketika program ini mulai bergulir, padahal jadwal reguler penerimaan siswa sudah lewat. Jadi konsekuensinya, pihak sekolah dan penyelenggara SR SD harus bisa menjawab berbagai persoalan di lapangan yang mungkin muncul nantinya," imbuh dia.
Tak hanya itu saja, konsep asrama yang diusung oleh SRSD tersebut menurut Sugeng harus memiliki resiko tersendiri bagi siswa yang rata-rata masih berusia 7 tahun tersebut.
Salah satu resiko yang menurut Sugeng harus jadi sorotan adalah psikologis peserta didik.
“Kalau di SD lain anak-anak sudah belajar beberapa bulan, sementara di SR SD ini baru mulai, tentu ada ketertinggalan dari sisi akademik. Nah, ini harus dikejar. Tapi yang paling penting, bagaimana mereka bisa beradaptasi di lingkungan asrama,” urai dia.
“Anak-anak usia segitu emosinya masih labil, masih manja. Mereka pasti akan merasakan kerinduan berat pada orang tua ketika harus tinggal jauh di asrama. Kalau tidak dikelola dengan pendekatan yang tepat, anak-anak bisa stres,” tambah Sugeng.
Baca juga: Resmikan SRD 2 Solo, Wakil Mensos Agus Jabo Akui Tak Mudah Rekrut Siswa SD untuk Sekolah Rakyat
Oleh karena itu, ia berharap agar pengelola SRSD nantinya bisa memperhatikan tingkat emosional anak pada saat berada di asrama.
“Pendidik dan pengasuh harus peka terhadap kondisi emosional siswa. Jangan hanya fokus pada akademik, tapi juga pada aspek sosial dan emosional mereka,” kata dia.
Sementara itu, Sugeng juga berharap agar pelaksanaan SRSD di bawah pengawasan Kementerian Sosial (Kemensos) RI juga bisa berkerjasama dengan pemerintah daerah.
Resmikan SRD 2 Solo, Wakil Mensos Agus Jabo Akui Tak Mudah Rekrut Siswa SD untuk Sekolah Rakyat |
![]() |
---|
Hari Perdana MPLS Sekolah Rakyat Dasar 2 Solo, 27 Siswa Hadir, 3 Lainnya Absen |
![]() |
---|
Kisah Bocah 11 Tahun Nailla : Dari Kos 4x4 Meter Tanpa Ibu, Kini Huni Kelas Sekolah Rakyat Solo |
![]() |
---|
Sekolah Rakyat Solo Kekurangan 2 Pengasuh Asrama, Sementara Siasati dengan Jadwal Petugas Piket |
![]() |
---|
Dua Posisi Guru Ini Masih Kosong di Sekolah Rakyat Solo, Pihak SRMA 17 Sudah Komunikasi ke Kemensos |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.