Berita Sragen Terbaru
Ada Kuburan Massal Terduga PKI di Teras Rumahnya, Pemilik di Tenggak Sragen: Tak Ada Kejadian Aneh
Terdapat kuburan massal terduga PKI didepan teras rumah salah satu warga Dukuh Dukuh, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Terdapat kuburan massal terduga PKI di depan teras rumah salah satu warga Dukuh, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.
Hal itu diketahui, berdasarkan dari cerita warga secara turun temurun.
Sekilas, rumah tersebut tak ada bedanya, dengan rumah-rumah disekitarnya.
Baca juga: Misteri Nisan Tak Bernama di Teras Rumah Warga Tenggak Sragen, Ternyata Kuburan Massal Terduga PKI
Baca juga: Sejarah PKI di Boyolali, Ada Sosok Suali Dwidjo S: Pernah Jadi Bupati dan Dieksekusi Mati
Namun, terdapat satu petak tanah berbentuk persegi, tepat berada di depan rumah tersebut.
Di tengahnya berupa tanah biasa, yang hanya ditumbuhi sedikit rumput.
Disalah satu sisinya, terdapat tulisan 'bong-tomo-dkk-11'.
Oleh warga desa, sepetak tanah tersebut merupakan makam PKI, yang ada hubungannya dengan peristiwa pembantaian 56 tahun lalu itu.
Baca juga: Polres Wonogiri Gelar Razia Penyekatan, Halau Massa Apel Siaga Ganyang PKI di Klaten
Pemilik rumah, Suwarti (40) mengaku tidak mengetahui secara pasti terkait keberadaan makam tersebut.
"Kalau menurut cerita seperti itu (makam terduga PKI), tapi pastinya saya tidak tahu," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (29/9/2021).
"Saya lahir tahun 1981, dan pemilik rumah ini bapak saya, meninggal saat saya masih umur 6 tahun, jadi ceritanya tidak tahu persis," tambahnya.
Suwarti tak mempermasalahkan makam, yang ada di depan rumahnya itu.
Baca juga: Kumpulan Kata Bijak Soeharto untuk Menyambut Peringatan G30S PKI, Bisa Buat Update Status
Tak ada perlakuan khusus, dan sudah dianggap biasa oleh Suwarti.
Selama puluhan tahun hidup dengan makam tersebut, Suwarti menuturkan tidak ada kejadian apapun, terhadap keberadaan makam tersebut.
"Tidak ada kejadian apapun disini, ya biasa saja, dulu ada yang datang untuk berziarah, sekarang sudah jarang," pungkasnya.
Makam Massal 11 Orang
Di depan teras rumah milik warga Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen terdapat kuburan massal terduga PKI.
Hal itu dibenarkan oleh Sesepuh Desa Tenggak, Sugi Atmojo (63) saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (29/9/2021).
Saat peristiwa itu, Sugi mengaku masih berusia 17 tahun.
Baca juga: Sejarah PKI di Boyolali, Ada Sosok Suali Dwidjo S: Pernah Jadi Bupati dan Dieksekusi Mati
Baca juga: Sosok Kades Jenar Sragen, Pembuat Baliho yang Sebut Enak Zaman PKI & Pasang Foto Bermasker di Kepala
Ia mengaku, saat para terduga PKI itu dieksekusi aparat, warga diperintahkan untuk berada di dalam rumah.
Menurut Sugi, warga mengetahui ada beberapa orang yang diseret aparat.
Termasuk, melihat jenazah yang belum terkubur sempurna.
Cerita soal pembantaian Lurah dan para terduga PKI ini sudah turun temurun, beredar dari satu warga ke warga lainnya.
Baca juga: Sandiaga Uno Persilakan Bawaslu Usut Keberadaan Spanduk #JokowiBersamaPKI di Tanah Abang
"Benar itu makam (terduga) PKI, menurut riwayat yang dibantai ada 11 orang, rombongan Lurah Sambirejo pada masa itu," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Rabu (29/9/2021).
Terkait siapa nama lurah tersebut, Sugi mengaku tidak mengetahuinya.
Menurut Sugi, di kuburan itulah sebanyak 11 orang dieksekusi dengan cara ditembak oleh aparat, sekitar pukul 01.00 WIB atau pukul 02.00 WIB.
Saat peristiwa eksekusi, makam tersebut berbentuk lubang ukuran 3x5 meter, yang dipasangi tratag (alas dari kayu).
Baca juga: Cerita tentang Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik yang Diidentikkan dengan Idelogi PKI saat Orde Baru
"Orang-orang itu disuruh duduk menghadap lubang tersebut, lalu ditembak dari belakang, yang kemudian jatuh ke lubang tersebut," terangnya.
Sugi menuturkan, Kepala Desa Sambirejo diseret ke Desa Tenggak, yang kemudian diberondong tembakan oleh aparat.
"Namun pak Lurah ditembak beberapa kali tidak mempan, akhirnya didorong ke lubang tersebut, dan dikubur hidup-hidup," ujar Sugi.
Setelah penembakan selesai, makam tersebut belum 100 persen tertutup tanah.
"Setelah penembakan, penguburan baru 50 persen, baru besoknya dilanjutkan oleh warga sini, hingga tertutup 100 persen," jelasnya.
Kini, kuburan tersebut masih ada, yang terletak di depan rumah Suwarti (40).
Awalnya, rumah tersebut milik ayah Suwarti, Joyo Dikromo yang merupakan pendatang dari Bojonegoro.
Kini, kondisi kuburan massal tersebut masih terawat dengan baik di depan rumah Suwarti. (*)