Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Gibran Tanggapi Pungli di TPU Daksinoloyo: Nanti Kami Proses

Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka, menanggapi dugaan adanya pungli di TPU yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Agil Trisetiawan
TribunSolo.com/Adi Surya Samodra
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, mengumumkan positif Covid-19 Rabu (14/7/2021) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka, menanggapi dugaan adanya praktik pungli di TPU yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Ya, dugaan pungli itu mencuat, paska ada keluarga asal Kecamatan Pasar Kliwon yang dimintai sejumlah uang oleh okmnum gali kubur.

Padahal, jenazah yang dimakamkan merupakan jenazah Covid-19.

Gibran masih berhati-hati dalam menanggapi hal itu.

"Masukan ke nota ajudan, kami catat," kata Gibran, Jumat (30/7/2021).

"Nanti kami proses," imbuhnya.

Baca juga: Awas, Praktik Pungli Pemakaman Covid-19 Sering Terjadi di Solo: Bisa Minta Rp9 Juta, Begini Modusnya

Terpisah, Kepala Disperkim-KPP Kota Solo, Taufan Basuki membantah adanya Pungli di TPU Daksinoloyo.

“Sudah saya konfirmasi, dari dinas tidak ada yang melakukan seperti itu,” katanya.

Taufan memastikan pemakaman Covid-19 sepenuhnya dibiayai oleh Pemkot Solo.

Namun, dia tak membantah kemungkinan adanya pungutan dari warga atau penyedia jasa gali makam.

Ia malah menyalahkan keluarga yang tidak berkoordinasi dengan juru kunci TPU tersebut.

“Mestinya menghubungi ke juru kuncinya tidak langsung ke orang-orang itu. Mestinya masyarakat juga paham,” katanya.

Marak Terjadi

Para relawan pemusalaran jenazah covid-19 di Solo, menyanyangkan adanya pratik pungli yang dilakukan oknum gali kubur di TPU Daksinoloyo, Danyung, Kecamatan Grogol, Sukoharjo.

Pasalnya, biaya pemakaman jenazah covid-19 di TPU yang di kelola Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, biayanya ditanggung oleh pemerintah.

Salah satu relawan, Riyadi bayu mengatakan, praktik pungli itu tak hanya dilakukan sat itu saja.

Namun, dia pernah menjumpai adanya praktik lain, yang mana ada oknum gali kubur yang meminta uang Rp 2-9 juta kepada keluarga jenazah yang akan dimakamkan.

"Alasan mereka melakukan pungli tersebut bermacam-macam," kata Bayu kepada TribunSolo.com, Jum'at (30/7/2021).

Baca juga: Anggota Keluarga di Solo Dimintai Uang Oknum Gali Kubur Rp 6 Juta, Sebut Untuk Uang Lelah

Baca juga: Nasib Pilu Kliwon, Bapak 6 Anak di Solo: Berhenti Kerja karena Sakit Liver, Kini Terpapar Covid-19

Baca juga: Heboh Dugaan Pungli yang Dilakukan Oknum Penggali Kubur di Solo, Minta Uang Rp 6 Juta

Baca juga: Tangis Petugas Pemakaman Pecah, saat Memakamkan Balita di Sragen yang Meninggal Terpapar Corona

Dia merasa heran akibat olah oknum tersebut yang meminta uang kepada pihak keluarga untuk biaya penggalian liang kubur.

Bahkan mereka meminta uang dengan alasan adanya standar khusus untuk pemakaman Covid-19.

Dia baru mengetahui adanya pungli tersebut dari keluarga korban.

Ia menerangkan, pihak keluarga mengaku dimintai uang Rp 6 juta untuk memakamkan jenazah Covid-19 di TPU Danyung.

“Setelah tawar-menawar akhirnya sepakat di harga Rp 5 juta. Tapi baru dibayar uang muka Rp 2 juta,” katanya.

Pasca kejadian tersebut, kemudian meminta pihak keluarga untuk tidak melunasi pembayaran tersebut.

Ia menjelaskan bahwa biaya pemakaman Covid-19 sepenuhnya dibiayai pemerintah.

"Saya meminta pihak keluarga tidak lunasi uang tersebut dan saya jelaskan ke keluarga bahwa pemakaman Covid-19 ditanggung pemerintah," ujarnya.

Tak hanya itu, Bayu juga menyaksikan sendiri praktik pungli saat hendak memakamkan jenazah di TPU Danyung.

Ia mendapati satu mobil jenazah yang terkendala karena tidak ada petugas yang menurunkan jenazah ke liang lahat.

Padahal,Pemkot Solo telah berkomitmen semua pemakaman Covid-19 ditangani oleh Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperum-KPP) Kota Solo.

“Kita tinggal memasukkan liang lahat saja,” katanya.

“Dengar-dengar ternyata itu masalah keuangan juga,” katanya.

Kemudian, dia sempat menanyakan kejadian tersebut kepada salah satu petugas Disperum-KPP Kota Solo.

Ia kecewa mendengar jawaban dari petugas tersebut.

“Katanya mereka hanya siap kalau siang, kok bisa cuma siang tok, di mana-mana, petugas pemakaman itu harus siap 24 jam,” katanya.

Menurutnya, peristiwa tersebut juga dialami oleh relawan lain yang memakamkan di TPU tersebut.

Sayangnya, tak satupun relawan yang mendokumentasikan praktik pungli tersebut.

