Cerita dari Solo
Sejarah Pasar Janglot : Pasar Terbesar di Tangen Sragen, Usianya Lebih Seperempat Abad
Pasar Janglot yang merupakan merupakan salah satu pusat jual beli bagi warga Kecamatan Tangen terbakar hebat, Sabtu (25/9/2021) dini hari.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Adi Surya Samodra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pasar Janglot terbakar hebat, Sabtu (25/9/2021) dini hari.
Pasar tersebut merupakan salah satu pusat jual beli bagi warga Kecamatan Tangen, khususnya yang berada di Dukuh Jelis, Desa Katelan.
Itu berada tak jauh dari simpang terminal Tangen.
Aktivitas Pasar Janglot mulai hidup pukul 02.00 WIB dan berlangsung hampir 24 jam.
Itu ditandai dengan para pedagang sayur mulai menggelar dagangannya di kawasan luar pasar.
Barulah para pemilik kios dan los mulai menjajakan dagangannya pukul 05.00 WIB.
Baca juga: Modal Gambar dari Google, Pria Lulusan SMK asal Sragen Bikin Lamborghini Pakai Alat Seadanya
Baca juga: Tangan Dingin Pria Sragen, Lihai Memodifikasi & Pakai Ilmu Google,Sulap Mobil Lawas Jadi Lamborghini
Seorang pedagang Pasar Janglot, Mugiyono menceritakan pasat tersebut awalnya berada di timur lapangan Tangen atau yang saat ini dikenal sebagai Alun-Alun Tangen.
"Saya menempati pasar ini, sejak dipindah tahun 1994, dulu lokasinya di timur lapangan Tangen itu," katanya kepada TribunSolo.com, Minggu (26/9/2021).
Belum ada perubahan bentuk bangunan sejak dipindah 27 tahun silam.
"Kalau zaman dulu, bangunannya ya seperti ini, belum ada perubahan, kalau zaman dulu kan bangunan seperti ini sudah bagus," jelasnya.
Bentuk fisik bangunan Pasar Janglot sama seperti bangunan pasar tradisional lainnya, yang kebanyakan berupa bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu.
Mugiyono menyayangkan Pasar Janglot belum dilakukan revitalisasi oleh Pemkab Sragen, melihat pasar-pasar lainnya sudah diperbaiki.
"Sekitar lima tahun lalu sudah ada petugas yang datang ke sini, untuk melakukan pengukuran, tapi sampai saat ini, belum dibangun," terangnya.
"Sebenarnya sangat disayangkan, sebenarnya pasar ini termasuk pasar kota, tapi sampai ini belum direvitalisasi," pungkasnya.
Ludes Terbakar
Sebelumnya, Pasar Janglot, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen kini hanya menyisakan puing-puing sisa kebakaran.
Pasar tradisional itu ludes dilalap si jago merah pada Sabtu (25/9/2021) malam.
Sebanyak 57 kios hangus terbakar.
Nampak, pedagang masih mengais barang-barang sisa kebakaran Pasar Janglot.
Mereka mencari barang dagangan mereka yang bisa diselamatkan.
Baca juga: 57 Kios di Pasar Janglot Sragen Ludes Terbakar, Barang Dagang Banyak yang Tidak Bisa Diselamatkan
Baca juga: Kesaksian Pedagang Pasar Janglot Sragen: Kios Ludes Terbakar, Rugi Puluhan Juta
Dari pantauan dilapangan, selain pedagang, petugas pemadam kebakaran juga masih melakukan pendinginan.
Kapolsek Tangen, AKP Moh Zaeni mengatakan, dugaan awal kebakaran pasar ini akibat konsleting listrik.
Kemudian, api cepat membesar dikarenakan sebagian besar los terbuat dari kayu.
"Api membesar karena sebagian besar los terbuat dari kayu, selain itu juga barang dagangan yang sebagian besar merupakan makanan kering, sehingga api cepat menjalar," jelasnya.

Akibat kejadian ini, kerugian ditafsir mencapai Rp 4,1 miliar.
Api mulai terlihat sekira pukul 23.30 WIB, dan baru bisa dipadamkan pukul 03.30 WIB.
Sebanyak delapan mobil pemadam kebakaran, enam mobil tengki air dikerahkan untuk menjinakan api.
Salah satu pedagang, Mugiyono mengatakan ia hanya bisa pasrah, melihat sebagian kiosnya sudah terbakar.
"Saya datang kesini, sekitar jam 23.45 WIB, kios bagian kiri itu sudah terbakar, langsung saya coba selamatkan yang masih bisa diselamatkan," katanya.

Mugiyono pertama kali mengetahui kebakaran, saat melihat adanya kobaran api yang berasal dari pasar.
Saat tiba di pasar, Mugiyono mendapati sebagian kios dan pasar miliknya, sudah terbakar.
Sebagian barang dagangannya pun tidak bisa diselamatkan, termasuk uang yang ditinggal didalam kios.
"Di kios saya ada 3 celengan, ya buat bantu sekolah cucu, 2 diantaranya sudah habis, untungnya isinya bukan uang pecahan yang besar, yang uang nilainya besar, masih bisa diselamatkan," jelasnya.

Meski begitu, kerugian yang dialami Mugiyono ditaksir mencapai belasan juta rupiah.
"Kalau diperkirakan lebih dari Rp 10 juta, bisa sampai Rp 30 juta," pungkasnya.
Sembari menyelamatkan barang dagangan yang masih tersisa, Mugiyono juga membantu pedagang lainnya, untuk mengevakuasi barang dagangan yang masih bisa diselamatkan.
Sementara itu, pedagang yang lain Dwi Widayati mengatakan kejadian tersebut langsung membuat pedagang panik.
"Tengah malam saya dikabari orang, katanya pasar kebakaran, saya langsung datang kesini, untuk menyelamatkan barang saya," katanya.
"Semua pada kesini, pada panik, geger, karena api cepat membesar," tambahnya.

Dwi sendiri memiliki kios, yang berdekatan dengan kios yang terbakar pertama kali.
"Saya datang kesini, langsung menyelamatkan barang dagangan saya, untung nggak sampai terbakar," ujarnya.
Menurutnya, api berasal dari salah satu kios yang korslet, yang kemudian membesar setelah menyambar tabung gas yang berada di salah satu los.
"Awalnya dari kios disebelah timur itu, kemudian membesar merembet ke sebalah utara, membentuk letter L," jelasnya.
"Kemungkinan api membesar, karena disitu juga ada tabung gas, katanya sempat ada ledakan," imbuhnya.
Hingga Minggu (26/9/2021) pagi, pedagang masih sibuk menyelamatkan barang yang masih bisa diselematkan.
Selain itu, pedagang juga mulai membersihkan sisa-sisa kebakaran yang menghanguskan los dan barang dagangan itu. (*)