Berita Sukoharjo Terbaru
Potret 8 Anak Cahyo Tidur Beralasakan Tikar di Kolong Meja HIK, Tak Bisa Bebas, Luas Hanya Dua Meter
Delapan anak Cahyo (50) dan Wiwin (48) yang tinggal di kolong meja HIK di Jalan Raya Solo-Semarang, selama ini tidur dengan alas seadanya.
Penulis: Iqbal Fathurrizky | Editor: Asep Abdullah Rowi
Perjalanan Hidup
Polisi bergerak cepat setelah mendapati ada warga di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo hidup di tenda HIK.
Dipimpin Kapolsek Kartasura AKP Mulyanta, sejumlah polisi mendatangi keluarga Cahyo Yulianto (52) dan Wiwin Haryati (48) di depan SMPN 3 Kartasura, Jalan Raya Solo-Semarang.
Dia tampak memberikan bantuan sejumlah uang, sembako hingga mainan kepada delapan orang anak Cahyo.
"Alhamdulillah ini tadi dapat bantuan dari Pak Kapolsek, ini nanti untuk cari kos," Cahyo kepada TribunSolo.com, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: Cerita Husnaini, Siswa SMAN 1 Kartasura yang Dapat Sepeda dari Jokowi: Diminta Berani Vaksin
Baca juga: Dear Kaesang, Ini Harapan Suporter soal Launching Jersey & Skuad Persis Solo
Ya, maklum nasib malang dialami keluarga Cahyo karena harus menjalani hidup dengan segala keterbatasan.
Ia dan keluarganya menjadi tunawisma dan terpaksa tidur bawah meja lapak tempat dia berjualan layaknya angkringan atau HIK di depan SMPN 3 Kartasura.
Lapak tersebut hanya beratapkan terpal, yang dijadikan tempat tinggal Cahyo, bersama istrinya Wiwin dan delapan orang anaknya.
Baca juga: Kecelakaan Dahsyat di Jalanan Karanggede, Truk Terguling & Brio Rusak Parah, Sejumlah Orang Terluka
Baca juga: Kisah Buruh Boyolali Kebingungan Anaknya Kelainan Jantung,Setiap Kali Berobat Bisa Habis Rp 600 Ribu
Sebenarnya, Cahyo dan Wiwin memiliki 13 anak, namun 3 orang anaknya sudah bekerja dan mandiri.
"Anak yang paling tua usianya 30 tahun, dan yang paling kecil 6 tahun," kata Wiwin kepada TribunSolo.com.
Wiwin mengaku baru tinggal di lapak angkringannya itu selama tiga hari terakhir ini.
Pasalnya, ia dan keluarga sudah tidak mampu untuk menyewa kamar kos.
"Kalau jualan angkringan ini, kami sudah enam tahun," ujarnya.
Sebelumnya, satu keluarga ini tinggal di sebuah kos tak jauh dari lokasi mereka jualan.
Namun karena nunggak berbulan-bulan, dan tak bisa membayar, pemilik kos meminta untuk mencari tempat tinggal lain.
"Kalau ada uang buat bayar kos, kalau bulan depan gak bisa bayar ya tinggal di sini lagi (lapak jualannya)," jelasnya.
Wiwin sebenarnya tidak nyaman tinggal di lapak miliknya itu, apalagi dia bersama delapan orang anaknya.
Baca juga: Saat Gibran Puji Anies Baswedan : Beliau Kepala Daerah Sukses di Jakarta, Jadi Contoh Negara Lain
Baca juga: Perbaikan Jalan Rp 118 Juta Disorot, Kades Tanjung Juwiring : Papan Proyek Ada,Tapi Tiba-tiba Hilang
Namun, karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, ia terpaksa menjalani hal itu.
"Kalau hujan ya terpal ambrol, air masuk, dan dingin, tapi bagaimana lagi karena kondisi," ujarnya. (*)