“Mungkin karena teman-teman sibuk dengan pekerjaan di situ, tapi saksinya banyak, anggota saya dengar semua,” katanya.

Dimintai Uang Rp 6 Juta

Salah satu keluarga di RT:02/RW:03, Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, diduga menjadi korban pungutan liar (pungli).

Mereka dimintai uang sebesar Rp 6 juta oleh oknum penggali kubur di salah satu TPU yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Menurut ketua RT setempat, Sardjiman uang tersebut diminta dengan dalih sebagai uang lelah.

Peristiwa itu terjadi di Kejadin itu terjadi pada salah satu TPU yang dikelola Pemkot Solo, di TPU Daksinoloyo, Danyung, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo pada Kamis (29/7/2021) Malam.

Menurut ketua RT setempat, Sardjiman, kejadian berawal dari warganya yang melangsung pemakaman.

"Saat itu ditanya sama penggali kuburnya, pemakaman ini dilakukan protokol kesehatan atau tidak," katanya, Jumat (30/7/2021).

"Dari pihak keluarga menjawab tidak, karena hanya sakit gejala paru-paru," imbuhnya.

Baca juga: Nasib Pilu Kliwon, Bapak 6 Anak di Solo: Berhenti Kerja karena Sakit Liver, Kini Terpapar Covid-19

Baca juga: Komunitas Barbershop di Solo Galang Dana, Bantu Warga Positif Corona: Biaya Perawatan dan Pendidikan

Baca juga: 2000 Vaksin Per Hari Disiapkan untuk Pelaku UMKM di Solo Raya, Hippindo: Stok Aman 2 Minggu Kedepan

Baca juga: Ini Deretan Guru Bek Persis Solo Abduh Lestaluhu, Dari Ruben Sanadi sampai Eks Pemain Chelsea

Prosesi pemakaman kembali berlangsung seperti biasa.

Namun, setelah ambulans pembawa jenazah yang dimakamkan datang, para penggali pemakaman kaget. Ternyata pemakaman harus prokes.

Ambulans tersebut datang sekira pukul 23.00 WIB malam tadi.

"Setelah mereka mengetahui itu, para penggali kubur tersebut mengajukan persyaratan-pesyaratan kepada pihak keluarga," ucap Sardjiman.

Kemudian, dia mengatakan para penggali kubur tersebut meminta kepada pihak keluarga persyaratan berupa uang sejumlah Rp 6 juta.

Pihak keluarga mencoba melakukan negosiasi kepada mereka, dan sepakat dengan uang Rp 5 juta.

Lanjut, dia mengatakan para penggali kubur tersebut meminta uang kepada pihak keluarga dengan alasan sebagai uang lelah.

"Pihak keluarga saat itu membayar Rp 3 juta dulu kepada mereka, sisanya dibayar setelah pemakaman besok," ujar Sardjiman.

Dia mengatakan baru mengetahui bahwa proses pemulasaran jenazah Covid-19 tidak dipungut biaya sepeserpun.

Lalu, dia mengaku dirinya sempat diminta oleh relawan untuk pihak keluarga tidak melunasi kekurangan tersebut.

"Pihak keluarga sudah mengikhlaskan kejadian tersebut, yang penting jenazah bisa dimakamkan malam itu juga," pungkasnya. (*)

Balita di Sragen Meninggal Terpapar Covid-19

Seorang balita perempuan, berinisial ADN usia 1,5 tahun meninggal dunia, pada Kamis (29/7/2021).

Nyawa bayi mungil itu tak tertolong, saat dilarikan ke Puskesmas.

ADN merupakan putra kedua, dari pasangan Priyanto dan Dwi, warga Dukuh Pucang, RT 25, Desa Bedoro, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen.

Kepala Desa Bedoro, Prihartono mengatakan setelah dites rapid antigen, ADN positif covid-19.

"Kemudian, untuk memastikan, Satgas Desa juga membawa bayi itu ke RSUD, dan hasilnya juga positif covid-19," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (30/7/2021).

Baca juga: Pilunya Nasib Bocah 11 Tahun di Sragen, Selesai Isoman: Dikabari Ayah & Ibu Meninggal karena Corona

Baca juga: Di Sragen, Bupati Sebut Ada Warga Tak Jujur saat Sakit: Takut Dibawa ke Lokasi Isolasi Terpusat

Baca juga: Kisah Warga Jenar Sragen: Takut Divaksin, Didatangi Petugas Malah Kunci Pintu Rumah

Baca juga: Viral dengan Baliho Kontroversial, Kini Kades Jenar Sragen Jadi Duta Vaksin: Bergerilya Tiap Malam

Prihartono menjelaskan, awalnya ADN sudah sakit selama 2 minggu lalu.

Selama 2 minggu itu, kedua orangtuanya Priyanto dan Dwi, juga telah membawa ADN ke dokter spesialis anak.

"Sudah 3 kali dibawa ke dokter spesialis anak, tapi belum sembuh juga," ujarnya.

"Dua hari sebelum meninggal, ADN sempat mengalami sesak nafas," tambahnya.

Lantaran selama dua minggu itu ADN banyak yang jenguk, maka satgas desa akan melakukan tes covid-19 secara massal.

"Terutama untuk ayah ibunya, simbahnya, bahkan satu RT kita tracing," ucap Prihartono.

Bayi malang itu, sudah dimakamkan malam tadi, di tempat pemakaman umum, di desanya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved