Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Fungsi Panggung Sangga Buwana,Mitos Bertemunya Raja Keraton Solo & Nyi Roro Kidul hingga Intai Musuh

Revitalisasi atau pemugaran Keraton Solo dipastikan menyasar bangunan bernama Panggung Sangga Buwana.

Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Fristin Intan
Potret bangunan prioritas yang bakal direvitalisasi yakni Panggung Sangga Buwana di Keraton Solo. Selama ini ada mitos sebagai tempat pertemuan Raja dan Nyi Roro Kidul. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Revitalisasi atau pemugaran Keraton Solo dipastikan menyasar bangunan bernama Panggung Sangga Buwana.

Setiap bangunan dan titik tertentu di Keraton Solo memiliki nama khusus dan fungsi.

Namun tak semua warga tahu, untuk apa selama ini Panggung Sangga Buwana yang menjulang ke langit berbentuk menara itu.

Terlebih jika dilihat dari pintu gerbang Keraton Solo, bangunan itu terlihat jelas.

Bangunan memiliki tinggi sekitar 30 meter hingga memiliki 4 tingkat.

Baca juga: Inilah Panggung Sangga Buwana, Salah Satu Bangunan di Keraton Solo yang Akan Disasar Revitalisasi

Baca juga: Mutasi Besar-besaran 265 Pejabat di Sragen : Hari Ini Dilantik Bupati, Diminta Langsung Gas Pol!

Pada tingkat 3 yang menghadap ke utara, terdapat sebuah jam besar.

Sejarawan Solo, Heri Priyatmoko mengungkapkan, jika Panggung Sangga Buwana memiliki fungsi irasional dan rasional.

"Fungsi irasional atau mitos, sebagai tempat bertemunya Raja Keraton Solo dan Nyi Roro Kidul," ungkapnya kepada Tribunsolo.com, Jumat (8/10/2021).

Heri menambahkan dalam cerita yang selama ini dikenal di tengah-tengah masyarakat tersebut, juga terbingkai dalam koran Bromartani abad-19.

"Disebutkan adanya arak-arakan Nyi Roro Kidul sowan ke Keraton Solo, jadi artinya sebagai tempat bercengkrama dan tempat hubungan asmara Raja Keraton Solo dengan Nyi Roro Kidul," ujarnya.

Untuk diketahui Nyi Roro Kidul merupakan sesosok roh atau dewi legendaris penguasa pantai selatan yang diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa dan Bali.

Dikatakan, untuk fungsi rasional Panggung Sangga Buwana sebagai bangunan keamanan Keraton Kota Solo.

"Secara faktanya pada priode kolonel sebagai tempat untuk mengintai pergerakan musuh atau Belanda saat ada di Benteng Vastenburg karena dijaman itu sangat terlihat sekali," ujarnya.

Heri mengatakan sistem keamanan ini, agar tidak diketahui musuh maka dibuatlah mitos yang dijelaskan untuk mengelabuhi musuh.

"Sehingga tidak terendus musuh, padahal sejatinya untuk mendukung sistem keamanan dan pertahanan tradisional Keraton Solo," ujarnya.

Baca juga: Kompak, Menkes Budi Susul Wali Kota Gibran Terima Gelar Kebangsawanan, Begini Alasan Keraton Solo

Selain itu, Panggung Sangga Buwana hanya beberapa orang saja yang diizinkan masuk ke menera tersebut.

"Beberapa keluarga keraton dilarang ke situ, jadi tidak semua orang boleh masuk," aku dia.

"Tujuannya untuk menjaga mitos itu dan tidak terjamah," ungkapnya.

Sedangkan untuk saat ini, Panggung Sangga Buwana masih digunakan untuk melakukan berbagai ritual.

"Digunakan untuk ritual nyeyuwun (meminta) hingga meditasi," aku dia.

"Dan untuk sekarang dijaga untuk kepentingan pariwasata agar tidak rusak," harapnya.

Panggung Sangga Buwana Jadi Prioritas

Revitalisasi atau pemugaran Keraton Solo bakal dilakukan secara bertahap.

Pengageng Parentah Keraton Soloo, KGPH Dipokusumo, mengatakan revitalisasi sesuai dengan skala prioritas Undang-undang (UU) Cagar Budaya.

Satu yang masuk dalam skala prioritas yakni Panggung Sangga Buwana atau Songgobuwono.

"Karena itu salah satu identitas kota, memiliki nilai pengertian sejarah secara filosofis dan sebagainya," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Jumat (8/10/2021).

Baca juga: Gibran Ajak Dirjen Cipta Karya Kunjungi Keraton Solo, Bakal Revitalisasi Bangunan Rusak 

Baca juga: Kabar Duka dari Keraton Solo : Istri Gusti Puger Tutup Usia, Dikabarkan Sempat Jatuh

KGPH Dipokusumo mengatakan setiap bangunan di keraton memiliki makna dan cagar budaya nasional.

"Makna dan nilainya Panggung Songgobuwono itu adalah berkaitan dengan makna kehidupan," ujarnya.

Konon beredar kabar, di tempat itulah diyakini menjadi media pertemuan dengan Ratu Kidul.

Panggung Songgobuwono merupakan bangunan berbentuk menara yang memiliki tinggi sekitar 30 meter, dan memiliki 4 tingkat.

Pada tingkat 3, menghadap ke utara terdapat sebuah jam besar.

Serta bagian Purwokanti yang bisanya digunakan untuk meronce bunga karena tidak layak dialihkan.

Selama ini, belum pernah dilakukan revitalisasi menyeluruh di bangunan keraton.

Sebab revitalisasi terakhir dilakukan oleh Keraton tahun 2017 dan selesai di tahun 2018, yakni pada bangunan museum.

"Kementerian PUPR dan Pemkot Solo sudah memahami bahwa kondisi ini memang semuanya harus secara diperbaiki," jelas dia.

"Tapi mestinya ada tahapan-tahapan tertentu, ada skala prioritas, tinggal nanti mana yang bisa langsung ditangani," ujarnya.

Namun dia menyebut pernah melakukan perbaikan seperti pengecetan pada tahun 2002.

Terkiat untuk besaran dana revitalisasi dari pemerintah, KGPH Dipokusumo belum bisa memastikan.

"Masih dalam proses tahap pengecekan bangunan," aku dia.

Diinisiasi Gibran

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bersama Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR mengunjungi Keraton Surakarta hari ini, Kamis (7/10/2021). 

Pantauan TribunSolo.com di lapangan, istri PB XIII, Pengageng Parentah Keraton Surakarta dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo menyambut kedatangan rombongan. 

Mereka menyambut Wali Kota dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti.

Baca juga: Kabar Duka dari Keraton Solo : Istri Gusti Puger Tutup Usia, Dikabarkan Sempat Jatuh

Baca juga: Terpopuler Solo Hari Ini: Gelar dari Keraton Solo untuk Gibran Hingga Pendaki Gunung Lawu Meninggal

Kegiatan dilanjut melihat kondisi bangunan Keraton Surakarta dan selesai pukul 11.30 WIB.

Gibran mengatakan, setelah melihat kondisi keraton akan melakukan rapat terkait revitalisasi nantinya. 

"Nanti kita rapatkan dulu. Revitalisasi sesuai arahan sinuhun (Paku Buwono XIII) kemarin. Nanti kita lakukan secara bertahap," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Kamis (7/10/2021).

Baca juga: Patung Raja Keraton Solo Setinggi 4 Meter Berdiri di Boyolali, Ini Cerita Mengapa Dibangun di Sana

Gibran menambahkan, terkait waktu pelaksanaan revitalisasi belum bisa ditentukan kapan. 

"Paling mendesak ya bagian yang kelihatan di depan. Termasuk Gladag, Alun-alun, sini (Kamandungan). Kami rapatkan dulu dengan bu Dirjen," ujar Gibran.

Terkait anggaran, Gibran menyebut berasal dari pemerintah pusat.

Baca juga: Kejadian Aneh di Tanah Keraton di Jenar Sragen, Ada Petaka Setelah Potong Bambu & Meninggal Dunia

Sementara itu, Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti mengatakan, setelah melihat kondisi Keraton, banyak bangunan yang harus direvitalisasi.

"Cukup banyak (bangunan yang direvitalisasi). Tapi tidak apa-apa, PR (pekerjaan rumah) buat kami," ujarnya.

Diana Kusumastuti menjelaskan, kedatangan ini baru tahap pengecekan kondisi keraton.

"Saya kan melihat dulu aja, seperti apa, kerusakannya seperti apa. Itu aja dulu, kelanjutannya nanti aja,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Kamis (7/10/2021).

Diana menambahkan, kondisi bangunan banyak yang rusak.

"Prosesnya nanti tetap berkerjasama dengan kementerian Kebudayaan karena ini cagar budaya," ujarnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved